
Saya ingat waktu jaman old ketika dunia penerbangan di Indonesia sedang begitu terpuruk karena begitu banyak kejadian kecelakaan pesawat, ada sebuah cerita yang beredar luas di masyarakat.
Ceritanya pesawat Amerika Serikat terbang melewati Korea Utara. Maka pemimpin tentara Korea Utara pun memerintahkan anak buahnya untuk segera menembaki pesawat Amerika Serikat itu sehingga pesawat itu mengalami nasib yang nahas.
Kemudian lewatlah pesawat berbendera Jepang melewati wilayah udara mereka. Sang Kapten lagi-lagi berteriak, “TEMBAK!!!”, dan pesawat itu pun mengalami nasib yang nahas. Lalu munculah pesawat dengan bendera Indonesia, nyasar melewati Korea Utara. Para prajurit sudah bersiap akan menembakkan rudal anti pesawat ke pesawat Indonesia itu. Tetapi Kapten Korea Utara segera mencegah mereka, katanya,
“JANGAN TEMBAK! Biarin aja pesawat Indonesia itu, nanti juga jatuh sendiri”
Dan tak beberapa lama kemudian pesawat Indonesia itu pun mengalami kecelakaan pesawat dan jatuh.

Hubungan pernikahan dapat digambarkan seperti joke tentang pesawat tersebut. Sama seperti pesawat yang nggak diapa-apain tetapi jatuh sendiri, tanpa diapa-apakan pun cinta dalam pernikahan akan dengan sendirinya meredup dan tanpa usaha dari suami dan istri, akan berakhir dengan loveless marriage.
Baca juga: Jangan Bilang Pernikahan Anda Baik-Baik Saja Sebelum Mencoba ini
Setidaknya ada 3 hal yang membuat suatu hubungan cinta menjadi dingin setelah bertahun-tahun usia pernikahan.
- Problem dengan cinta romantis
- Kelahiran si sulung
- Berbagai tekanan kehidupan sehari-hari
Problem dengan Cinta Romantis
Waktu kita jatuh cinta pada seseorang, cinta yang kita miliki belumlah sempurna. Pada umumnya kita jatuh cinta didorong sebagian besar oleh gairah. Dan dengan berjalannya waktu, hubungan cinta yang sehat akan menambahkan keintiman dan komitmen ke dalam cinta.
Sayangnya, bukan hal seperti ini yang umumnya terjadi. Banyak orang yang menikah dengan masih sebagian besar dikuasai oleh passionate love, dan belum terlalu mengembangkan 2 unsur yang lain. Padahal, passionate love yang menggebu-gebu ini rupanya hanya bertahan paling lama 2-3 tahun saja. Inilah penyebab utama mengapa hubungan cinta dalam pernikahan, tanpa apa-apakan pun akhirnya akan kandas juga, sama seperti pesawat terbang Indonesia pada joke di atas.
Kelahiran si sulung
Bagi kita yang berada di Indonesia, kita masih memegang budaya timur yang mengatakan bahwa hubungan seks yang legal hanyalah dalam perkawinan. Bahkan bagi kita lebih sopan mengatakan “hubungan suami-istri” daripada mengatakan hubungan seks.
Maka begitu menikah, dua sejoli yang sudah lebih dari 10 tahun bahkan 20 tahun menahan untuk tidak melakukan hubungan seks itu akan sangat menginginkannya. Tidak aneh jika pasangan yang baru menikah umumnya rajin melakukan hubungan seks.
Karena rajin berhubungan, kalau keduanya merupakan pasangan yang sehat, dan tidak melakukan KB, maka sang istri akan segera mengandung. Nah di sinilah persoalan dimulai.
Prof. James C. Dobson, seorang Profesor dan Psikolog ternama di Amerika Serikat mengatakan bahwa hubungan antara suami dan istri akan mencapai titik balik saat anak sulung lahir. Selanjutnya hubungan mereka akan semakin menurun dengan bertambahnya waktu dan sulit untuk kembali sampai anak-anak mereka remaja.
Sewaktu anak pertama lahir, sang ibu harus memperhatikan si bayi hingga 24/7 (24 jam sehari, 7 hari seminggu). Sang ibu menjadi begitu lelah dan kecapaian untuk memperhatikan seluruh isi keluarga, terutama suaminya.
Di saat yang sama, pada umumnya suami sedang memasuki tahap-tahap yang penting dalam meniti karirnya sehingga menghabiskan begitu banyak waktu dan pikiran untuk bekerja, dan terkadang urusan rumah jadi kurang diperhatikan, termasuk istrinya.
Akibatnya dapat ditebak, keduanya sibuk dengan urusan masing-masing, kebersamaan menjadi semakin jarang, dan ikatan emosi antara mereka akan semakin renggang. Padahal kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang itu tetap ada, sehingga keduanya akan mencari pemenuhan kebutuhan itu di luar dari pasangannya. Pelariannya bisa melalui hobi, pekerjaan, anak, makanan atau hangout bersama teman-teman. Paling parahnya di sini benih perselingkuhan bisa tumbuh di salah satu atau keduanya.
