Menghadapi Kemunduran dan Therapy Hangover dalam Konseling Pernikahan

emotional drain after counseling

Dalam artikel sebelumnya saya membahas mengenai empat tips menolak gagal dalam konseling pernikahan. Ada dua tips lagi yang belum dibahas, yaitu isu kemunduran dan therapy hangover. Artikel ini merupakan lanjutan dari artikel tersebut.

Artikel sebelumnya dapat dibaca di sini:

Menolak Gagal Dalam Konseling Pernikahan

 

5. Kemunduran Bukan Selalu Berarti Gagal

Konseling pernikahan sangat efektif memulihkan hubungan yang rusak, tapi bukan berarti prosesnya akan selalu maju ke depan. Konseling merupakan proses yang rumit dari emosi, pikiran dan perilaku manusia dalam interaksinya dengan konselor dan pasangannya. Dinamika yang terjadi di ruang konseling, maupun di rumah setelah pulang dari konseling seringkali sulit diprediksi, dan maju – mundur dalam prosesnya merupakan sesuatu yang wajar dan sangat sering terjadi. Tidak jarang klien merasa kondisinya lebih buruk daripada sebelum konseling.

Bahkan John dan Julie Gottman yang merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam konseling pernikahan sendiri mengatakan “Kami tidak pernah bisa mengatakan berapa sesi yang dibutuhkan dalam konseling pernikahan.” Mereka melihat kemunduran, bahkan resistensi sebagai suatu kesempatan. Kemunduran seringkali merupakan petunjuk yang penting adanya suatu masalah yang muncul ke permukaan untuk diselesaikan dalam konseling. Kemunduran juga merupakan suatu kesempatan bagi konselor untuk mengangkat problem yang sebelumnya mungkin belum terdeteksi.

Apalagi dalam konseling masalah perselingkuhan. Trauma perselingkuhan itu tetap harus diproses barulah seseorang bisa berdamai dengan memori yang menyakitkan baginya. Di awal-awal seringkali kondisi korban perselingkuhan menjadi memburuk, depresi, amarah, dan terkadang pemikiran bunuh diri bolak-balik terjadi. Namun setelah melaluinya, emosi klien akan dengan cepat mereda. Flashback jadi terkendali dan ia mulai bisa tidur dengan nyenyak. Kondisi yang memburuk selama konseling affair itu dapat dilihat seperti “operasi” yang menolong klien untuk pulih dari trauma. Seperti dalam operasi medis, sayatan demi sayatan akan sangat menyakitkan, demikian juga paska operasi yang juga sering menyakitkan, namun itu membawa kesembuhan atau keselamatan bagi pasien. Sayangnya dalam konseling tidak ada “anestasi” sehingga klien tetap harus melalui rasa sakit waktu memproses peristiwa-peristiwa yang menyakitkan tersebut.

 

6. Mengalami Emotional Drain Setelah Pulang Konseling Bukan Berarti Kemunduran

Dalam konseling, emosi akan menjadi intens jika membahas suatu luka atau trauma yang sangat menyakitkan. Dan waktu membahas (dalam terminologi konseling disebut “memproses”) kejadian-kejadian tersebut, klien akan kembali merasa emosi-emosi negatif, dan terkadang emosi negatif itu begitu kuat sehingga klien merasa sangat kewalahan dan keletihan.

Sayangnya bagi klien yang tidak memahaminya, ini dianggap sebagai kegagalan dalam konseling dan ia menjadi jera untuk ikut konseling. Namun sebenarnya hal ini sangat wajar terjadi dalam konseling. Istilahnya adalah therapy hangover. Dalam kebanyakan kasus, justru ini merupakan petanda bahwa klien sedang berada di jalur yang tepat dan sedang mengalami kemajuan.

Mengutip DPS, beberapa hal yang dapat dilakukan apabila mengalami therapy hangover:

  1. Cobalah untuk meluangkan waktu untuk menenangkan diri beberapa menit setelah konseling, sebelum Anda kembali ke aktivitas Anda yang selanjutnya.
  2. Ambilah napas panjang, berhenti sebentar, lalu katakan kepada diri Anda bahwa hal ini akan berlalu. Ingatkan diri Anda bahwa perasaan kewalahan dan keletihan ini hanyalah sementara, bahwa ini justru tanda bahwa Anda sedang berproses ke arah yang lebih baik.
  3. Lakukan self-care untuk diri Anda. Perlakukan diri Anda dengan lembut dan sayangi diri Anda. Anda dapat melakukan jurnaling, menggambar, bermeditasi, jalan-jalan atau berolah raga. Lakukan apapun aktivitas positif yang membantu Anda merasa rileks dan tenang.
  4. Ceritakan kepada konselor. Saat Anda bercerita, Anda akan merasa lebih baik dan konselor dapat mengusulkan beberapa alternatif solusi yang tersedia. Namun jika Anda mengalami kecemasan yang berat setelah konseling, mungkin Anda membutuhkan bantuan psikolog/psikiater untuk membantu mengatasinya.

 

Jadi jangan menyerah dengan konseling jika Anda merasa memburuk atau keletihan setelah sesi konseling. Walaupun demikian, tentu saja Anda selalu dapat memilih untuk mengganti konselor Anda jika Anda terus merasa tidak nyaman, atau sangat terganggu dengan kondisi Anda.

 

Bagaimana pendapat Anda?