Fakta-Fakta Penting tentang Perselingkuhan dari Serial Layangan Putus (2)

layangan putus the movie

Artikel ini merupakan sambungan dari bagian pertama: Fakta-Fakta Penting tentang Perselingkuhan dari Serial Layangan Putus

Saya sudah menyampaikan 4 fakta penting tentang perselingkuhan dalam serial drama Layangan Putus di artikel sebelumnya, sekarang saya berikan 4 fakta lainnya.

Cinta Tidak Bisa Diatur?

Aris mengatakan bahwa “Cinta kan tidak bisa diatur”, ia merasa cinta itu datang begitu saja. Ini dijadikannya pembenaran untuk tetap mempertahankan cintanya kepada Lydia. Di episode akhir, Kinan pun mulai mengatakan hal yang sama, “Cinta kan nggak bisa diatur, sama siapa, kapan dan di mana.”

Dari semua hal yang diceritakan dalam film ini, pernyataan ini yang paling tidak saya setujui. Pemikiran seperti ini yang justru sering jadi masalah di anak-anak muda yang jatuh cinta (termasuk orang-orang yang tidak muda lagi yang masih punya pemikiran yang sama).

Kita perlu tahu bahwa Cinta itu suatu hal yang agung dan tidak dapat dijelaskan sebagai satu “benda” atau satu entiti saja. Cinta itu merupakan gabungan dari 3 unsur yaitu: gairah, keintiman dan komitmen (Robert J. Sternberg – Psikolog yang meneliti tentang cinta). Dan komitmen berarti memilih yang satu dan meninggalkan sisanya yang lain. Mungkin gairah itu bisa terjadi dalam pandangan pertama. Kita juga bisa merasa dekat, intim dengan orang lain selain pasangan kita, namun komitmen adalah suatu keputusan. Komitmen adalah suatu keputusan untuk memilih seseorang dan memilih untuk mempertahankan cinta tersebut. Karena tidak ada cinta sebenarnya yang tidak memiliki komitmen, maka cinta itu tentu bisa diatur. Kita selalu bisa memilih untuk meresponi perasaan suka itu atau memilih untuk menikmatinya dan melanggar batas.

 

Krisis (Tidak) Memperbaiki Pernikahan

Waktu Kinan mau melapor ke polisi untuk kasus perzinahan suaminya, Aris terlibat kecelakaan. Ia masuk rumah sakit. Saat itu Kinan yang tadinya sudah berpisah, kembali hadir untuk merawat suaminya. Seakan-akan karena krisis, luka dan derita perselingkuhan itu seperti lenyap ditelan angin dan Kinan penuh perhatian melayani suaminya. Namun setelah Aris keluar dari rumah sakit, hubungannya dengan Kinan stagnan. Kinan tetap tidak dapat berperilaku seperti istrinya yang dahulu kala. Ia masih dingin, dan menolak keintiman.

Sama seperti hubungan teamwork manapun, krisis sebenarnya merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kedekatan. Dalam pernikahan, ini berarti meningkatkan keintiman. Krisis adalah suatu kesempatan untuk memperbaiki keadaan, sama seperti dalam cerita Layangan Putus (baca juga: 7 Cara Membangun Keintiman dan Peta Cinta). Namun demikian perselingkuhan bukan hanya mengakibatkan sakit hati, tetapi juga trauma. Sakit hati dapat dibalut dengan cinta dan kasih sayang, tapi trauma seringkali tidak bisa. Trauma perselingkuhan membutuhkan bantuan konselor pernikahan untuk mengatasinya.

Terlihat jelas bahwa Kinan masih menderita akibat perselingkuhan suaminya dan itu tidak bisa selesai hanya dengan sekedar berbaikan. Kinan trauma. Saat suaminya menunjukkan kasih sayang, ia akan berpikir bahwa ini jugalah yang suaminya berikan kepada selingkuhannya. Saat sang suami menciumnya, ia akan membayangkan suaminya sedang berciuman dengan Lydia. Jangan ditanya apa yang akan Kinan bayangkan saat ia dan suaminya sedang di tengah melakukan hubungan intim.

