Statistik mengatakan konseling pernikahan gagal menolong pasangan suami istri. Pertanyaan besarnya, MENGAPA?
Siang itu seperti biasanya saya sehabis makan siang, saya tengah beristirahat di ruangan kantor saya, sambil mengikuti berita-berita nasional/internasional melalui internet dan status-status media sosial dari teman, sahabat dan rekan-rekan saya. Tiba-tiba sebuah pesan Whatsapp masuk kepada no WA Pembelajar Hidup. Pesan itu berisi pertanyaan, “Ini Pembelajar Hidup, Marriage Coach itu ya? Saya mau konsultasi nih”
Seperti biasa setelah menerima pesan seperti itu, saya pun dengan sopan menanyakan bapak/ibu siapakah yang mengirimkan pesan tersebut dan apa yang bisa saya bantu. Tapi belum juga pesan saya dijawab, maka HP tersebut berdering. Rupanya sang pengirim pesan tidak sabar ingin bicara langsung dengan saya.
“Halo selamat siang” saya mengangkat telepon saya.
“Halo, dengan Deny Hen, Pembelajar Hidup?” suara seorang wanita terdengar agak ragu-ragu dari seberang sana.
“Benar Bu, ada yang bisa saya bantu?”
“Saya mau cerai dengan suami saya”
…
Ada Apa Dengan Pernikahan Saya?
Dalam webinar “Lindungi Pernikahan Anda Sebelum Terlambat“, saya menyampaikan bahwa walaupun tidak diapa-apakan pun, suatu pernikahan semakin lama akan semakin memburuk. Ada sedikitnya 3 penyebabnya yaitu:
- Masalah dengan Romantic Love
- Kelahiran anak sulung
- Keengganan mencari pertolongan
Dari pengalaman kami, bahkan pernikahan-pernikahan dengan kualitas hubungan yang baik pun tidak kebal terhadap bahaya problem pernikahan yang serius, mulai dari dinginnya pernikahan (sedingin es kutub selatan!), perselingkuhan dan bahkan perceraian. Karena pernikahan itu adalah sesuatu yang harus diperjuangkan terus-menerus, bukan sesuatu yang dapat dinikmati begitu saja tanpa usaha.
1 dari 10 pernikahan di Indonesia berakhir dengan perceraian. Angka ini semakin hari semakin besar, dengan laju kenaikan perceraian di Indonesia sekitar 20-30% tiap tahun (bandingkan dengan kenaikan jumlah pernikahan hanya 1-5% saja pertahun). Secara statistik menunjukkan betapa pentingnya profesi konselor, konsultan maupun marriage coach dewasa ini di negri tercinta kita ini.
Namun suatu penelitian di Inggris oleh Barrett dan rekan-rekannya pada 2011 menemukan suatu hasil yang mengejutkan banyak pihak, yaitu: MARRIAGE COUNSELLING FAILED
Mengapa Konseling Pernikahan Gagal?
25% pasangan yang mengikuti terapi pernikahan mengalami hubungan yang lebih buruk dalam kurun waktu 2 tahun setelah selesai terapi, sedangkan 38% pasangan ternyata tetap bercerai dalam waktu 4 tahun setelah terapi pernikahan selesai (Barrett, et al., 2011). Tetapi mengherankan sekali bahwa tingkat kepuasan klien mencapai 98%. Jadi apa yang terjadi sebenarnya?
1. Tidak semua konseling pernikahan berakhir pada konklusi untuk mempertahankan pernikahan
Ini salah satu penyebab mengapa penganut Kristiani (Kristen maupun Katolik) kurang suka dengan konselor/psikolog sekuler. Prinsip psikologi sekuler berdasar pada kebahagiaan seseorang, dan ini terkadang tidak sejalan dengan prinsip pernikahan Kristen maupun Katolik yang dapat dikatakan ANTI-PERCERAIAN. Bagi kami, pernikahan itu begitu agung dan merupakan mandat dari Tuhan sendiri (bukan dari manusia), sehingga tidak boleh diceraikan manusia. Memang ada pengecualian khusus misalnya jika menghadapi perselingkuhan kronis yang mana pihak berselingkuh tidak bersedia memperbaiki hubungannya dengan istri sahnya.
