Dalam artikel Mengapa Konseling Pernikahan Gagal?, saya mengutip suatu survei yang mengatakan bahwa 25% pasangan yang mengikuti terapi pernikahan mengalami hubungan yang lebih buruk dalam kurun waktu 2 tahun setelah selesai terapi, sedangkan 38% pasangan ternyata tetap bercerai dalam waktu 4 tahun setelah terapi pernikahan selesai (Barrett, et al., 2011). Dan di artikel tersebut saya menuliskan salah satu penyebab utama kegagalan dalam konseling pernikahan. Namun dalam artikel ini saya ingin berfokus kepada bagaimana agar konseling pernikahan bisa sukses dan tidak mandek di tengah jalan. Berikut ini enam tips menolak gagal dalam konseling pernikahan.
Baca juga: Bahayanya Konseling Pernikahan Tanpa Ilmu Konseling Pernikahan yang Memadai (Psikolog & Psikiater tidak terkecuali)
1. Tidak Menunda
Problem utama dalam menghadapi masalah pernikahan adalah kita cenderung mendiamkan dan mengabaikan masalah tersebut. “Nanti juga akan baik sendiri” demikian pikir kita. Namun semua masalah tidak pernah sebenarnya selesai sendiri. Yang ada hanyalah dipendam, disangkal atau berusaha dilupakan. Tidak jarang suami maupun istri yang jadi depresi akibat masalah-masalah rumah tangga yang berkepanjangan.
Kadang kita juga mencoba mengatasinya sendiri. Ini sangat bagus sebenarnya selama benar-benar dikerjakan dengan semangat bahwa orang yang bermasalah dengan kita ini adalah orang yang paling kita cintai. Tatkala semangat ini mulai luntur, kita jadi menyimpan dendam dan amarah, orang ini kita lihat sebagai lawan, musuh yang mana kita tidak boleh kalah atau disakiti lagi. But, guess what? Pasangan kita juga ternyata mungkin memperlakukan kita dengan cara yang persis sama.
Riset John Gottman dari Washington University mengatakan bahwa pasutri umumnya mengalami pernikahan yang problematik hingga 6 tahun baru mencari pertolongan. Masalahnya dalam 6 tahun juga, John Gottman menemukan bahwa pasutri-pasutri yang memiliki 4 tanda bahaya akan berpisah. Maka janganlah menunda mencari konselor pernikahan, segera mencari bantuan sejak bapak/ibu mulai melihat pertengkaran-pertengkaran yang tidak bisa diselesaikan, atau hubungan yang memburuk tanpa bisa dipulihkan selama 6 bulan.
Apalagi jika masalahnya adalah affair. Selingkuh, pelakor, pebinor, virtual cheating, bahkan micro cheating pun seringkali membawa dampak trauma bagi korban (saya sudah menjelaskan panjang lebar mengenai dampak perselingkuhan, salah satunya di artikel ini: Fakta-Fakta Penting tentang Perselingkuhan dari Serial Layangan Putus (2)). Kalau trauma yang serupa PTSD ini terjadi, maka pelaku harus menolong korban dengan bersama-sama melakukan couple counseling.
Masalahnya banyak pasangan yang berpikir ini masalahnya ada pada diri korban yang tidak mau memaafkan dan melupakan kejadian itu. Padahal ini trauma, bukan sekedar sakit hati. Korban bukan tidak mau, tapi tidak mampu. Dalam kasus-kasus yang saya temui, pengaruh traumanya bahkan bisa sampai 5, 15, bahkan 25 tahun dan kondisi sang korban masih sama: sulit tidur, flashback yang berulang-ulang (walau frekuensinya sudah jauh menurun), pertanyaan-pertanyaan yang masih dirasa belum terjawab.
Jangan, menunda, sekali lagi, segeralah cari bantuan konselor pernikahan yang memang terlatih menangani kasus perselingkuhan.
