Mengapa Hubungan Tanpa Perasaan Termasuk Selingkuh?

selingkuh

Terkadang dalam ruang konseling, saya mendengar adanya pria (maupun wanita) yang mengatakan bahwa ia hanya bercinta satu kali saja dengan seseorang. “Itu pun tanpa pakai perasaan, kok!” demikian ujarnya. Mereka menyatakan bahwa ia tidak melakukan perselingkuhan, karena “kalau selingkuh kan pakai hati” katanya.

Baca juga: Apakah Flirting Termasuk Selingkuh?

Termasuk dalam kategori ini adalah orang-orang yang:

  • Bercinta dengan PSK, baik satu kali, ataupun berulang kali dengan orang-orang yang berbeda-beda, yang nama-namanya saja sudah mereka lupakan (kan tanpa perasaan…)
  • One night stand dengan random people. Mereka bertemu di bar, sama-sama mabuk dan kemudian bangun-bangun sudah di ranjang tanpa pakaian (kisah yang biasa kita tonton di film-film barat atau Korea).
  • Atau, orang-orang yang iseng (iseng-iseng berhadiah) yang menggoda teman-teman yang cantik/ganteng. Ini juga katanya, “nggak pakai hati kok, cuman iseng doang bareng temen-temen”. Masalahnya kadang-kadang gayung bersambut, dan celotehan iseng berubah jadi rayuan dan kata-kata “sayang” atau “beb” atau bahkan mulai percakapan yang menyerempet kata-kata yang berbau seksual.

 

Perselingkuhan menurut Dr. John Gottman adalah kedekatan yang rahasia secara fisik atau emosional dengan orang lain selain pasangan. Perhatikan kata atau di atas, artinya perselingkuhan itu tidak perlu selalu melibatkan unsur emosi di dalamnya. Saat ada kedekatan yang tidak diketahui oleh pasangannya, entah hanya fisik entah emosi, mau hanya chatting, apalagi sampai ke ranjang tetap saja masuk kategori affair di atas.

Mengapa definisi pakar relasi suami-istri tersebut demikian? Karena waktu hal itu terjadi, dan perselingkuhan itu terungkap, pasangannya tiba-tiba menjadi orang yang berbeda. Mereka menjadi marah yang menjadi-jadi. Menangis tanpa henti. Sulit berkonsentrasi. Flashback yang terus-menerus terjadi. Tidur menjadi sangat sulit karena pikiran yang tidak pernah berhenti. Ini semua merupakan gejala stres paska traumatik sebagai akibat dari perselingkuhan.

Saat pasangan yang diselingkuhi mengalami stres ini, mereka terus bertanya-tanya mengenai detail perselingkuhan itu. Mereka bertanya “Mengapa?” berulang-ulang dan kesulitan untuk menerima apa pun alasan yang diberikan pasangannya. Pertanyaan yang berulang-ulang itu membuat suami/istri yang berselingkuh kewalahan, sehingga konflik akhirnya terjadi setiap hari. Seringkali mereka yang berselingkuh tidak mengetahui bahwa perbuatan mereka telah membuat gangguan psikologis yang serius pada pasangan mereka. Mereka berpikir pasangannya hanya sakit hati, yang penting mengakui kesalahan dan berjanji tidak melakukannya lagi, pasangannya harusnya bisa menerima mereka kembali.

Kenyataannya tidak semudah itu, trauma berbeda dengan sakit hati. Trauma yang dialami tak jarang menunjukkan gejala-gejala fisik seperti rasa sakit di dada, pusing, jantung berdegup kencang dan keringat dingin. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bukan karena mereka yang tidak mau move on, tetapi trauma mereka yang mendesak mereka dengan sangat tanpa dapat mereka bendung. Mereka butuh bantuan pasangannya dan konselor pernikahan. Mereka tidak mampu melangkah maju dengan kemampuan mereka sendiri.

Jadi, jangan remehkan hubungan tanpa perasaan yang terjadi. Sebaiknya hentikan dengan segera, karena hal itu akan melukai dan menimbulkan kekacauan dalam rumah tangga Anda. Jika Anda/pasangan Anda selingkuh, jangan menunda menghubungi bantuan konselor pernikahan yang terlatih dalam hal ini.

Semoga Tuhan menolong keluarga Anda, saya Deny Hen, salam pembelajar!

Bagaimana pendapat Anda?