Waktu saya melakukan studi untuk menuliskan buku saya berikutnya, saya menemukan ada 6 mindset penting yang membantu kita untuk menjadi tangguh. Tiga di antaranya saya coba jabarkan dalam artikel ini.
Mindset Tangguh #1 “Berhasil atau gagal adalah tanggung jawab saya”
Memikul tanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan diri adalah mindset yang sangat penting yang menentukan keberhasilan dan ketangguhan Anda.
Baca juga: Bagaimana Cara Membangun Mental yang Kuat?
Seorang pelajar yang memiliki mindset tangguh ini akan berpikir bahwa nilai-nilai A yang dimilikinya adalah hasil kerja kerasnya semata, bukan karena gurunya lupa memakai kacamata bacanya saat menilai, bukan pula karena merasa “sudah pintar dari sananya”, apalagi semata-mata karena takdir.
Demikian juga saat kita menyalahkan faktor di luar diri kita, yaitu orang lain atau situasi dan kondisi sebagai alasan kegagalan kita, kita tidak memetik pelajaran atas kegagalan tersebut. Karena kita tidak belajar dari kegagalan, kata bijak “Kegagalan adalah keberhasilan yang tertunda” menjadi tidak berlaku bagi diri kita.
Hasil meta-analisis dari 135 riset yang berbeda menyimpulkan bahwa mindset bertanggung jawab atas keberhasilan/kegagalan diri ini berpengaruh terhadap kepuasan kerja dan kinerja personal yang lebih tinggi. Meta-analisis lain dari 222 riset yang berbeda bahkan menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki mindset ini menikmati kesehatan fisik maupun mental yang lebih baik. Mereka memiliki tekanan darah yang lebih rendah dan hormon stres yang lebih rendah .
Saat Anda memulai suatu pekerjaan, proyek, impian, cita-cita dan tujuan tertentu, camkanlah dalam diri Anda bahwa “Berhasil atau gagal adalah tanggung jawab saya”.
Mindset Tangguh #2 “Aku tidak boleh gagal, segala upaya akan kutempuh hingga aku berhasil”
Tahun itu 1942, 1 tahun sudah peperangan antara tentara merah Uni Soviet (USSR) melawan tentara Wehrmacht Jerman di perang dunia kedua, front timur. Uni Soviet berada dalam kekalahan yang bertubi-tubi. Pasukan Jerman sudah menguasai Ukraina dan hampir menguasai ibukota Moscow. Kondisi peperangan yang buruk, persenjataan yang kurang telah mengakibatkan banyaknya tentara merah yang melarikan diri dan menjadi disertir.
Pada saat genting tersebut Stalin, sebagai pemimpin tertinggi USSR mengeluarkan perintah no. 227 yang sangat terkenal. Salah satu isinya adalah memerintahkan setiap tempat pertempuran untuk membentuk pasukan penghadang (barrier troops) yang tugasnya menembak tentara-tentara yang melarikan diri dari medan pertempuran. “Tidak selangkah pun mundur” demikian slogan Stalin.
Perintah tersebut memaksa tentara merah untuk fokus pada kemenangan sebagai satu-satunya kesempatan untuk tetap bertahan hidup. Kepala Staff Jendral Uni Soviet pada masa itu, Aleksandr Vasilevsky mengatakan bahwa perintah no. 227 adalah dokumen perang yang paling powerful karena isinya yang begitu emosional dan patriotik. Perintah no. 227 membuatnya berpikir untuk melakukan segala cara untuk memenangkan pertempuran .
Perintah itu sangat kejam dan membuat tentara Uni Soviet membunuhi teman mereka sendiri, namun demikian perintah no. 227 telah meningkatkan moral pasukan merah pada saat-saat kritis, sehingga sangat berperan dalam menghentikan laju pasukan Jerman untuk menguasai Uni Soviet. Seorang veteran, waktu mengingat kembali kejadian tersebut mengatakan, “bukan suratnya, tetapi semangat dan isi perintah tersebut yang membuka jalan bagi terobosan moral, psikologis dan spiritual dalam hati orang-orang yang mendengarnya.”
