
Pada tahun 2020-2021, Gallup melakukan survey global yang disebut Global Emotions Report. Survei ini diikuti oleh 160 ribu partisipan dari 116 negara di seluruh dunia. 40% responden mengalami stres di tahun tersebut, 40% mengalami kekhawatiran, satu dari empat orang mengalami kesedihan dan diperkirakan 190 juta orang mengalami stres yang lebih berat daripada tahun-tahun sebelumnya. Kesimpulan dari survey ini adalah tahun 2020 adalah tahun yang paling stressful dalam sejarah manusia.
Stres, dalam kadar yang pas dapat melejitkan kinerja kita mencapai puncak dan memungkinkan kita mencapai kemampuan terbaik kita. Stres adalah apa yang kita butuhkan untuk menjadi seorang yang TANGGUH. Namun paparan stres dalam jangka waktu panjang atau yang berulang-ulang akan menyerang sistem tubuh kita, khususnya sistem kekebalan tubuh.
Stres yang terus-menerus akan menyebabkan sel darah putih kita akan melemah. Kita menjadi mudah terkena flu. Sebagai atasan Anda dapat melihat tingkat stres yang dialami anak buah Anda hanya dari berapa sering anak buah Anda tidak masuk karena sakit (tentunya selain sakit yang sekedar alasan untuk wawancara kerja di tempat lain).
Kalau hanya flu dan maag, mungkin bagi kita masyarakat kota sudah sangat biasa. Dan kita menganggap orang yang terlalu kuatir karena sakit flu dan maag adalah orang yang lebay. Namun sebenarnya kekuatirannya beralasan. Karena sel darah putih juga bertugas untuk menyerang sel-sel tubuh yang bermutasi menjadi sel kanker, stres dalam jangka waktu yang panjang juga membuat tubuh menjadi lebih rentan terkena kanker. Ini sedikit banyak menjelaskan juga kenapa dewasa ini sepertinya lebih banyak orang yang terkena kanker daripada sebelumnya.
Bagaimana caranya supaya kita terhindari dari bahaya tersebut? Kita jelas tidak dapat menghindari stres, namun kita mampu mengelolanya. Saya telah menjelaskan tentang T.I.P.S menghadapi stres dalam artikel ini: Kuasai TIPS untuk Mengelola Stres Akibat Pandemi Covid-19. Dari 4 cara tersebut, yang ingin saya pertengas dalam artikel ini adalah TIPS yang kedua, Intimkan relasi.
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan, misalnya penelitian Glaser pada tahun 1983-1985 pada profesi dokter gigi, menemukan bahwa dokter-dokter gigi yang memiliki lebih sedikit teman, cenderung lebih stres. Penelitian Miller (2011) juga menemukan bahwa kesepian ternyata merusak tubuh.
Saat Anda memiliki hubungan yang baik dengan pasangan, tingkat stres Anda akan jauh berkurang. Anda hanya perlu menghadapi stres di luar rumah, tidak perlu menghadapi stres di luar dan di dalam rumah sekaligus. Dan pada saat Anda menghadapi stres dari luar rumah, dukungan pasangan itu dapat meredakan ancaman-ancaman kesehatan yang diakibatkan karena stres.
Maka menghargai istri/suami Anda, ternyata punya manfaat yang sama seperti mencoba diet sehat setiap hari bukan?

Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.