Sebenarnya, kalau kita dapat memilih, saya sangat tidak menyarankan untuk bekerja atau usaha di tempat yang sama dengan pasangan. Khususnya kalau banyak interaksi atau dalam mengerjakan tugasnya peran yang satu sangat bergantung kepada peran yang lain. Sebab konflik kepentingan sangat mudah terjadi. Apa yang terjadi dalam pekerjaan akan berpengaruh di rumah dan demikian juga sebaliknya, masalah dalam hubungan suami-istri bisa terbawa ke kantor. Walaupun bisa saja kita sepakat dengan pasangan bahwa masalah rumah tidak boleh dibawa ke tempat usaha/tempat kerja, namun dasar yang namanya manusia memang tidak dapat dilepaskan dari emosinya, sedikit banyak pasti akan berpengaruh.
Baca juga: Mengambil Keputusan Tanpa Konflik dalam Rumah Tangga
Misalnya, kalau sang suami adalah atasan (misalnya sebagai owner suatu PT) dan istri bawahan, beberapa problem ini bisa terjadi:
- Kinerja istri jadi lebih buruk karena ia merasa aman dan dilindungi suaminya sebagai atasan. Akibatnya perusahaan jadi tidak sebaik yang semestinya. Kecemburuan dan sinis dari rekan-rekan sang istri dan ketidaknyamanan di bawah juga bisa terjadi. Btw, ini juga yang sering terjadi dengan perselingkuhan di kantor loh. Atasan jadi mengistimewakan bawahannya (selingkuhannya).
- Hubungan di rumah menjadi kurang akrab karena suami terlalu menuntut performa yang tinggi dari istrinya. Ini sebaliknya dari nomor 1 di atas, kalau yang nomor 1 tadi, suami tidak menuntut performa jadi istrinya santai-santaian, sedangkan yang ini justru suami berusaha untuk tegas dan memperlakukan pasangan secara profesional di tempat kerja, akibatnya jarak bisa tercipta, kekesalan dan kekecewaan terjadi karena sang istri mengharapkan perlakuan yang lebih baik sebagai istri.
- Persoalan di kantor bisa berdampak ke pernikahan. Ribut urusan kantor, dimarahi oleh atasan (yang adalah suami kita) dampaknya di rumah ngambek. Ogah intim-intiman, apalagi tidur bareng.
- Persoalan rumah tangga bisa menjadi persoalan perusahaan. Berantem di rumah, kita jadi sebal dan enggan untuk mengerjakan tugas yang diberikan atasan (yang adalah suami kita), atau kalau dikerjakan, performanya bisa turun. Mengerjakan tugas menjadi tidak sesemangat biasanya. Atau suami/istri yang tidak mendapatkan kebutuhannya di rumah, selalu ada dampaknya ke kinerja perusahaan. Dalam hal ini, memang kita pun akan mengalami kinerja menurun yang sama walaupun pasangan kerja di beda perusahaan, namun bedanya penyebabnya bukanlah pasangan, jadi masalah tidak terlalu kompleks dan saling terkait.
Kalau kasusnya suami istri adalah karyawan di perusahaan yang sama walau beda departemen, kita pikir perusahaan tidak akan ikut-ikutan dalam urusan rumah tangga orang. Ternyata kenyataannya tidaklah selalu bisa demikian. Kalau kinerja perusahaan terpuruk karena pertengkaran internal rumah tangga, terlebih kalau karyawan yang bermasalah itu sangat dibutuhkan, maka perusahaan biasanya akan turun tangan juga menyelesaikan. Ini selalu terjadi dalam kasus-kasus perselingkuhan. Karena kalau ada perselingkuhan di mana suami, istri dan selingkuhannya ada di tempat yang sama, perusahaan akhirnya harus memilih mana yang akan dikeluarkan: selingkuhannya, atau suami dan istrinya sekaligus.
Kita tahu bahwa konflik antar rekan kerja karena urusan pekerjaan di kantor biasanya bagus untuk meningkatkan kinerja dan membuat keputusan-keputusan terbaik, namun konflik personal antara anggota tim itu seperti tulah yang bisa merusak perusahaan.
Kalau begitu, bagaimana caranya agar kita dapat mengurangi dampak negatif yang mungkin terjadi sehingga kita dapat bekerja bersama pasangan?
Tips Bekerja Bersama Pasangan:
1. Tips penting pertama adalah: sebisa mungkin bekerjalah pada posisi yang tidak saling bersentuhan. Hal ini mengurangi potensi-potensi masalah konflik kepentingan.
