7 Langkah Memulai Kembali Komunikasi dengan Pasangan

memulai percakapan dengan pasangan

Saat karantina di rumah akibat wabah Corona ini, David justru tidak merasa happy. Bagaimana tidak happy, komunikasinya sama istrinya Melni selama ini cukup buruk. David sering terlibat adu mulut dengan istrinya, yang mana menyebabkan ia tidak betah di rumah. Dari hal-hal kecil mereka sering ribut, dan akibatnya David lebih memilih lembur hingga larut malam ketimbang pulang tepat waktu.

Biasanya, David pulang sudah jam 9 atau 10 malam. Ia hanya mandi lalu nonton TV sebentar. Istrinya sudah di kamar tidur, atau akan bersiap tidur. Dengan demikian David mengurangi frekuensi mereka bersitegang di rumah. Meskipun tidak mencegah mereka untuk berantem di WA.

Baca juga: Ini Sebabnya Cinta Dalam Pernikahan Menjadi Hambar

Tapi apa yang menjadi tempat pelarian David selama ini, tidak bisa lagi menjadi tempat ia melarikan diri dari istrinya. Kantornya telah memutuskan untuk merumahkan seluruh karyawan dan meminta mereka semua untuk work from home (WFH). Wabah virus Corona yang melanda kota Jakarta mengubah segalanya, termasuk kebiasaannya untuk tidak berkomunikasi dengan istrinya.

Sekarang ini, hari-hari David harus habiskan bersama-sama dengan Melni dan anak-anak mereka. Sekalipun masih ada pekerjaan yang harus dikerjakan, tetapi itu tidak banyak lagi, terlebih dengan banyaknya kantor dan usaha yang menghentikan operasional mereka di seluruh dunia. David pengangguran di rumah. Apa yang di rumah tangga lain justru menjadi kebahagiaan karena waktu keluarga yang lebih melimpah, dirasakan sebagai tekanan yang mengikat bagi David. Ia tidak mau harus menghadapi pertengkaran demi pertengkaran tiap hari dengan istrinya.

Di sisi lain, Melni juga merasakan hal yang sama. Ia sangat merindukan rumah tangga yang harmonis. Dan ia tahu bahwa ia harus memperbaiki komunikasinya dengan David. Pertamanya ia senang karena suaminya harus bekerja di rumah (WFH), tetapi kenyataannya dia malah turut menderita karena bingung dengan apa yang harus dilakukan agar komunikasi di rumah menjadi nyaman dan menyenangkan.

Kisah di atas mungkin adalah fiksi belaka, tetapi banyak rumah tangga yang menghadapi hal yang sama di tengah karantina di rumah akibat wabah Corona di kota-kota di Indonesia. Maka saya menyarankan agar pasutri dapat mengikuti 7 langkah ini untuk memulai kembali komunikasi dengan pasangan:

1. Mulailah dengan topik yang disukai pasangan. 

Biasanya pasutri yang mengalami masalah komunikasi bingung mulai dari mana kita ngobrol dengan suami/istri kita. Maka untuk memulai, selalu mulailah untuk membicarakan topik yang disukai oleh pasangan kita. Kalau suami Anda suka ngobrolin bola, ikutlah nimbrung membicarakan bola. Baca dulu hal-hal yang baru-baru ini terjadi seputar sepak bola. Siapa tokoh yang disukai oleh suami, kesebelasan favorit, dll. Kalau istri suka nonton film drakor, coba cari tahu film apa yang sedang in saat ini, siapa artis/aktor Korea favoritnya dll.

Pada saat ini, seluruh dunia ramai membicarakan tentang Covid-19. Ini sebenarnya merupakan kesempatan yang baik untuk berkomunikasi. Krisis merupakan salah satu sarana persahabatan yang bisa mempererat pasutri. Topik mengenai virus ini juga banyak diketahui bersama sehingga tidak sulit untuk membicarakan mengenai hal ini. Hanya hati-hati dengan HOAX dan juga hati-hati dengan membicarakan terlalu banyak hal yang negatif dan menakutkan mengenai Corona, hal ini malah bisa mengganggu kesehatan jiwa Anda berdua yang mana bisa menimbulkan kekuatiran dan ketakutan yang berlebihan.

