Pelajaran Berharga Dari Mini Seri “Loki”

film loki

Kalau Anda menonton mini seri Loki dari Disney+ Hotstar, tentu Anda familiar dengan TVA. Time Variance Authority (TVA), atau yang diIndonesiakan menjadi OVW, Otoritas Variasi Waktu adalah sebuah organisasi maha kuasa dari semesta Marvel yang bertugas mengontrol variasi semesta paralel waktu agar hanya ada satu variasi tunggal saja yang terjadi di dalam semesta. Bagi banyak orang mungkin ini membingungkan dan memusingkan. Tapi tidak perlu dipikirkan karena kita tidak ingin membahas tentang semesta paralel maupun TVA, tetapi tentang glorious purpose dari tokoh Loki.

Baca juga: Berhentilah Mencari Passion Anda!

Pada film tersebut, Loki yang ditangkap TVA dibujuk oleh Mobius (diperankan oleh Owen Wilson si Shanghai Noon) untuk bekerja sama untuk memulihkan ketunggalan waktu. Loki sang narsistik selalu memuja dirinya sendiri dan ingin semua orang tunduk padanya, sehingga ia menolak tawaran Mobius. Namun saat Mobius memutar kembali kehidupannya, juga kehidupan yang akan dialaminya (yang ada dalam film Thor: Ragnarok dan Avenger: Infinity War) ia terkejut akan jalan hidupnya yang disimpulkan oleh Mobius:

“Kau tidak terlahir untuk menjadi Raja, Loki. Kau terlahir untuk menyebabkan kesakitan, penderitaan, dan kematian. Semua itu agar orang lain bisa mencapai versi terbaik dari diri mereka.”

 

Tujuan Hidup Umat Manusia

Seseorang pernah merumuskan bahwa tujuan utama dari umat manusia adalah untuk memuliakan Tuhan, yang menciptakan mereka. Sebenarnya dalam pernyataan ini ada 2 masalah:

  1. Apakah Tuhan itu kurang mulia sehingga harus dimuliakan? Atau dengan bahasa lain, apakah manusia yang kecil ini mampu membuat Tuhan menjadi lebih mulia dari sebelumnya?
  2. Bagaimana jika manusia tidak bersedia menjadi alat untuk memuliakan Tuhan, dapatkah dia memuliakan Tuhan, atau dengan bahasa lain, apakah dia punya kemampuan untuk membuat Tuhan menjadi kurang mulia dari sebelumnya?

 

Bagi pembaca yang percaya akan Tuhan, khususnya bagi kita di Indonesia yang mengakui Ketuhanan Yang Maha Esa, kita semua tentu mengakui bahwa salah satu sifat Tuhan itu Maha Mulia. Kemuliaan Tuhan itu sudah begitu sempurna sehingga sebenarnya tidak perlu bahkan tidak bisa ditambahkan lagi. Itulah sebabnya kalau disebut tujuan hidupnya memuliakan Tuhan, menjadi absurd karena kemuliaan Tuhan yang sudah sempurna itu.

Jadi mungkin istilah yang lebih tepat adalah “mencerminkan kemuliaan Tuhan”, atau “memancarkan kemuliaan Tuhan”. Jadi tugas kita di dunia ini adalah menjadi wakilnya Tuhan atas segala segala mahluk, dan juga bumi tempat kita hidup ini, termasuk tentunya meneruskan kasih sayang Tuhan pada sesama manusia. Dengan demikian kita telah menjadi wakilnya, dan mencerminkan kemuliaan Tuhan.

Lantas bagaimana dengan yang tidak menjalankan tugasnya untuk mencerminkan kemuliaan Tuhan? Orang-orang yang berbuat kejahatan, atau tidak mempedulikan bahwa setiap tindak tanduknya seyogyanya melakukan kebaikan dan kebenaran untuk glorious purpose ini? Inilah yang diwakili oleh tokoh Loki dalam mini seri Loki tersebut.

 

Perkakas yang Mulia atau Perkakas yang Tidak Mulia?

Hidup kita selalu punya pilihan, apakah akan memilih tujuan yang mulia, apakah akan memilih tujuan yang egois. Waktu kita memilih yang mulia, tujuan kita terpenuhi. Namun saat memilih tujuan yang egois, yang seakan-akan tidak memenuhi tujuan kita, sebenarnya selalu Tuhan pakai agar orang lain menjadi lebih baik dari sebelumnya. Sekalipun kita tidak bisa melihat dampaknya. Dengan demikian sesungguhnya semua manusia tidak bisa melarikan diri dari tujuan akhir yang sudah ditetapkan yaitu untuk kemuliaan Tuhan.

Pikirkan tentang perang. Perang itu jahat, tidak pernah baik. Pembunuhan yang terjadi itu kejam, nilai nyawa manusia menjadi begitu murah. Semua orang mengutuk perang apa pun alasannya. Tetapi perang itu juga yang membuat umat manusia seperti sekarang, hidup dalam damai dan dalam kehidupan modern dan maju. Banyak penemuan-penemuan teknologi yang ditemukan dengan cepat untuk kepentingan perang.

Radar misalnya, awalnya digunakan untuk perang dan sekarang dapat digunakan untuk kepentingan penerbangan publik. Komputer diciptakan untuk memecahkan sandi musuh waktu perang dan sekarang semua gadget menggunakannya. Demikian juga penisilin, walau ditemukan sebelum perang, namun Perang Dunia II-lah yang menyebabkan penisilin diproduksi masal dan dijadikan standar pengobatan dalam dunia medis.

Segala hal yang buruk merupakan tantangan yang membantu manusia untuk selangkah lebih maju. “Apa yang tidak membunuhmu membuatmu semakin kuat” demikian kata Nietzsche. Hal ini berlaku juga bagi manusia.

Maka siapapun kita, kita selalu punya 2 pilihan, entah mau dipakai untuk menjadi perkakas yang mulia, ataukah menjadi perkakas yang tidak mulia. Sikap egosentris yang tidak mempedulikan kepentingan orang lain adalah ciri perkakas yang tidak mulia. Mana pun yang dipilih, tetaplah tidak pernah mampu menggagalkan rencana Tuhan yang maha mulia atas umat manusia. Tuhan tidak pernah rugi, bahkan orang yang sepertinya sengsara karena ulah kita, jangan-jangan malah memiliki hidup yang lebih baik dari sebelumnya. Yang rugi adalah diri kita sendiri.

Di akhir hidup kita, perkataan mana yang ingin Anda dengar? Apakah:

“Kau tidak terlahir untuk menjadi Raja, … (nama Anda)…. Kau terlahir untuk menyebabkan kesulitan dan penderitaan. Semua itu agar orang lain bisa mencapai versi terbaik dari diri mereka.”

ataukah

“Baik sekali perbuatanmu, … (nama Anda)…., hamba-Nya yang setia. Pulanglah dan berbahagialah selamanya bersama Tuanmu”

Bagaimana pendapat Anda?