2. Bagi Anda yang berada dalam departemen yang sama (atau yang usaha bareng), maka ikatan suami istri haruslah sangat kuat. Hubungan mereka itu harus begitu kuat sehingga masalah-masalah dalam pekerjaan tidak akan mengganggu hubungan mereka. Dalam usaha bersama misalnya kemajuan usaha mereka akan sangat tergantung pada bagaimana kekuatan ikatan suami-istri mereka. Mereka yang punya ikatan yang kuat, chemistry yang solid akan bekerja sama dengan baik sehingga persoalan di pekerjaan dapat ditangani dengan bahu-membahu, bukan saling menyalahkan. (Anda juga bisa cek kesehatan pernikahan Anda di tautan ini: cek kesehatan pernikahan).
Bagaimana cara menguatkan ikatan antara suami dan istri ini? Pembahasan tentang hal ini cukup panjang, sehingga saya buatkan dalam bentuk buku. Cek buku saya: The Great Marriage untuk pembahasan detail apa saja yang dibutuhkan agar pernikahan kita great. Namun intinya terkandung dalam singkatan ini: My Friend Romeo 3C (Mindset, Friendship, Romance & Sex, Commmunication, Conflict Management, Commitment)
3. Percayakan keputusan kepada siapa yang menjadi pemimpin di usaha/pekerjaan. Dalam usaha bareng, penting sekali untuk menentukan siapa yang akan memimpin perusahaan tersebut. Kalau itu adalah suami, maka keputusan perusahaan haruslah diserahkan padanya tanpa intervensi Anda sebagai istri, sekalipun Anda ikut menanamkan uang Anda di dalamnya. Demikian juga sebaliknya. Harus disepakati bersama siapa yang akan mengambil keputusan dan percaya padanya.
Konflik juga seringkali terjadi karena kita ingin didengar oleh atasan, apalagi oleh atasan yang adalah pasangan kita, namun pasangan kita sebagai atasan seringkali punya pertimbangan sendiri. Ingatlah bahwa sebagai pemimpin ia memiliki informasi dan sumber daya yang lebih banyak dan lebih lengkap daripada Anda sehingga mungkin saja keputusannya lebih tepat (walaupun Anda berpikir tidak demikian). Dan kalau konflik terjadi, camkanlah kepada diri Anda bahwa ini bukan masalah personal, ini adalah masalah perusahaan.
Bagaimana kalau kita melihat pasangan kita akan mengalami kegagalan? Tentu saja kita boleh memperingatkan atau memberikan sumbang saran, tetapi tetap kita harus belajar mempercayainya. Kegagalan juga adalah proses pembelajaran yang dibutuhkan Anda dan pasangan. Tetapi merengut hak untuk gagal dari pasangan akan menjadi masalah personal yang merusak hubungan Anda. Karena pasangan adalah keluarga Anda, bukan orang lain. Intervensi Anda hanyalah dibutuhkan saat pasangan mengijinkannya.
4. Berikan hak dan keleluasaan yang lebih kepada pasangan sebagai bawahan Anda, tetapi tetapkan batas-batas toleransi akan hal-hal yang penting. Pasangan tentu adalah orang terdekat dan kesayangan kita. Karena itu ia memang perlu mendapatkan privilege sebagai rekan kerja kita. Karena itu ia perlu memiliki lebih banyak hak, dan lebih banyak keleluasaan. Namun ini hanya berlaku untuk hal-hal yang tidak terlalu signifikan. Misalnya tentang keterlambatan masuk kantor. Tetapi kalau untuk hal-hal yang penting, misalnya menyangkut keberlangsungan perusahaan, tentu harus tegas dan tidak memberikan toleransi. Karena itu yang menjadi pemimpin harus memikirkan batas-batas toleransi ini seawal mungkin sehingga tidak bingung saat menjalankannya.
5. Sehubungan dengan nomor 4 di atas, maka sebagai bawahan, hindarilah mempergunakan privilege Anda untuk keuntungan pribadi. Ini adalah jalan tol menuju masalah dalam bisnis atau di dalam lingkungan pertemanan dengan rekan-rekan kerja Anda.
Demikianlah tips untuk Anda para pengusaha/profesional muda yang bekerja dengan pasangan. Semoga Anda dan pasangan diberkati dan selalu diberikan hikmat oleh Tuhan dalam mengambil keputusan. Saya Deny Hen, salam pembelajar!
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.