Harus Sejujur Apa Kepada Pasangan?

sejujur apa kepada pasangan

Jawabannya mudah: 100% alias seluruhnya jujur sama pasangan. Tapi katanya ada pengecualian hal-hal tertentu yang akhirnya harus ditutupi dari pasangan. Benarkah demikian? Kalau benar, menyangkut hal-hal apa sajakah yang boleh berbohong pada pasangan?

Dalam bukunya, “His Needs, Her Needs”, psikolog ternama Dr. Willard Harley mengungkapkan ada 5 kebutuhan emosi utama bagi seorang wanita, salah satunya adalah kejujuran dan keterbukaan (penjelasan seluruh 5 kebutuhan emosi utama wanita dapat dibaca di sini: Apa yang diinginkan Wanita dari Suami Mereka?). Beliau mendefinisikan bahwa kebutuhan akan kejujuran dan keterbukaan adalah kebutuhan untuk mendapatkan informasi yang benar dan apa adanya tentang perasaan (positif maupun negatif), kejadian di masa lampau, kejadian dan aktivitas sehari-hari, dan rencana masa depan, tanpa memberikan kesan yang keliru.

Atau dengan kata lain, kejujuran dan keterbukaan kepada pasangan mencakup transparansi informasi yang mencakup:

  • Sejarah hidup: yaitu kejadian-kejadian di masa lalu, entah itu baik atau buruk, memalukan, atau rahasia yang kita tutup rapat-rapat dari orang lain.
  • Kejadian dan aktivitas saat ini: artinya apa yang terjadi akhir-akhir ini, apa yang dihadapi, apa kegiatan dan aktivitas yang dilakukan setiap hari
  • Rencana masa depan: termasuk rencana kegiatan, jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk mimpi-mimpi dan harapan di masa mendatang
  • Perasaan: apa yang dirasakan dalam berbagai kejadian dan saat ini, baik itu perasaan-perasaan yang menyenangkan maupun perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan (sedih, marah, takut, kecewa).

 

Dari sini, sebenarnya cukup jelas bahwa bagi wanita, kejujuran dan keterbukaan itu artinya ya jujur 100% dalam segala hal dan tidak menutup-nutupi segala sesuatu. Wanita secara naluriah membutuhkan keamanan, yang mana hanya dapat terjadi kalau ia mempercayai pasangannya. Sekalipun bukan menjadi kebutuhan emosi yang utama bagi pria, namun kejujuran dan keterbukaan tidak diragukan lagi penting juga bagi seorang pria.

Membuka Aib Masa Lalu

Dalam hal masa lalu, sebagian orang berpendapat bahwa, apa yang sudah terjadi sebelum ketemu pasangan tidak perlu diungkap saat mau menikah, karena toh itu merupakan masa lalu yang mungkin kelam namun sudah berakhir. Namun justu itu masalahnya, hal yang ditutupi itu justru seringkali merupakan informasi yang sangat penting yang mempengaruhi masa depan mereka. Mereka seringkali menyesal karena tidak mengetahui apa masa lalu kelam yang pernah terjadi dalam hidup pasangannya. Saya berulang kali mendapatkan cerita klien-klien yang merasa tertipu dan terkejut bahwa pasangannya sudah punya anak sebelumnya dari orang lain, atau yang ternyata belum berpisah dengan istri pertamanya.

Memang banyak orang pernah tersesat dan terpelosok dalam kubangan dosa dan derita yang memalukan, dan ia jelas butuh pengampunan dan penerimaan. Namun penerimaan adalah palsu tanpa mengetahui yang sesungguhnya terjadi. Lagipula jika pasangan yang akan menikahinya tidak mampu menghadapi dan menanggung masa lalu pasangannya, bukankah memang dia tidak layak untuk menikahinya?

 

Kejujuran Pasca Perselingkuhan

Dalam konseling pernikahan yang menyangkut perselingkuhan, saya pun selalu menekankan pentingnya untuk jujur 100% pasca perselingkuhan itu. Kepercayaan pasangan yang tersakiti sudah hancur, dan cara satu-satunya untuk mengembalikannya adalah dengan kejujuran dan keterbukaan sepenuhnya tentang apa yang sesungguh-sungguhnya telah terjadi. Selain itu, untuk mencegah terjadinya perselingkuhan lanjutan, saya akan meminta pasangan transparan dalam hal:

  • Aktivitas sehari-hari
  • Komunikasi, artinya tidak ada lagi HP dan email yang passwordnya tidak diketahui pasangan yang terluka
  • Finansial: membuka semua akses ke pencatatan keuangan dalam bentuk apa pun, yaitu mengetahui seluruh uang masuk dan keluar

 

Seringkali pasangan yang berselingkuh dalam upaya meredakan amarah dan menghindari luka yang lebih besar dalam diri pasangannya, menolak untuk terbuka dan jujur sepenuhnya tentang perselingkuhan itu kepada pasangannya. Tapi selalu akibatnya justru ketidakpercayaan dan luka yang sulit sekali untuk pulih. Akibatnya pernikahan mereka justru lebih sulit lagi untuk diperbaiki.

Namun ada 2 hal yang bisa menjadi pengecualian untuk tidak diungkapkan kepada pasangan, yaitu:

  1. Jika perselingkuhan itu telah sampai melibatkan hubungan intim, detail hubungan intim tersebut tidak boleh diungkapkan kepada pasangan karena akan menimbulkan luka yang terlalu dalam. Selain itu bukankah sebenarnya peselingkuh sudah jujur? Informasi detail tentang hubungan intim sebenarnya tidaklah dibutuhkan.
  2. Jika perselingkuhan itu telah selesai sepenuhnya dan pasangannya belum tahu sedikit pun tentang perselingkuhan itu. Sebaiknya perselingkuhan itu tetaplah rahasia dan tidak memperburuk hubungan pasutri tersebut. Apalagi jika ada resiko pasangan yang disakiti akan mengambil jalan pintas dan bunuh diri. Perlu dipahami bahwa “selesai sepenuhnya” di sini maksudnya peselingkuh sudah tobat dan tidak ada kontak lanjutan dengan pelakor/pebinor, serta tidak ada anak yang dilahirkan dari perselingkuhan itu.

 

Dua hal inilah yang tidak sebaiknya diungkap kepada pasangan, ini bukanlah upaya menipu atau membohongi, tetapi karena mengutamakan nyawa manusia. Namun dalam 100% hal lain, adalah kejujuran adalah keniscayaan dalam sebuah rumah tangga yang sehat dan bahagia.

Bagaimana pendapat Anda?