2. Datanglah Bersama Pasangan
Konseling pernikahan itu sebenarnya sangat efektif. bahkan metode Gottman yang kami gunakan memiliki tingkat keberhasilan 80%. Namun itu hanya terjadi kalau suami dan istri bersedia datang dan berjuang dalam konseling bersama.
Memang salah satu statistik yang pernah saya baca mengatakan bahwa 80% pria tidak bersedia konseling. Intinya sih sebenarnya para pria tidak nyaman berada di ruang konseling menceritakan perasaannya, apalagi jika konselornya wanita. Konselor pria memang sangat jarang, saat saya kuliah, dari 20-an mahasiswa, prianya hanya 3 orang, sisanya wanita.
Jadi kalau Anda seorang istri dan suami Anda bersedia konseling, Anda perlu bersyukur dan menghargai upayanya untuk menurunkan egonya sendiri. Dan jika Anda seorang suami yang mau konseling, Anda luar biasa!
Tapi kalaupun suami tidak mau ikut konseling, coba 5 solusi di artikel ini: 5 Solusi Jika Suami Menolak Ikut Konseling Pernikahan semoga bisa memberikan jalan keluar bagi Anda.
3. Konsisten dalam Konseling
Konseling pernikahan yang efektif menurut pakar konseling pernikahan adalah yang bergerak dari konseling intensif (lebih dari 1 kali dalam seminggu) di awal, lalu melambat menjadi 1 minggu sekali dan di fase akhir dapat menjadi 1 bulan satu kali. Walau demikian, ada satu hal yang sama dalam keseluruhan fase konseling: KONSISTENSI.
Konsistensi yang dimaksud adalah minimal seminggu ada 1 kali bertemu dengan konselor. Hal ini menjaga momentum proses yang sedang terjadi, dan menjaga klien tetap fokus ke upaya untuk memperbaiki. Konseling yang konsisten ini perlu memperlakukan konseling sebagai prioritas di atas kegiatan-kegiatan lain.
Saya sering menemukan klien-klien yang mulai berkurang dari 1 minggu sekali menjadi 2 minggu sekali (tanpa persetujuan konselor), dan kemudian mulai datang sesekali. Saya mulai melihat upaya-upaya konseling yang saya lakukan mulai tidak efektif. Konflik terjadi begitu cepat melampaui kemampuan konseling untuk memperbaiki relasi. Tugas-tugas tidak dikerjakan. Saya yakin mereka pun mulai merasa hal yang sama dan akhirnya tidak merasa mendapatkan manfaat, lalu mundur teratur.
Sayang sekali bahwa mereka telah mengeluarkan banyak waktu dan uang sebelumnya, hanya untuk gagal karena ketidakkonsistenan mereka.
4. Meluangkan Waktu yang Cukup untuk Pasangan
Salah satu penyebab konseling pernikahan gagal adalah karena pasangan tidak mengerjakan tugas-tugas mereka. Konseling 1 jam dalam seminggu terlalu singkat untuk klien mendapatkan manfaat dalam relasi mereka. Itulah sebabnya konselor seringkali memberikan tugas-tugas kecil agar mereka bisa berproses lebih cepat di rumah.
Klien saya juga seringkali memberikan waktu untuk konseling, tapi enggan atau kesulitan memberikan waktu untuk menjalin relasi dengan pasangannya. Semua relasi pasti membutuhkan waktu untuk memaintain hubungan, apalagi untuk memperbaiki. Tidak ada konseling atau terapi manapun yang bisa sukses tanpa pasutri mau meluangkan waktu bersama untuk mengupayakan pernikahan. Ini dijamin.
Luangkan waktu, bukan hanya untuk mengerjakan tugas, tapi lebih penting lagi untuk mencintai pasangan Anda.
Bersambung ke Artikel: Menghadapi Kemunduran dan Therapy Hangover dalam Konseling Pernikahan
Menghadapi Kemunduran dan Therapy Hangover dalam Konseling Pernikahan
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.