Cegah Budaya “Taken for Granted” dengan Cara Ini

taken for granted

Taken for granted: adalah istilah dalam bahasa Inggris yang tidak ada padanan katanya dalam bahasa kita. Seringkali istilah ini diterjemahkan sebagai: tidak dihargai. Namun sebenarnya frasa tersebut memiliki makna yang lebih tajam. Frasa “taken for granted” berarti tidak adanya penghargaan kepada orang yang sudah berjasa atau sudah melakukan sesuatu bagi orang lain, walaupun apa yang dilakukan adalah hal-hal yang memang biasa dilakukannya atau merupakan tugasnya. Merasa “being taken for granted” berarti merasa orang lain menerima begitu saja apa yang sudah dilakukan dan menganggapnya sudah sepantasnya begitu sehingga tidak lagi diberi penghargaan.

Baca juga: Apa yang Dibutuhkan dari Pria agar Memiliki Keluarga yang Bahagia?

Salah satu contoh yang sering dilakukan adalah taken for granted atas apa yang dilakukan orang tua. Orang tua yang mencari nafkah agar kita bisa sekolah dan sukses, atau hal sesederhana menyediakan makanan bagi anaknya. Namun jarang seorang anak mengucapkan terima kasih setiap ia menyantap makanan buatan sang ibu. Ini sebenarnya juga merupakan tindakan taken for granted.

Atau udara yang kita hirup sehari-hari. Kita tahu bahwa hal ini adalah anugerah Tuhan, namun kita jarang mengucap syukur untuk hal itu sampai kita tersadar bahwa ternyata dewasa ini udara yang kita hirup sudah bukan lagi udara yang sehat dan bersih. Udara kita sudah terpolusi. Barulah kita menyadari betapa nikmatnya anugerah Tuhan atas udara yang sehat dan bersih sebelumnya. Kita pun mencarinya ke pegunungan ke tempat yang jauh dari kota.

Demikian juga hubungan antara suami-istri. Terkadang kita lupa berterima kasih untuk nafkah yang diberikan suami. Kita taken for granted bahwa rumah kita sudah selalu bersih, anak-anak ada yang mengurus, makanan yang tersedia saat waktu makan. Saat semua itu berjalan dengan mulus kita mungkin tidak merasa sakit hati kalau pasangan kita tidak berterima kasih untuk hal-hal kecil yang sudah sewajarnya yang telah kita lakukan untuk pasangan. Namun saat hubungan itu memburuk, perspektif negatif mulai muncul, dan taken for granted selalu menjadi isu yang sensitif bagi keduanya.

Terkadang saya berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau semua pasutri pernah mengalami salah satu pasangannya sakit berat sehingga harus bed rest dan tidak bisa melakukan apa pun sehingga saat ia kehilangan layanan dari pasangannya itu, ia bisa belajar menghargai hal-hal “sewajarnya” yang telah dilakukan pasangan. Andai semudah itu untuk menyadarkan pasangan. Tetapi kenyataannya terkadang tidak semudah itu. Bahkan dalam kondisi sakit seperti itu, masih ada pasangan yang menyalahkan pasangannya hanya karena ia sakit.

Mengatasi Budaya Taken for Granted

Bagaimanapun juga, budaya taken for granted merupakan budaya yang perlu kita eliminasi dalam rumah tangga kita. Cara yang sangat ampuh untuk mengatasi hal ini adalah dengan membiasakan budaya baru, yaitu budaya saling menghargai. Sederhana saja sebenarnya, cukup menggunakan kedua frasa ini:

  • Aku berterima kasih atas……
  • Aku menghargai kamu yang sudah …..

 

Contoh:

  • Makasih ya untuk breakfast pagi ini
  • Aku menghargai kamu yang sudah membereskan tempat tidur kita
  • Aku sangat apresiasi atas kecukupan finansial yang kamu berikan
  • Thank you kamu mau anter aku ke sini

 

Dalam sesi coaching/konseling, tidak jarang waktu saya membahas tentang hal-hal positif yang dilakukan pasangan, dan saya menanyakan, “apakah bapak/ibu pernah memberikan apresiasi tentang hal ini?” Mereka terkejut dan mulai menyadari betapa mereka selama ini tidak pernah memberikan apresiasi kepada pasangan mereka. Dan saat penghargaan itu mulai diberikan, mereka pun meneteskan air mata.

“Coach Deny, kata-kata ini yang selama ini saya nantikan dari suami saya!” demikian seorang istri mengatakannya sambil menangis terharu.

Sobat pembelajar, menghargai pasangan dengan salah satu dari 2 frasa di atas sangat simpel dan mudah dilakukan. Lakukanlah sesering mungkin. Marilah kita kalahkan budaya “taken for granted” demi rumah tangga yang adem dan saling membahagiakan.

 

Bagaimana pendapat Anda?