Berbagai Tekanan Kehidupan Sehari-Hari
Berbagai tekanan kehidupan menguras energi kehidupan kita. Pekerjaan yang menumpuk, tidak pernah selesai, terbelit hutang yang sulit dibayar, kebutuhan keluarga yang semakin tinggi namun penghasilan tidak bertambah, penyakit menahun, masalah dengan keluarga besar atau pun ipar dan orang tua yang suka kepo.
Terkurasnya energi kehidupan kita itu seyogyanya dapat di-recharge kembali melalui hubungan yang akrab di keluarga inti kita (suami/istri dan anak). Tetapi harus kita akui, rumah kita pun merupakan sumber stres tersendiri.
Hubungan dengan anak, hubungan dengan suami/istri bisa menjadi sumber stres. Keuangan keluarga, penyakit/kelainan pada anak, anak yang sulit diatur, sulitnya memenuhi keinginan anggota keluarga yang berbeda-beda bisa menjadi tantangan dalam pernikahan kita. Tidak jarang, liburan pun bukan menjadi waktu yang menyegarkan buat kita, melainkan waktu di mana kekesalan, amarah, dan sakit hati bertumbuh dengan suburnya.
Hal-hal di atas menjadi hal-hal kecil yang mengikis tabungan cinta kita. Semakin hari cinta kita bukan semakin bertumbuh, melainkan semakin berduri.
Dr. Tim Clinton, Presiden AACC (American Association of Christian Counselors) mengatakan bahwa masalah-masalah sehari-hari ini dapat menimbulkan siklus ketidaktertarikan antara suami dan istri. Siklus ini seperti pasir hisap yang semakin hari akan terhisap semakin dalam dalam ketidaktertarikan terhadap pasangan. Hal ini dapat mengancam pernikahan, apabila kita tidak dapat menyelesaikannya dengan baik dan bersama-sama. Suami bisa berteriak “tidak ada yang mencintai saya” atau “tidak ada yang memahami saya”, padahal istri mereka pun mengatakan demikian.
Enggan Mencari Informasi dan Bantuan
Ketiga penyebab pernikahan tanpa cinta di atas sudah dapat membuat pernikahan kita menjadi laksana neraka dunia. Tetapi hal ini diperparah lagi dengan 2 hal ini:
- Kurangnya informasi dan pendidikan tentang pernikahan yang sehat
- Keengganan mencari bantuan
Berapa banyak di antara kita yang mengikuti pendidikan pra-nikah atau konseling pra-nikah atau pre-marital coaching sebelum menikah? Kalau sudah terlanjur menikah, berapa banyak di antara kita yang mau mengikuti program seperti Marriage Enrichment atau Marriage Academy?
Kita bisa mengeluarkan puluhan bahkan ratusan juta untuk 1 hari resepsi pernikahan. Kita juga mempersiapkan the wedding day kita bahkan hingga 1 tahun sebelum pernikahan (tentu saja, karena gedung resepsi harus di-booking jauh-jauh hari untuk bisa mendapatkan tanggal yang kita inginkan). Konon menurut data di US, pasangan yang akan menikah menghabiskan waktu hingga 500 jam untuk mempersiapkan hari H. Kita berdiet dan mempersiapkan penampilan fisik agar tampil prima saat hari pernikahan kita dengan susah payah. Kita bahkan mau membayar untuk disakiti (waxing misalnya) demi perawatan tubuh.
Tetapi berapa juta rupiah yang kita keluarkan untuk mempersiapkan kehidupan pernikahan kita setelah hari H? Berapa waktu yang kita luangkan untuk duduk bersama pasangan, mengikuti kelas pernikahan, atau coaching/konseling pernikahan? Tindakan apa yang telah kita lakukan untuk mempersiapkan hati dan pribadi kita agar kehidupan pernikahan kita bahagia?
Harapan Bagi Anda yang Sudah Menikah
Lantas apakah kita hanya bisa menerima bahwa pernikahan lambat laun akan menjadi hambar? Tentu tidak, dalam beberapa kesempatan saya sudah membagikan beberapa tips agar pernikahan Anda langgeng dan bahagia seperti pada posting ini: 5 Rahasia Rumah Tangga Harmonis Sampai Tua Ala Bondan Winarno, atau pada posting ini: Pelajaran Penting Tentang Pernikahan dari Kisah Ramayana. Yang pasti, pada prinsipnya pernikahan itu seperti api. Untuk mempertahankan nyalanya, kita harus selalu menambahkan bahan bakar, melindunginya dari tiupan angin, dan dari hujan. Diperlukan usaha keras agar pernikahan kita bisa menjadi great marriage. Dan usaha itu layak untuk dilakukan, karena selain untuk kebahagiaan keluarga Anda, juga karena mendidik anak yang hebat selalu dimulai dari pernikahan yang hebat.
Saya Deny Hen, Salam pembelajar!
NB: Jika Anda merasa membutuhkan pendidikan tentang pernikahan, kami memiliki kelas online pernikahan yang mungkin cocok bagi Anda. Silakan tengok di sini: Rahasia Membangun Pernikahan yang Anda Idamkan

Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.