infografis pencegahan virus corona

Dalam berkomunikasi, ingatlah bahwa kita selalu bisa membicarakan tentang:

  • Apa yang pernah terjadi di masa lalu (dari mulai hari-hari kemarin misalnya, sampai cerita waktu kita masih kecil)
  • Update apa yang baru saja terjadi hari ini (masa kini)
  • Rencana-rencana di masa depan (misalnya rencana bersama sebagai satu keluarga dalam menghadapi ancaman virus Corona)
  • Perasaan yang kita rasakan tentang apa yang terjadi

 

2. Dengar dan mencoba mengerti sebelum mengemukakan pendapat

Kunci berkomunikasi dengan baik ada dalam 1 kata kerja: MENDENGARKAN.

Ada banyak sekali masalah yang bisa diselesaikan kalau Anda berdua saling mendengarkan satu dengan yang lainnya. Mendengarkan di sini bukan sekedar mendengar suara dan kata-kata dari sang istri/suami, tetapi juga memahami, mendengarkan perasaan yang dirasakan sang suami/istri, dan turut berada dalam sepatu yang sama (empati).

Kalau dalam percakapan biasanya kita suka merespon terlalu cepat bahkan memotong pembicaraan pasangan kita, cobalah untuk mendengarkan hingga selesai, mengungkapkan apa yang kita pahami tentang apa yang dikatakan pasangan, baru kita menanggapi atau berkomentar.

Untuk teknik bercakap-cakap yang menyenangkan pasangan kita, saya membuat teknik PASANGAN yang dapat Anda simak tekniknya di youtube di bawah ini:

Sedangkan di bawah ini versi kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan:

3. Konflik selalu dimulai dengan kata, “Saya merasa…”

Menjaga agar suasana rumah tetap harmonis dan nyaman memang penting, tetapi menjadi salah kalau itu dilakukan dengan tidak menyampaikan keberatan dan komplain kepada pasangan kita. Hal ini membuat kita menelan sendiri kekesalan yang kita rasakan yang mana menjadi bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu.

Rumah tangga yang sehat bukanlah sekedar tidak ada pertengkaran. Sebenarnya konflik dan perbedaan pendapat itu baik adanya karena membantu kita saling memahami satu dengan yang lain, dan membantu kita mengambil keputusan yang terbaik, keputusan yang win-win solution yang akan membuat pasangan suami istri betah dan nyaman dengan keluarganya sendiri.

Tetapi ada tekniknya agar konflik dapat membawa dampak positif dan bukan merusak hubungan pasutri. Salah satu teknik utama yang selalu saya ajarkan adalah, bahwa menyatakan keberatan yang berpotensi membawa konflik harus selalu dimulai dengan kata, “Saya merasa…” (Pembahasan mengenai teknik berkonflik yang sehat yang lain dapat dibaca di: Apa solusi terbaik untuk menghentikan pertengkaran dengan pasangan hidup?)

Formatnya adalah sebagai berikut, “saya merasa (perasaan), waktu kamu (kejadian). Saya butuh kamu (harapan)“.

Contoh: Saya merasa sakit hati waktu kamu menutup telepon kamu tiba-tiba kemarin. Saya butuh kamu menghargai pendapat saya walau tetap akhirnya kamu yang mengambil keputusan.

 

4. Hindari mempertanyakan alasan pasangan melakukan sesuatu.

Seringkali mempertanyakan pasangan kita merupakan awal dari pertengkaran. Karena mempertanyakan alasan membuat pasangan kita merasa dihakimi. Tapi ini bukan berarti saya mengajarkan yang berlawanan dengan langkah 3 di atas. Karena dalam banyak hal justru pertanyaan “mengapa” itu yang membantu kita untuk bisa memahami pasangan dengan lebih baik.

Maka gantilah kata tanya “mengapa” dengan “apa yang membuat”. Daripada menanyakan “Mengapa kamu meninggalkan aku sendirian?” lebih baik bertanya, “Apa yang membuat kamu meninggalkan aku sendirian?”