 

Akibat Perselingkuhan (bagi Korban, Pelaku dan Anak)

Drama seri Layangan Putus tidak hanya menceritakan tentang perselingkuhan Aris saja, tetapi juga perselingkuhan Miranda (rekan bisnis Aris). Diceritakan bahwa Brandon, anak Miranda berubah menjadi agresif saat Miranda melakukan perselingkuhan yang sepertinya tercium oleh sang anak. Sedangkan Raya tidak mengalami hal tersebut, walaupun di akhir-akhir kisah Raya sudah mengetahui hubungan sang ayah dan Ms. Lydia. Dikisahkan juga setelah suami Miranda tahu, mereka bercerai, dan bisnis Miranda berantakan.

Akibat perselingkuhan bagi korban adalah trauma yang mirip sekali dengan gejala PTSD (Post Traumatic Stress Disorder) dari seorang tentara yang pulang perang. Ia akan mudah terpicu ketika mendengar nama hotel yang sama, muka atau potongan rambut yang mirip dengan selingkuhan suaminya, bahkan terkadang ras yang sama atau suasana yang mirip. Ia bisa menjadi histeris atau menangis tersedu-sedu. Gangguan tidur dan makan juga sering dialami.

Bagi anak, sekalipun mereka tidak mampu mengungkapkannya, tetapi anak sebenarnya mengerti, paling tidak mereka merasakan dengan perasaannya. Itulah sebabnya reaksi Brandon sebenarnya sangat masuk akal, karena anak-anak tidak mampu mengatasi perasaan-perasaan terlukanya. Tak jarang anak-anak mengalami penurunan nilai atau perubahan sikap ke arah negatif.

Seorang klien saya bahkan terpaksa berhenti kuliah karena konflik berkepanjangan paska perselingkuhan orang tuanya. Kehidupan sang anak yang kuliah di kota lain jadi tidak terperhatikan, uang kiriman orang tua tidak kunjung datang sehingga ia harus banting tulang mencari cara untuk tetap survive di perantauan.

Tidak terhitung banyaknya klien dewasa saya yang menceritakan dengan tangisan air mata waktu mengingat ayah atau ibu mereka selingkuh dengan orang lain. Bahkan setelah mereka dewasa, mereka masih mengingat hal itu dengan pedih dan terkadang dengan marah.

Bagi pelaku, akibatnya tidak kalah fatal. Dituduh terus-menerus, ditanya setiap hari, terkadang sampai subuh tidak tidur karena pertanyaan dan desakan istrinya. Kinerja menurun, teguran dari atasan/customer mulai didapatkan, bisnis pun mulai terancam. Perceraian seringkali tidak menghentikan krisis yang terjadi. Depresi, kesepian, rasa malu dan penghakiman sosial telah antri di muka sang pelaku selingkuh.

Keluarga yang mengalami perselingkuhan sangat membutuhkan konseling.

 

Melibatkan Anak dalam Hubungan Perselingkuhan

Hal yang paling fatal dilakukan oleh Aris kepada Raya dalam kisah ini adalah ia mencoba melibatkan Raya dalam hubungannya dengan Lydia. Dengan pemikiran Lydia: “Cepat atau lambat aku akan dekat juga dengan Raya”. Suatu pemikiran yang tidak bisa saya percaya keluar dari mulut seorang Psikolog anak. Faktanya adalah tidak ada cara yang menyenangkan untuk menceritakan kepada anak bahwa ayahnya (atau ibunya) berselingkuh. Anak tidaklah boleh dilibatkan dalam perselingkuhan, atau dalam konflik orang tua setelah perselingkuhan akhirnya ketahuan.

Beberapa orang tua yang tidak bijak membawa anaknya yang masih kecil waktu pergi bersama selingkuhannya. Sang anak mungkin saat itu belum memahami, namun pada saat ia paham, ia bisa menyesal dan terluka bahwa ia tahu orang tuanya selingkuh tanpa bisa melakukan apa pun.

 

Demikian ke-8 fakta-fakta penting mengenai perselingkuhan yang perlu diketahui. Kesimpulannya adalah film Layangan Putus ini merupakan film yang dibuat dengan sangat baik, ceritanya sangat nyata karena sesuai dengan fakta-fakta psikologis akan perselingkuhan. Apabila teman atau kerabat Anda mengalaminya, atau bahkan Anda sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan. Kontak kami untuk informasi lebih lanjut.

Bagaimana pendapat Anda?