
Kata orang, uang adalah masalah nomor satu yang membuat konflik dalam pernikahan. Apakah benar demikian? Kalau mengutip data lama di tahun 2010-2015, di Indonesia uang adalah penyebab keempat pasangan bercerai (selengkapnya baca artikel ini: 4 Alasan Utama Perceraian di Indonesia). Namun sebuah survei di Australia mengatakan bahwa konflik tentang uang memang adalah penyebab nomor 1 konflik dalam rumah tangga. Mau pasangan berduit maupun pasangan yang kurang beruntung, mereka semua banyak menghadapi konflik urusan finansial. Nah bagaimana kiatnya mengatur keuangan keluarga yang tetap akur antara suami istri? Baca artikel ini sampai habis ya, karena di akhir artikel ini akan diberikan file excel yang dapat diunduh untuk membantu diskusi pasangan suami-istri dalam pengelolaan finansial keluarga.
Prinsip Pengelolaan Keuangan Pribadi
Sebenarnya teknik pengelolaan keuangan rumah tangga hampir tidak ada bedanya dengan pengelolaan keuangan pribadi. Maka kita perlu setidaknya tahu dulu beberapa prinsip penting. Beberapa prinsip dasar pengelolaan keuangan pribadi tersebut adalah sbb:
1. Prinsip pertama dalam pengelolaan keuangan pribadi adalah: mencatat semua pemasukan dan pengeluaran. Ini adalah hal yang paling menyulitkan namun paling mendasar dalam pengelolaan keuangan. Karena prinsip penting manajemen/pengelolaan adalah kita hanya dapat mengelola sesuatu yang dapat kita ukur. Jadi buatlah sistem di mana Anda dapat mencatat semua pengeluaran Anda. Saat Anda sudah menikah, ya berarti keduanya harus mencatat pengeluaran masing-masing.
Terkadang ada yang merasa kesulitan karena prinsip ini mengharuskan kita mencatat walaupun hanya membeli gorengan 1000 perak. Nah sebenarnya masih bisa disiasati kalau ingin mencatat pengeluaran besar saja. Misalnya dengan mengalokasikan satu kantong (atau rekening) khusus untuk pengeluaran “jajan” yang tiap bulan ditambah sesuai dengan budget. Jadi tiap kali ingin jajan, harus selalu menggunakan dana dari kantong tersebut. Dengan demikian tidak perlu mencatat terlalu detail, cukup melihat sisa uang di kantong tersebut berapa setiap bulannya.
2. Buatlah budget sesuai dengan formula pembagian SBDI Anda sendiri. SBDI = Simpan, Belanja, Donasi, Investasi. Memang sudah banyak orang yang mencoba membantu merumuskan formula keuangan yang sehat tentang SBDI ini, misalnya ada yang menuliskan formula 10 – 20 – 30 – 40:
10% Kebaikan (donasi)
20% Asuransi, investasi dan dana darurat
30% Cicilan produktif
40% Kebutuhan hidup
Namun semua tentu berpulang kepada kebutuhan dan kondisi keuangan Anda sendiri. Orang yang berpenghasilan lebih tinggi relatif bisa menabung dan berinvestasi lebih banyak daripada yang berpenghasilan UMR. Demikian juga orang yang mempunyai warisan rumah bisa mempunyai perhitungan SBDI yang berbeda dengan keluarga yang masih mencicil atau menyewa.
Buatlah budget secara mendetail tentang segala hal yang Anda butuhkan, dan cobalah untuk mengikuti formula SBDI milik Anda. Rencanakan setiap pengeluaran tiap bulan, tiap tahun. Ada pengeluaran rutin, ada non rutin, juga ada pengeluaran yang wajib dan ada pengeluaran yang sifatnya tidak wajib. Buatlah pos-pos pengeluaran, seperti makan, kebutuhan sehari-hari, kebutuhan sekolah anak, pakaian, pengeluaran rumah tangga rutin (Listrik, air, service charge, dll), kesehatan, hiburan, sosial, tidak terduga, transportasi, tabungan, investasi maupun persembahan/amal dan lain-lain. Jadi budget tersebut haruslah cukup detail untuk memudahkan Anda mengelolanya, namun jangan terlalu detail sehingga membingungkan saat Anda mencatat pengeluaran berdasarkan pos-posnya.
3. Selalu miliki dana darurat. Hidup kita tidak akan selalu baik, walau punya asuransi, tidak mungkin menanggung 100% insiden tidak terduga. Misalnya kalau suatu waktu penghasilan kita terputus, karena PHK atau karena usaha kita mandeg, seperti waktu krismon 1998 atau awal-awal Covid-19. Maka kita harus selalu punya dana darurat.
Salah satu hal yang dapat dijadikan dasar perhitungan adalah, misalnya sekali waktu Anda kena PHK, berapa lama yang Anda butuhkan untuk bisa mendapatkan pekerjaan kembali? Atau jika Anda berbisnis, berapa bulan yang Anda bisa bertahan hidup jika bisnis harus terhenti?
Umumnya yang jadi patokan adalah 3x gaji atau 12x penghasilan per bulan. Berarti Anda dan keluarga bisa hidup selama 3 bulan atau 12 bulan (mana yang Anda pilih) tanpa ada penghasilan sebelum uang Anda habis.
