Dalam suatu hubungan yang sehat, komitmen (untuk mempercayai kekasih) itu harus berjalan beriringan dengan keintiman.
Waktu pertama kali kenal, kita tidak begitu saja percaya pada seseorang bukan. Kita mungkin mau memberikan nama kita, tapi tidak alamat dan nomor HP kita. Tapi kalau kita berulang kali bertemu, atau misalnya saat kita tahu ia bekerja di departemen yang sama dengan kita, kita mungkin bersedia memberikan nomor HP kita.
Baca juga: Bagaimana Cara Mengembalikan Kepercayaan Pasangan Setelah Kita Mengecewakannya?
Anda jadi berteman dengan si dia. Dengan berjalan waktu, Anda pergi kencan beberapa kali, semakin hari keintiman semakin mendalam dan Anda mulai mempercayai dia lebih banyak lagi daripada sekedar teman. Anda mulai mempercayakan kisah hidup Anda, pengalaman-pengalaman hidup Anda, mungkin termasuk yang sedikit memalukan dan sedikit kegagalan Anda.
Tibalah saatnya deklarasi cinta yang mensahkan teman Anda ini menjadi kekasih Anda. Dari komitmen menjadi kekasih, tentu lebih banyak lagi hal yang dipercayakan kepada kekasih Anda. Misalnya kunci motor/mobil, kehadirannya dalam beberapa momen keluarga termasuk mengijinkannya untuk ikut serta dalam foto bersama. Sebaliknya keintiman pun diijinkan lebih jauh, misalnya berpegangan tangan dan pelukan atau rangkulan. Tapi cukup sampai di sana.
Di masa awal-awal pacaran, belum semestinya sang pacar diikutkan dalam foto-foto dengan momen yang sangat istimewa yang biasanya hanya terjadi sekali seumur hidup, misalnya wisuda, atau pernikahan kakak kandung. Karena hubungan yang masih seumur jagung belum cukup memberikan gambaran tentang masa depan yang akan dilalui, apakah akan sampai pada pernikahan atau tidak. Masih terlalu dini, katakanlah persentase keberhasilan hubungannya masih 40%.
Di masa-masa pacaran, selama belum ada ikatan yang lebih pasti untuk pernikahan, misalnya tunangan, atau jika sudah menentukan tanggal menikah, yang mana tingkat kepastiannya sudah di atas 80% bahkan 90%, belum waktunya untuk memberikan kepercayaan besar khususnya dalam hal keuangan, misalnya investasi atau membuat bisnis bersama.
Yang satu ini justru yang paling penting, hal yang paling berharga yang pernah dimiliki seorang wanita tidak semestinya dipercayakan kepada seorang pria hingga kepastian pernikahannya 100% (alias sudah melangsungkan upacara pernikahan), yaitu keperawanan. Hubungan intim adalah tingkat keintiman tertinggi yang semestinya diberikan pada komitmen tingkat yang tertinggi juga yaitu pernikahan.
Sekarang menjawab pertanyaan ini, apakah salah jika mempercayai kekasih dengan sepenuh hati tanpa keraguan? Maka jawabannya adalah tentu keliru dan merugikan diri sendiri jika sebelum Anda mengenal dengan sangat dekat sudah memberikan komitmen maksimal “tanpa keraguan”. Tetapi saat hubungan Anda sudah cukup jauh, sudah melibatkan keluarga, apalagi sudah menentukan tanggal menikah, Anda memang perlu belajar untuk mempercayai pasangan Anda dengan sepenuh hati.
Bahkan sebaiknya waktu kedua sejoli memutuskan untuk menikah, Anda berdua sudah harus membuka diri masing-masing secara transparan, khususnya tentang masa lalu Anda berdua. Supaya tidak ada kekagetan-kekagetan baru akibat masalah-masalah masa lalu yang mungkin masih bisa berdampak sampai setelah Anda berdua menikah.
Satu-satunya yang belum boleh Anda percayakan “tanpa keraguan” kepada pasangan Anda sebelum menikah adalah tubuh Anda sendiri.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.