Nama saya Putri, IRT dengan dua anak. Saya sudah hampir setahun hidup tidak harmonis dengan suami saya. Dia mulai kasar, mulai kekerasan fisik dan mulai melenceng dari tanggung jawabnya sebagai suami. Terlebih untuk mencari nafkah, terkesan dia orang yang pemalas dan tidak mau berusaha lebih, padahal suami saya adalah seorang perawat yang notabene gampang cari kerjaan sampingan.
Baca juga: Marriage Academy Batch 3
Karena gajinya memenuhi kebutuhan sehari-hari kami kurang, saya putuskan untuk kerja di freelance sebagai dosen honorer dari kampus ke kampus, sambil buka warung dan usaha online. Tapi suami tidak pernah mau membantu meringankan beban saya, sampai kemarin saya sampai harus dirawat di RS karena terlalu lelah dan makan tidak teratur.
Tetapi pulang dari RS bukannya istirahat malah saya sudah dituntut untuk ambil kerjaan ini dan itu. Terkesan suami sama sekali tidak punya rasa kasihan ke saya. Dia menuntut saya untuk berusaha lebih tetapi dia sama sekali tidak mau berusaha lebih, bahkan dia hanya menyelesaikan kerjaannya di rumah sakit, sampai rumah tidur. Sementara saya dituntut di rumah untuk urus anak sambil jaga warung bahkan terkadang harus membuat media untuk mengajar. Jadi sambil buat power point, sambil jaga warung sambil jaga anak, dan dia sama sekali tidak mau tahu, bahkan terkesan tidak peduli sama sekali.
Apa yang bisa saya lakukan untuk menyikapi hal itu? Mohon saran dan bimbingannya.
Putri (bukan nama sebenarnya)
NB: pertanyaan yang serupa juga diajukan oleh para istri yang lain, walaupun kasusnya berbeda, namun inti masalahnya sama yaitu suami yang kurang peduli pada istri dan anaknya, atau suami yang kurang mau terlibat dalam urusan rumah tangga dan anaknya.
Jawab Coach Deny Hen:
Ibu Putri, saya salut dan kagum sekali dengan semangat juang ibu sebagai truly a supermom. Ibu mengurus rumah tangga, sambil berjuang untuk membantu suami mencukupkan kebutuhan hidup keluarga ibu. Saya yakin ibu lakukan itu dengan tulus dan rela hati tanpa pamrih demi keutuhan rumah tangga ibu. Dan saya yakin bagi ibu itu bukanlah masalahnya.
Masalahnya adalah sang suami yang dirasa kurang berjuang untuk keluarga dan kurang peduli dengan kondisi rumah tangga, khususnya sang istri yang sudah merasa begitu keletihan menjaga agar dapur tetap ngepul dan anak tetap bertumbuh dengan sehat.
Sebelum saya memberikan tips dan saran untuk Ibu Putri, supermom yang luar biasa ini, saya ingin mengetuk pintu hati para ayah, para bapak dan para suami untuk belajarlah untuk mendengar dan memperhatikan istri Anda. Rumah tangga kita tidak dapat terus bertahan tanpa istri kita. Mereka bukanlah robot atau pembantu yang menyelesaikan segala urusan yang kita tidak mau urus untuk kita. Istri yang adalah partner suami, dan pemelihara keluarga, adalah seorang manusia yang akan mengaduh jika dicubit sekaligus seorang wanita yang akan menangis jika tidak mendapatkan kasih sayang.
Maka waktu Anda para suami pulang ke rumah, sapalah dan kecuplah istri Anda. Berikan pelukan hangat dan dengarkanlah ia berbicara sebelum Anda benar-benar beristirahat. Perhatikanlah apakah ia keletihan, apakah ada garis hitam pada bawah matanya, apakah jarinya terluka terkena pisau dapur, apakah perasaannya kesal karena perkataan teman-teman wanitanya. Bahkan terkadang para ayah tidak perlu melakukan apa pun untuknya selain memahami perasaan dan mendengarkan keluh kesahnya.
Ibu Putri, di satu pihak sebagai orang yang sama-sama telah dewasa, ibu dan suami tidak lagi bisa saling menuntut dan memaksa pasangan kita untuk berubah. Daripada menuntut atau bahkan memarahi suami, lebih baik mengajaknya berdiskusi. Kadang kita pun tidak memahami apa yang dialaminya sehingga ia pun menjadi kurang peduli dengan keluarganya. Maka para istri pun punya kewajiban untuk mendengarkan keluh kesah sang suami sepenuhnya, dan memahami mereka sebelum Anda boleh memberikan komentar dan pendapat pada sang suami.
Saat mengajak diskusi, mulailah dengan formula “saya merasa…. (perasaan), waktu kamu … (kejadian). Saya membutuhkan kamu …. (harapan).”
Contoh: “Saya merasa begitu lelah setiap hari, ketika kamu pulang ke rumah langsung tidur, dan tidak melihat betapa aku sudah keletihan menjaga warung. Saya butuh kamu ikut menjaga warung sehingga aku setidaknya bisa istirahat 1-2 jam mengingat jam tidurku yang hanya 4 jam saja setiap hari.”
Saat kita bertanya dengan dimulai kata “saya”, kita tidak sedang menghakiminya, tetapi sedang mengungkapkan perasaan kita.
Setelah itu cobalah untuk menanyakan apa yang dibutuhkan oleh sang suami untuk bisa mendukung rumah tangga. Pada umumnya setiap orang bukan tidak peduli pada keluarganya, tetapi kemungkinan besar ia memiliki masalah sehingga melakukan hal-hal tersebut. Mungkin sakit hati, mungkin ia pun merasa keletihan, mungkin ia kurang mengerti tugas dan tanggung jawabnya. Tidak ada orang yang mampu terus bertahan tidak peduli pada orang lain saat orang lain sungguh-sungguh mempedulikannya.
Jadi usahakanlah berempati atas masalah-masalahnya, dan baru kemudian putuskanlah bersama hal-hal apa yang akan dikerjakan bersama, mana yang merupakan tanggung jawab istri, dan mana yang dilakukan oleh suami. Dengan demikian kita tidak hanya menuntut saja, tapi belajar mendengarkan, dan memahami sebelum kita meminta dan mendiskusikan hal-hal yang menjadi keberatan Anda.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.