Pusat-pusat konseling yang memegang teguh prinsip anti-perceraian (termasuk coaching office kami) akan selalu mencari upaya, jalan agar sesulit apapun jalannya, suami-istri bisa rujuk dan menikmati pernikahannya kembali, dan kami selalu percaya Tuhan Penguasa Langit dan Bumi sanggup memperbaiki kerusakan hubungan separah apa pun, hanya memang tidak pernah mudah untuk mencapainya.
Tetapi dalam konseling sekuler, unsur religius terkadang menjadi tidak relevan, dan membenarkan perceraian dalam kasus-kasus hubungan pernikahan yang sudah sangat sulit untuk diselesaikan, yang mana perceraian dianggap lebih baik dan lebih efektif daripada kedua individu (suami dan istri) terus bersama.
Dengan demikian tidak aneh jika setelah konseling, ujung-ujungnya adalah: CERAI. Tapi ini bukan penyebab utama kegagalan marriage counseling.
2. Klien baru datang kepada konselor setelah masalah pernikahan menjadi begitu berat.
Para ahli memperkirakan penyebab utama kenapa konseling pernikahan berakhir dengan kegagalan, adalah karena justru para klien baru datang setelah masalah pernikahan menjadi begitu berat sehingga sulit sekali untuk diselesaikan. Biasanya pasutri baru datang ke konselor setelah pernikahan mereka bermasalah lebih dari 6 tahun, dan masalahnya sudah menjadi begitu complicated.
Itu pula yang terjadi dengan ibu yang menelepon saya pada awal tulisan ini. Ia baru menelepon kami setelah ia berpikir untuk meninggalkan suaminya.
Mencegah Lebih Baik Daripada Mengobati
Bapak/Ibu yang terkasih, jangan menunggu masalah pernikahan begitu berat untuk bisa diselesaikan bersama. Carilah bantuan dengan segera. Dalam banyak kasus, mengikuti kursus pernikahan ataupun marriage coaching sangat bermanfaat untuk membangun pernikahan yang Anda inginkan.
Saya memang bukan psikolog, saya adalah seorang Life coach dan konselor pernikahan yang menspesialisasi diri dalam bidang pernikahan (marriage coaching & counseling). Saya mendirikan Pembelajar Hidup agar masyarakat di Indonesia dapat mengakses dengan mudah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk memperkaya dan memperindah pernikahan mereka, sehingga bisa mencegah pasutri-pasutri untuk berpikir kata “CERAI”.
Kami memiliki banyak tools, seperti Couple Satisfaction Index (CSI) untuk mengukur hubungan Anda dan pasangan, peta cinta, 7 days to passionate love dan lain-lain yang dapat Anda ikuti melalui kelas pernikahan “Rahasia Membangun Pernikahan yang Anda Idamkan“. Beberapa penelitian bahkan menunjukkan bahwa online course pernikahan seperti kelas pernikahan kami ini justru lebih efektif dalam membangun pernikahan yang indah daripada pertemuan tatap muka (Duncan, 2009 dan juga penelitian Busby, et al., 2007).
Kami memahami benar bahwa menemui seorang konsultan/konselor/coach pernikahan dapat menjadi hal yang memalukan bagi Anda, karena itu kelas online seperti ini sangat menolong buat Anda yang tidak ingin diketahui oleh orang lain.
Demikian juga layanan marriage coaching & counseling kami, yang dapat dilakukan secara online, merupakan layanan coaching & counseling one-by-one (atau couple) yang didesain khusus untuk topik-topik pernikahan. Silakan menghubungi kami melalui kontak di bawah halaman ini.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.