Bagaimana Cara Mengembalikan Kepercayaan Pasangan Setelah Kita Mengecewakannya?

Ada kalanya saya menangani pasutri yang memiliki masalah dengan trust, seperti misalnya ada seorang suami yang mengeluh: “Istri saya tidak mau percaya pada saya. Ia tiap hari memeriksa HP saya, bertanya saya ada di mana sama siapa. Saya merasa dimata-matai sama dia. Harusnya dia percaya saya! Saya memang pernah melakukan kesalahan berselingkuh sekali, tapi sekarang kan sudah tobat. Demi Allah! Kalau dia tidak percaya lagi sama saya, buat apa pernikahan ini diteruskan lagi?”

Baca juga: Bagaimana Caranya Untuk Bisa Mengampuni Suami (atau Istri)?

Memang benar bahwa suatu pernikahan seyogyanya pasutri saling percaya satu sama lain, tetapi ada 1 hukum utama dalam masalah trust, yaitu bahwa trust tidak bisa diminta “kamu harus percaya saya”, tetapi trust akan diberikan secara sukarela ketika kita bisa membuktikan bahwa kita memang dapat dipercaya.

Bagaimana membuktikannya? Yaitu dengan cara:

1. Yakinkan bahwa kita punya kemampuan untuk mencintai dia. Yaitu dengan mencukupi kebutuhan cintanya sesuai bahasa cinta yang ia miliki. (5 bahasa cinta termuat di video di bawah ini)

 

2. Yakinkan bahwa kita tetap memilih dia walaupun banyak alternatif pilihan lainnya seperti PIL/WIL (pria/wanita idaman lain), pekerjaan, hobi atau teman-teman kita. Bukannya tidak boleh melakukan hal lain, tetapi prinsipnya adalah menempatkan pasangan kita pada prioritas yang utama.

3. Yakinkan bahwa apapun yang Anda lakukan itu selalu memperhatikan dan mempertimbangkan kebaikan dan perasaan pasangan kita. Bahwa kita tidak akan melakukan hal-hal yang merugikan dia. Tunjukkan mulai dari hal-hal yang kecil seperti: memilih makanan, memilih film, membelikan barang, dll.

4. Yakinkan bahwa kita sekarang memiliki integritas. Satu-satunya cara untuk membuktikan integritas kita adalah dengan menjadi transparan. Artinya membuka diri kita apa adanya, menceritakan seluruhnya tentang diri kita, dan memberi akses kepada HP dan rekening kita.

Mungkin ada yang mengatakan bahwa cara keempat itu terlalu ekstrim dan berarti tidak memiliki privasi. Tetapi dalam pernikahan, transparansi adalah salah satu kunci utama untuk pernikahan yang sukses.

Cobalah Anda pikirkan, kapan Anda membutuhkan privasi? Kita memerlukan privasi kalau kita:

  1. Tidak mempercayai pasangan kita (saya mengakui bahwa memang ada pasangan pria maupun wanita yang manipulatif dan cenderung jahat, tapi ini sangat jarang)
  2. Memang menyembunyikan sesuatu dari pasangan kita. Ini akan menjadi sumber konflik pasutri cepat atau lambat.

 

Maka, jadilah transparan, buktikan bahwa Anda memang layak dipercaya, maka kepercayaan pasangan itu, cepat atau lambat akan menjadi milik kita.

Salam pembelajar!

Bagaimana pendapat Anda?