Motivasi Diri yang Powerful dengan Prinsip MAP (2)

Motivasi dengan prinsip MAP

Bagaimana otonomi bisa membantu memberikan booster untuk motivasi kita?

Artikel ini adalah kelanjutan dari artikel Motivasi Diri yang Powerful dengan Prinsip MAP bagian yang pertama.

Baca juga: 5 Alasan Penting Perusahaan Mendukung Work-Life Balance

Prinsip MAP yang kedua adalah Autonomy. Otonomi yang dimaksudkan di sini adalah suatu kuasa untuk memilih di antara berbagai pilihan.

Seorang mahasiswa yang memiliki nilai nasakom (nasib satu koma) pernah curhat kepada saya betapa ia sebenarnya tidak ingin masuk jurusan Kedokteran. Duduk di semester 3, dia sambil menangis-nangis merasa stress berat karena walaupun ia sudah berupaya semaksimal mungkin, tapi nilainya tetap kebakaran. Masuk kedokteran adalah keinginan orang tuanya, sedangkan ia sebenarnya menginginkan jurusan desain.

Wajar saja nilainya satu koma, ia tidak punya motivasi, karena ia tidak punya pilihan selain mengikuti keinginan orang tuanya. Tapi lain soalnya apabila kita punya pilihan. Saat kita memilih, kita akan berusaha melakukan apa yang sudah kita pilih.

Itulah sebabnya otonomi, yaitu hak untuk memutuskan dari pilihan-pilihan yang ada adalah salah satu kunci motivasi.

Pertanyaannya bagaimana implementasi pengetahuan di atas ke dalam dunia kerja? Sebagai manajer mana mungkin kita memberikan pilihan kepada bawahan, mana yang ingin ia kerjakan dan mana yang tidak?

Tentu saja tidak. Anak buah yang kita pimpin tidak bisa selalu memilih pekerjaan yang ingin dia kerjakan, tetapi kalau kita ingin agar karyawan memiliki lebih banyak motivasi, maka berikanlah ia kuasa untuk memilih bagaimana ia mengerjakan tugas tersebut, atau setidaknya kapan dan dengan siapa ia mengerjakannya.

Atau saat ada masalah minor yang muncul, kita bisa memberikan sedikit keleluasaan bagi orang yang kita pimpin untuk mengambil solusi apa yang paling tepat menurutnya. Karena masalahnya bukan sesuatu yang signifikan, maka solusi apa pun yang diambilnya tidak akan terlalu berpengaruh pada organisasi. Tetapi karena kita memberikan otonomi, maka motivasi mereka dalam menjalankan bisa jauh lebih besar daripada kita yang mengambil keputusan.

Hal lain yang bisa membuat karyawan merasa termotivasi, adalah bila perusahaan mengijinkan setiap karyawan untuk memiliki otonomi atas kubikel atau meja kerjanya sendiri. Jadi mereka boleh mempermak kubikel atau meja kerja mereka. Misalnya pada contoh-contoh di bawah ini:

bersambung….

 

NB: Hubungi kami jika organisasi Anda membutuhkan seminar tentang motivasi atau productivity training.

 

 

Bagaimana pendapat Anda?