Pertanyaan pertama menghakimi pasangan yang telah meninggalkan Anda seorang diri, tetapi pertanyaan kedua mencoba menyelami bahwa mungkin ada hal-hal di luar pasangan yang menyebabkan ia mengambil keputusan itu. Frasa “apa yang membuat” menjadikan yang dipertanyakan adalah suatu alasan yang menjadi “kambing hitam” di luar pasangan, bukan pasangan kita, sekalipun jawabannya bisa sama.

 

5. Gunakan 8 sarana keintiman

Kadang memperbaiki komunikasi tidak cukup dengan teknik komunikasi yang lebih baik. Seringkali perasaan pasangan kita sudah pedih dan perih sehingga menolak untuk diajak berkomunikasi. Maka cobalah menggunakan 8 sarana keintiman untuk bisa mendekati pasangan kita dan mulai kembali berkomunikasi.

8 sarana keintiman itu adalah:

  1. Rekreasi
  2. Intelektual
  3. Spiritual
  4. Estetika
  5. Kesehatan
  6. Kreativitas
  7. Krisis
  8. Seks

 

Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di artikel: 7 Cara Membangun Keintiman dan Peta Cinta.

percakapan intim

6. Penuhi kebutuhan emosional pasangan

Selain menggunakan 8 sarana keintiman, usahakan untuk selalu mencukupkan kebutuhan emosional dari pasangan kita. Prinsipnya semakin banyak kita memenuhi kebutuhan emosionalnya, tabungan cinta Anda berdua akan semakin kaya, dan semakin ia bisa menoleransi kelemahan dan kesalahan yang kita lakukan.

Pada umumnya ada 5 kebutuhan emosional pria yang utama yaitu:

  1. Hubungan intim
  2. Rekreasi bersama
  3. Penampilan fisik pasangan
  4. Dukungan Rumah tangga
  5. Dikagumi

 

Penjelasan mengenai 5 kebutuhan tersebut dapat dibaca di artikel: Apa yang diinginkan Pria dari Istri Mereka?

Sedangkan untuk wanita, 5 kebutuhan emosinal yang utamanya adalah:

  1. Kasih sayang dan perhatian
  2. Percakapan intim
  3. Kejujuran dan keterbukaan
  4. Dukungan finansial
  5. Komitmen terhadap keluarga

 

7. Segera cari bantuan jika 4 tanda bahaya pernikahan menghampiri rumah tangga Anda berdua.

Langkah terakhir, adalah jika Anda dan pasangan tetap tidak mampu memulihkan kembali komunikasi yang intens seperti waktu pacaran dulu, jangan menunda untuk segera mencari bantuan profesional. Khususnya jika 4 tanda bahaya pernikahan sudah mampir dalam rumah tangga Anda (penjelasan lengkapnya dapat dibaca pada artikel berikut: Belajar dari Kasus Perceraian Ahok – Vero, Inilah 4 Tanda Kiamat Pernikahan yang Harus Diwaspadai):

  1. Kritik
  2. Hinaan
  3. Defensif
  4. Tembok emosi

 

Semakin cepat pasangan mencari pertolongan, semakin besar kemungkinan pernikahannya dapat diselamatkan. Dari riset Prof Gottman, seorang ahli konseling pernikahan, ditemukan bahwa rata-rata pasangan mengalami konflik 6 tahun sebelum masalahnya menjadi begitu intens dan sulit diselesaikan.

 

Dalam situasi krisis seperti sekarang, di mana kita tidak dapat lari ke mana pun selain keluarga kita, bukankah hal yang paling menenangkan kalau pasangan kita bisa menjadi tempat perteduhan kita? Bukankah tidak ada lagi kesempatan yang lebih tepat dari pada sekarang, untuk mengusahakan agar keluarga kita sehat dan harmonis?

 

NB: Untuk meresponi wabah Corona yang berpotensi meningkatkan angka perceraian di Indonesia, kami tetap menyediakan layanan coaching & counseling tatap muka menggunakan teknologi video conference terbaik sehingga proses coaching/counseling tetap dapat berlangsung tanpa terganggu. Sesi terakhir dapat dilakukan hingga jam 12 malam, setelah anak-anak Anda tertidur lelap. Kontak kami di WA nomor 082110477001.

Bagaimana pendapat Anda?