Belajar dari Kasus Perceraian Ahok – Vero, Inilah 4 Tanda Kiamat Pernikahan yang Harus Diwaspadai

perceraian ahok vero

Senin tanggal 5 Januari 2018 adalah hari yang kelabu. Setidaknya demikian menurut pendapat sebagian netizen yang merupakan Ahokers. Bagaimana tidak, orang yang mereka jadikan panutan diberitakan telah menggugat cerai istrinya, Veronita Tan. Awalnya para netizen tidak percaya dan hanya menganggap itu HOAX belaka. Apalagi hubungan Ahok dan istrinya selalu terlihat mesra dan sepertinya kehidupan pernikahan mereka baik adanya. Tetapi setelah media masa utama yang dapat dipercaya memuat berita itu di laman web mereka, para fans Ahok pun akhirnya sedih, patah hati dan hanya bisa berdoa untuk Ahok dan Vero.

Dalam artikel ini saya tidak akan mencoba berasumsi apakah penyebab perceraian mereka adalah karena hubungan yang buruk, perselingkuhan, perzinahan, atau karena politik yang kejam. Tetapi sama seperti awan kelabu sebelum hujan, pernikahan yang akan berakhir dengan perceraian memiliki tanda-tanda yang dapat terlihat dengan jelas. Tanda-tanda itu disebut oleh penemunya, John Gottman, sebagai 4 penunggang kuda akhir jaman (The 4 horsemen of apocalypse). Istilah ini diambil dari kitab Wahyu (Alkitab) pasal 6 yang sering ditafsirkan sebagai tanda-tanda kiamat, di mana menurut kepercayaan Kristiani, Yesus Kristus akan datang kembali dan mengakhiri dunia ini.

Baca juga: Ini Sebabnya Cinta Dalam Pernikahan Menjadi Hambar

Berikut adalah keempat tanda sebuah pernikahan yang terancam cerai tersebut.

  1. Criticism (Kritik terhadap kepribadian).

Kritik yang dimaksud bukan sekedar kritik atau komplain biasa yang ditujukan pada sesuatu hal atau suatu perbuatan tertentu. Kritik yang merusak adalah bila kritik itu menyerang pribadi.

Contoh:

Kritik biasa: “Aku sudah cape-cape beresin kamar, kok kamu berantakin lagi sih?”

Kritik pribadi: “Dasar EGOIS! Kamu nggak peduli aku udah cape-cape beresin kamar!”

Perbedaan dua kritik di atas adalah pada kritik yang merusak, ada pelabelan sifat negatif yang ditujukan kepada pasangan kita. Inilah yang melukai perasaan dan merusak hubungan pernikahan.

  1. Contempt (Hinaan)

Kritik yang merusak seperti di atas lama-lama akan meningkat menjadi sindiran. Sindiran menjadi hinaan terbuka. Hinaan seperti ini muncul karena merasa diri sendiri lebih baik dari pasangan dan hilangnya respek terhadap pasangan.

Ilustrasi: freepik

Dari keempat penunggang kuda, Hinaan adalah penunggang kuda yang paling berbahaya dan paling merusak hubungan suami-istri. Saat hinaan terjadi, kita melupakan semua hal positif yang dimiliki oleh pasangan kita.

Contohnya, dalam kasus kamar berantakan tadi, hinaan yang diucapkan misalnya

“Punya kamar berantakan kayak gini, gw kayak tidur sama BABI!”

  1. Defensiveness (Sikap mempertahankan diri)

Adalah hal yang alami bagi manusia untuk melindungi diri, termasuk melindungi perasaannya dari rasa sakit. Karena itu sikap defensif merupakan reaksi umum jika seseorang dikritik dan dihina. Tetapi sikap defensif tidak membantu menyelesaikan konflik. Ketidakhadirannya adalah syarat untuk dapat berbaikan dengan pasangan.

Sikap defensif akan menjadi sesuatu yang selalu muncul saat hubungan sudah semakin memburuk. Yang kita bela bukan lagi tingkah laku kita, tetapi diri kita sendiri. Diri kitalah yang diserang, dilukai dan dihancurkan. Kita ingin tetap dihargai dan dihormati sekalipun kalau memang benar kita yang salah.

Contoh: “Bukan salah gw punya rumah sekecil siput!”

Atau, “Jangan ngomong elo beresin kamar, tuh dapur noh bersihin dulu!”

Dalam contoh yang kedua, mungkin ia menyadari kesalahannya, tetapi ia tidak mau menerima kritik dan komplain, malah ia membongkar kelemahan dari pasangannya. Situasi seperti ini bukan lagi mencari win-win solution tetapi sudah lose-lose.

  1. Stonewalling (Membangun tembok emosi)

Apabila pasangan terus-menerus mengkritik dan menghina, maka lama-kelamaan pasangan yang dihina dan dikritik itu akhirnya akan membangun tembok emosi untuk melindungi dirinya dari rasa sakit. Ia akan menutup diri dan tidak lagi mau membukanya untuk pasangannya. Ia akan berpikir untuk apa membuka diri kalau terus akan dihakimi dan disalahkan.

Ilustrasi: freepik

Pada saat inilah sebenarnya suami dan istri sudah bercerai secara emosi. Walau keduanya masih selalu berjumpa setiap hari, tetapi perasaan mereka sudah mati, mereka tidak mau lagi dilukai oleh pasangan mereka. Keduanya mungkin masih bisa terlibat percakapan, tetapi tidak ada lagi percakapan dari hati-ke-hati yang semestinya dimiliki oleh pasangan yang sehat.

Stonewalling dapat terlihat apabila ketika terjadi masalah atau konflik, daripada membicarakan masalahnya, ia bersikap tidak peduli, tidak mau mendengar, mengalihkan ke topik lain, atau berusaha menyibukkan diri dengan berbagai kesibukan lain.

 

Kehadiran keempat tanda tersebut adalah ciri yang kuat sebuah pernikahan akan berakhir dalam 5-6 tahun usia pernikahan, menurut Gottman yang telah melakukan penelitian terhadap lebih dari 3000 pasangan selama lebih dari 20 tahun.

Dari 4 tanda di atas, berapa penunggang kuda yang sudah hadir dalam pernikahan Anda? Jangan menunda untuk mencari bantuan. Penelitian menunjukkan pasangan biasanya menunggu 6 tahun sebelum mencari bantuan untuk memperbaiki pernikahannya, dan sedihnya seringkali sudah terlambat karena masalahnya sudah menjadi sedemikian kompleks.

Pembelajar Hidup menyediakan Marriage Coaching bagi Anda yang rindu agar pernikahan yang buruk bisa menjadi baik dan pernikahan yang baik menjadi pernikahan yang hebat. Apabila Anda mempunyai keberatan untuk mengikutinya, Anda bisa terlebih dahulu mengikuti kelas pernikahan online kami. Setidaknya dapat membantu Anda mengambil langkah awal menuju pernikahan sehat dan langgeng. Langkah apa pun yang Anda pilih, jangan biarkan hubungan pernikahan menjadi buruk yang menyebabkan 4 penunggang kuda kiamat menghampiri pernikahan Anda.

Bagaimana pendapat Anda?