Apa alasan kamu hidup di dunia ini?

tujuan hidup manusia

Sebuah pena waktu diciptakan, didesain dengan seksama, ukurannya, isinya, bahannya, part-partnya, per, jenis tinta yang dibutuhkan, warna tinta, bahkan juga warna pena dan fungsi klipnya. Tidak ada bahan yang ditambahkan tanpa sengaja dalam membuat sebuah pena tersebut. Yang tahu dengan pasti alasan pena itu diciptakan, adalah pembuatnya sendiri. Entah ia dibuat untuk membantu manusia menulis, untuk memberi nafkah pada yang membuatnya, atau dibuat untuk maksud prestise.

Berdasarkan logika tersebut, pertanyaan alasan saya hidup di dunia haruslah ditanyakan kepada yang Menciptakannya. Kecuali jika seseorang tidak mempercayai bahwa ada intelligent designer yang menciptakan manusia, yang kemungkinan berarti mempercayai bahwa manusia terwujud “mungkin” karena evolusi jutaan tahun lamanya, maka hak menentukan alasan untuk hidupnya ada di tangan kedua orang tuanya, yaitu mahluk yang melakukan aksi untuk “membuat” dirinya.

Baca juga: Bagaimana Membuat Terobosan dalam Karir dan Hidup Anda?

Nah, karena saya mempercayai adanya intelligent designer yang menciptakan manusia (yaitu Tuhan), saya pun harus menjawab pertanyaan ini dari sudut pandang Tuhan (yang saya percayai), karena usaha-usaha saya untuk menjawabnya dari pengertian saya sendiri hanyalah sia-sia, hanya berdasarkan asumsi belaka. Tentu saja Anda juga boleh memaknai alasan Anda hidup di dunia sesuai dengan apa yang Anda percayai, itu adalah hak Anda.

Kalau saya sendiri berdasarkan Tuhan yang saya percayai (yaitu Kristen), tujuan hidup manusia secara umum adalah untuk memuliakan Tuhan, yaitu pertama-tama berelasi dengan-Nya, kemudian dalam segala hal yang kita lakukan, kita menaati-Nya serta menjadi wakil diri-Nya dalam berkarya di dunia. Karena saya percaya Tuhan masih bekerja di dalam dunia melalui orang-orang yang dipilih-Nya.

Tapi secara khusus, Tuhan memiliki panggilan yang berbeda-beda bagi setiap manusia, yang sesuai dengan rencana Agung diri-Nya. Panggilan ini yang harus digumulkan dan dijalankan oleh setiap manusia sepanjang hidupnya. Karena bisa jadi panggilan hidupnya memiliki fase-fase tertentu, seperti panggilan Nabi Musa. Hidup Musa 40 tahun pertama panggilannya adalah menjadi seorang pangeran, 40 tahun berikutnya menjadi gembala di padang gurun, dan 40 tahun terakhir hidupnya barulah menjadi Nabi, dan memimpin bangsanya keluar dari perbudakan Mesir.

Saat ini Tuhan tidak lagi berfirman dengan suara yang kedengaran seperti jaman Musa atau nabi-nabi jaman dulu, maka kita menangkap panggilan Tuhan secara khusus dalam pekerjaan kita, yaitu dengan menjadi versi terbaik diri kita, mencapai potensi maksimum diri kita.

Potensi maksimum yang dapat kita capai, dapat kita temukan melalui penjajakan 4P: Passion, Proficiency (keahlian), Personality dan Path (jalan hidup- pengalaman hidup).

Sepanjang hidup saya juga berusaha untuk menangkap panggilan-Nya, yaitu dengan menjadi versi terbaik dari diri saya sendiri. Penjajakan 4 P sayalah membawa saya ke dalam dunia Life Coach (apa itu Life Coach dapat dibaca di sini: Life Coach). Saya berusaha menolong orang lain terkoneksi dengan pencapaian terbaiknya, relasi terbaik dengan keluarganya-khususnya dengan pernikahannya-, dan memperoleh great life. Ini adalah panggilan saya saat ini, purpose dari hidup saya saat ini.

Dan saya berharap teman-teman yang membaca juga bisa menemukan alasan kehidupannya, karena tanpa menemukan makna, hidup kita tidak akan maksimal, dan kehidupan kita akan seperti sia-sia, kita akan cenderung membuang-buang anugerah dan talenta yang Tuhan percayakan kepada kita.

Bagaimana pendapat Anda?