Di saat kita berada di tengah krisis atau dalam perjuangan meraih suatu tujuan yang sangat penting dalam hidup kita, kita perlu memiliki mindset ketetapan hati yang tak tergoyahkan untuk berhasil. Pikirkan apa yang menjadi taruhan Anda jika Anda gagal. Siswa yang gagal menjadi rangking 1 mungkin hanya kehilangan piala, tetapi entrepreneur yang gagal memiliki resiko akan kehidupan keluarga: istri dan anak-anaknya. Saat itu Anda perlu mengatakan pada diri sendiri, “Aku tidak boleh gagal, segala upaya akan kutempuh hingga aku berhasil”
Ada sedikit peringatan berkaitan dengan mindset ini, yaitu pada frasa “segala upaya akan kutempuh”. Waktu kita punya mindset ini, bukan berarti cara-cara ilegal dan non-etis juga akan kita jalani demi kesuksesan. Kita menginginkan keberhasilan dalam kehidupan yang utuh, bukan sekedar keberhasilan dalam arti yang sempit. Resiko dan harga yang harus dibayar terlalu mahal untuk kita melakukan pelanggaran hukum dan etis. Mengabaikan peringatan ini akan membuat ketangguhan Anda begitu rapuh dan dapat hancur sewaktu-waktu.
Sejarah mengenai perintah no. 227 belum lengkap tanpa menceritakan akhir dari perintah tersebut:
Perintah yang pada awalnya membantu peperangan ini dihentikan secara formal pada 29 Oktober 1944, melalui perintah no. 349 dari Stalin. Perintah ini dikeluarkan dengan pertimbangan kondisi tentara merah yang telah berhasil membalikkan keadaan perang. Dalam kondisi yang telah membaik, perintah tersebut bukannya akan meningkatkan moral pasukan, malahan merupakan upaya yang membuang-buang sumber daya, di mana pasukan dan persenjataan tidak bisa digunakan sepenuhnya untuk menyerang musuh.
Mindset ketetapan hati yang tak tergoyahkan untuk berhasil memang sangat powerful, tetapi tidak cocok untuk segala kondisi. Dalam kondisi non-krisis, atau saat pengorbanan yang harus dilakukan atau harga yang harus dibayar begitu mahal dan tidak sebanding dengan hasilnya, kita perlu menggantikan mindset ini dengan mindset berikutnya, yaitu menyadari bahwa terkadang kita memang butuh gagal sebelum akhirnya kita bisa berhasil.
Mindset Tangguh #4 “Kondisi yang tidak mendukung adalah kesempatan emas untuk menjadi yang terhebat”
Ketidakadilan wasit dalam suatu pertandingan adalah hal yang sangat lumrah terjadi. Gol terkenal “tangan Tuhan” oleh Diego Maradona adalah contohnya . Kita tidak dapat melakukan apa pun untuk mencegah hal itu terjadi. Terkadang bukan kemampuan kita yang kurang, tetapi situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita membuat kita mengalami kegagalan.
Seorang pemenang biasa hanya mampu menjadi pemenang saat situasi dan lingkungan mendukung. Tetapi seorang pemenang sejati, seseorang yang terhebat adalah yang mampu tetap menjadi juara sekalipun situasi dan kondisi tidak mendukung. Ia tidak menyalahkan kondisi untuk kegagalannya, tetapi menggunakan kondisi tersebut untuk melatihnya menjadi lebih baik dari sebelumnya dan lebih hebat daripada orang-orang lain yang tidak mengalami kondisi serupa.
Kondisi yang tidak mendukung adalah suatu sarana bagi kita untuk bisa mengalahkan masalah dan maju melesat melebihi orang rata-rata.
Kita seringkali tidak dapat menghindar dari situasi dan kondisi yang tidak mendukung, misalnya:
- Keterbatasan tubuh yang membatasi aktivitas sehari-hari
- Mengalami ketidakadilan
- Kondisi fisik tempat kerja, tempat latihan, atau bahkan rumah kita yang kurang mendukung
- Lingkungan keluarga yang kurang suportif
- Lingkungan teman kerja yang kurang kondusif
Namun pada saat kondisi tersebut Anda alami, tetaplah kuat, karena: “Kondisi yang tidak mendukung adalah kesempatan emas untuk menjadi yang terhebat”
Selain 3 di atas, mindset tangguh lainnya adalah:
3. “Kali ini tak apa saya (sudah) gagal, tapi berikutnya saya akan berhasil”
5. “Saya juga bisa seberhasil dia, jika saya berjuang”
6. “Aku akan sanggup melewati (kesulitan) ini, sebagaimana pun buruknya keadaan ini”
Semoga menjadi dapat menjadi kekuatan Anda hari ini, saya Deny Hen, salam pembelajar.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.