Apa solusi terbaik untuk menghentikan pertengkaran dengan pasangan hidup?

konflik dengan pasangan

Ijinkan saya untuk menyampaikan kebenaran penting ini:

Konflik rumah tangga tidak untuk dihindari

Yang menghancurkan rumah tangga bukan sembarang konflik, tapi konflik yang dilakukan dengan saling menyakiti satu dengan yang lain, atau justru kebalikannya: Zero Conflict.

Zero conflict bisa menghancurkan rumah tangga apabila disebabkan karena sudah terbangunnya tembok emosi (stonewalling). Tembok emosi adalah suatu sikap membatasi diri atau bahkan menghentikan komunikasi dengan pasangan, dengan alasan tidak mau membuat pasangan marah, atau alasan sebenarnya adalah tidak mau dilukai oleh pasangannya.

(Ilustrasi diambil dari buku: “The Great Marriage”, Ilustrator: Azam Fikri)

Dua orang yang berasal dari keluarga yang berbeda, kebiasaan yang berbeda, cara berpikir yang berbeda, kepribadian yang berbeda dan terkadang budaya yang berbeda, disatukan dalam ikatan pernikahan yang suci, menjadi orang yang paling dekat, akrab dan intim satu dengan yang lain. Secara logika, tidak mungkin penyatuan itu tidak menciptakan konflik. Dari hal yang paling sederhana misalnya tentang cara menaruh handuk bekas pakai, sampai masalah yang lebih rumit seperti pengasuhan anak tentunya akan banyak perbedaan pendapat dan salah pengertian yang membuat kita dilukai oleh pasangan kita.

Konflik yang sehat justru adalah hal penting yang harus ada untuk membantu kita belajar dan beradaptasi dengan perbedaan-perbedaan yang ada dengan pasangan kita. Konflik yang sehat memperkuat ikatan pernikahan kita.

Bagaimana kita bisa berkonflik dengan sehat?

5 langkah untuk berkonflik dengan sehat (silakan membaca buku saya: “The Great Marriage” untuk penjelasan lengkapnya).

  1. Mulailah konflik dengan kata “Saya merasa…..” Contoh: “Saya merasa kesal ketika kamu melemparkan handuk kepada saya”. Memulai dengan kata saya merendahkan nada suara kita mengurangi potensi timbulnya pertengkaran. Memulai dengan menyatakan emosi kita memungkinkan kita menyampaikan unek-unek kita tanpa judgement pada pasangan kita.
  2. Tunjukkan upaya berbaikan setelah berdiskusi. Misalnya dengan mengucapkan maaf, memeluk suami/istri, memberikan empati, atau menunjukkan kasih sayang sesuai bahasa kasihnya.
  3. Saat kita emosi, tidak akan ada solusi yang menyelesaikan problem kita, yang ada adalah debat kusir yang tidak berujung. Karena itu saat menyadari kita emosi, STOP, ambil waktu dulu setidaknya 20 menit untuk mengambil nafas, dan menenangkan diri.
  4. Kompromi. Tidak ada pernikahan yang bisa berjalan tanpa kompromi antara suami dan istri. Utarakan mana hal yang bisa dikompromikan dan hal mana yang tidak bisa dikompromikan, dan ujilah apa benar hal yang tidak bisa dikompromikan itu memang benar 100% tidak bisa dikompromikan.
  5. Selesaikan ganjalan. Adalah penting bagi suami-istri yang masih menyimpan adanya kekesalan kepada pasangannya untuk menyelesaikan ganjalan yang ada. Caranya adalah dengan mengungkapkannya (cari waktu yang tepat untuk mengungkapkannya), memberikan/meminta maaf lalu forgive and forget.
berbaikan dengan pasangan

Untuk bisa melakukan 5 hal tersebut, diperlukan keahlian komunikasi active listening, salah satunya dengan metode PASANGAN:

  • P:erhatian penuh
  • A:pa masalahnya
  • S:erius mendengar
  • A:ktif bertanya
  • N:gulangi kembali
  • GAN:tian

Semoga membantu Anda dan teman-teman lain yang membaca untuk memperjuangkan Pernikahan yang Hebat (Great Marriage)! Salam pembelajar!

Bagaimana pendapat Anda?