4. Asuransi, dibilang perlu tapi seperti buang-buang uang. Tapi kalau dibilang tidak perlu, tiba-tiba bencana menimpa kita, dan akibatnya kita menghadapi kesulitan besar dalam keuangan kita, bahkan bisa sampai bangkrut. Misalnya tatkala pencari nafkah keluarga meninggal dunia, atau setidaknya kena sakit kanker, tanpa asuransi, kondisi keuangan keluarga akan menjadi krisis. Di Amerika Serikat, 500.000 orang bangkrut tiap tahunnya karena masalah kesehatan. Jadi jangan meremehkan hal ini, namun juga jangan membuang uang terlalu banyak untuk asuransi, karena saat ini hampir segala hal bisa diasuransikan, dan terlalu banyak akan bisa membebani cash flow bulanan Anda. Sisihkan setidaknya 10% untuk asuransi, minimal asuransikan tulang punggung keluarga (asuransi jiwa) dan belilah asuransi kesehatan untuk semua anggota keluarga.
5. Bersyukur dan mencukupkan diri. Kapan Cukup itu Benar-Benar Cukup? Definisi cukup itu sangat subjektif, karena manusia cenderung tidak pernah cukup dengan apa yang dimilikinya. Masalahnya manusia sangat suka dengan kenyamanan, dan saat ini ada 1001 barang maupun layanan yang diciptakan untuk bisa membuat manusia lebih nyaman. Contohnya, untuk masalah makan saja, kita bisa memilih makanan dari yang 10 ribu yang enak, tapi juga bisa hingga 2 juta rupiah per porsi yang rasanya juga enak. Kita akan terus berusaha semaksimal kita mencapai tingkat kenyamanan yang bisa kita raih dengan penghasilan kita, atau bahkan yang melebihi penghasilan kita.
Dulu kita nyaman menggunakan kasur busa, tapi setelah punya uang kita akan membeli kasur pegas, sekarang setelah kita kaya mungkin tidak bisa tidur di kasur selain kasur memory foam. Kita menganggap bahwa tidur di kasur memory foam baru merupakan tidur yang “cukup” bagi kita. Kita akan terus menaikkan standar hidup kita berdasarkan kemampuan maupun pergaulan sosial kita.
Maka tepatlah pepatah kuno yang bijaksana yang mengatakan, “Cukupkanlah dirimu dengan segala apa yang ada padamu”. Ini memungkinkan jalan bagi kita untuk benar-benar merasa “cukup”.
6. Selesaikan hutang. Hutang ternyata juga merupakan sumber konflik dalam keluarga. Hutang dapat membuat keuangan keluarga terganggu, terutama bila kita sudah menjalani hidup gali lubang tutup lubang. Segera kendalikan pengeluaran Anda menggunakan budgeting yang ketat, lalu rencanakan jangka waktu tertentu yang realistis untuk sesegera mungkin menyelesaikan hutang Anda. Dan sesuai dengan standar bank, besarnya cicilan hutang yang sehat adalah maksimal sebesar 30% dari penghasilan Anda perbulan.
Prinsip Pengelolaan Keuangan Keluarga
Prinsip pengelolaan keuangan keluarga mengikuti prinsip pengelolaan keuangan pribadi yang ditambah dengan beberapa prinsip tambahan sbb:
- Simpan di kotak yang sama. Salah satu konflik dalam keuangan keluarga yang sering terjadi adalah ketika suami dan istri masing-masing memperoleh dan menyimpan uangnya di kotaknya sendiri. Karena kotak uangnya tidak disatukan, maka terkadang suami dan istri tidak saling terbuka akan berapa pendapatannya tiap bulan. Ini menimbulkan prasangka, sikap iri karena salah satu mampu membeli barang yang mahal misalnya, lalu berantem masalah kebutuhan anak pakai uang siapa? Karena itu idealnya suami dan istri yang sama-sama mempunyai penghasilan, mengesampingkan kepemilikan pribadi akan penghasilan mereka dan mulai menaruh semua penghasilan itu di kotak yang sama, sebagai penghasilan keluarga. Ini membuat keuangan keluarga dapat direncanakan bersama, dan uang siapa pun yang digunakan bukanlah lagi uang suami atau uang istri, tetapi uang keluarga.
- Diskusikan SBDI dengan pasangan. Setiap orang mempunyai gaya pengaturan keuangan sendiri yang mungkin berbeda dengan pasangannya. Karena itu perlu membuat kesepakatan bersama akan cara pengaturan uang keluarga dalam 4 hal yaitu SBDI – Simpan Belanja Donasi Investasi. Ini akan membuat kejelasan dalam penggunaan uang.
- Merencanakan pengeluaran besar bersama. Pengeluaran besar sebaiknya diputuskan bersama. Misalnya membeli kendaraan, rumah, atau liburan/naik haji. Dengan demikian suami dan istri sama-sama merasa memiliki barang yang diputuskan bersama tersebut.
- Miliki kotak uang saku masing-masing. Penghasilan yang disatukan dalam kotak uang keluarga, bukan berarti kita tidak lagi mempunyai kebebasan untuk bisa membeli hal yang kita ingini. Apabila keuangan keluarga memungkinkan, sebaiknya suami dan istri masing-masing mempunyai kotak kecil masing-masing untuk uang “saku” yang boleh bebas dipergunakan sekehendak hatinya sendiri. Besarnya uang saku dapat ditentukan bersama untuk setiap orang.
Nah seperti yang saya janjikan, ini file excel yang dapat Anda unduh untuk mendiskusikan budget keluarga dengan pasangan Anda. Semoga bermanfaat.

Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.