Bagaimana Organisasi yang Kuat Mengambil Keputusan yang Fatal

Organisasi kami bukan organisasi baru kemarin sore. Kami sudah eksis sejak 50 tahun yang lalu dan merupakan salah organisasi bisnis yang terkuat di negri ini. Budaya organisasi kami sangat solid, dan visi kami telah menjadi shared vision bagi segenap karyawan PT kami. Pemimpin kami merupakan orang yang sudah berpengalaman memimpin lebih dari 20 tahun dan sudah membawa perusahaan ini menjadi perusahaan yang hebat. Namun kali ini kami telah mengambil keputusan yang salah, dan berakibat fatal kepada kami. Apa yang terjadi?

Baca juga: 6 Cara Mengembangkan Potensi Anak Buah Anda

Apakah hal di atas familiar dengan kita atau organisasi kita? Kita sudah mendevelop tim dan organisasi kita sedemikian kuat dan performanya namun mengapa ada keputusan fatal yang diambil?

Saya jadi teringat peristiwa invasi teluk babi pada tahun 1961, pada waktu itu John F. Kennedy memerintahkan militer AS untuk mengadakan serangan ke Kuba untuk menurunkan Fidel Castro dari tahtanya. Serangan itu sebenarnya sudah direncanakan pada masa Eisenhower tapi Kennedylah yang menekan tombolnya.

Sebenarnya pada waktu itu para petinggi militer AS merasa ragu dengan penyerangan tersebut. Bahkan para penasehat militer pun meragukan akan keberhasilan invasi tersebut. Tetapi mereka semua silent. Mereka menyalahkan “cold war mindset” dan berpikir bahwa keluarga Kennedy hanya berupaya menuntaskan janji pada saat kampanye kepresidenan, namun tidak menyuarakan pendapat mereka.

Serangan itu jadi dilakukan dan sejarah mencatatkan kegagalan total. Amerika bukan hanya berada pada pihak yang kalah. Begitu banyak orang yang ditangkap dan dieksekusi. Pihak Kuba malah menjadi semakin bersemangat dan semakin bersatu menghadapi Amerika. Mereka bahkan menjadi lebih dekat dengan Uni Soviet, yang akibatnya membawa Amerika ke dalam krisis misil Kuba pada tahun 1962.

Peristiwa ini sering dicatat sebagai kegagalan sebuah organisasi kuat yang disebabkan adanya groupthink.

 

Groupthink dan penyebabnya

Groupthink adalah suatu fenomena yang terjadi ketika sekelompok orang yang berniat baik mengambil keputusan yang tidak optimal bahkan tidak rasional, didorong oleh keinginan untuk menyesuaikan diri atau keyakinan bahwa tidak mungkin ada perbedaan pendapat.

Groupthink terjadi saat keinginan untuk mencapai konsensus dalam kelompok mengalahkan keinginan akal sehat untuk menyediakan alternatif solusi, menyampaikan kritik atau menyatakan pendapat yang tidak populer.

 

Suatu penelitian yang sangat terkenal yang dilakukan oleh Solomon Asch pada tahun 1951 di Swarthmore College, Amerika. Para partisipan dalam penelitian ini diminta untuk melakukan “tes visual” untuk menyebutkan mana di antara 3 garis (A, B, C) di kartu kedua yang panjangnya sama dengan garis di kartu pertama seperti pada gambar di bawah. Para partisipan itu dibagi ke dalam kelompok-kelompok berisi 8 orang yang akan menyebutkan mana garis yang sama secara bergantian.

Eksperimen tekanan sosial/groupthink
Kartu pertama (kiri) adalah garis yang menjadi acuan tes, sedangkan kartu kedua (kanan) selalu terdiri dari 3 garis yang salah satunya berukuran sama dengan garis pada kartu pertama.

Sebenarnya dari 8 orang tersebut, 7 orang selalu merupakan aktor yang sebelumnya sudah menyepakati jawaban mereka. Mereka harus selalu menjawab dengan benar, kecuali dalam beberapa kartu yang sudah disepakati sebelumnya. Hanya 1 orang yang merupakan partisipan penelitian yang sesungguhnya dalam kelompok-kelompok itu, dan tempat duduk mereka selalu ditempatkan di paling akhir sehingga ia selalu akan menyebutkan jawaban paling terakhir, setelah 7 aktor lain menyebutkan jawaban mereka.

Hasilnya adalah, ternyata 75% dari partisipan yang sesungguhnya setidaknya pernah sekali mengikuti jawaban dari rekan-rekan mereka yang lain (aktor). Bahkan 25% dari mereka selalu mengikuti jawaban yang salah dari para aktor secara konsisten. Riset ini menunjukkan secara keseluruhan, 37% partisipan berusaha menyesuaikan diri dengan sosial mereka, walaupun jawaban mereka salah. Ini memberikan petunjuk yang sangat jelas tentang kehadiran groupthink.

 

Groupthink dapat disebabkan oleh:

  • Seorang pemimpin yang kuat dan persuasif
  • Tingkat kelekatan antar anggota kelompok yang tinggi
  • Tekanan yang kuat dari luar untuk mengambil keputusan yang tepat
  • Identitas kelompok yang kuat yang bersikap dingin terhadap outsider

 

Groupthink sangat terlihat jelas tatkala keputusan sang pemimpin seringkali tidak mendapatkan tantangan yang berarti, bahkan tanpa melalui diskusi yang sehat tentang hal apa terbaik yang seharusnya diputuskan. Perbedaan pendapat seringkali dianggap melawan pemimpin, atau melawan organisasi atau bahkan melawan “Tuhan” jika dalam konteks organisasi keagamaan. Sikap oposisi diberantas, tidak dianggap sebagai suatu sarana untuk mengeluarkan kemampuan yang terbaik dalam organisasi. Konflik dianggap kekanak-kanakan dan tabu.

Banyak pemimpin hebat yang jatuh dalam kondisi seperti ini. John F. Kennedy salah satunya, dan mungkin juga pemimpin Anda, atau bahkan diri Anda sendiri.

 

7 Cara Mencegah Pemimpin Mengambil Keputusan yang Fatal

Berikut adalah 7 cara yang dapat digunakan untuk mengatasi groupthink:

  1. Gali dan temukan minimum 3 alternatif solusi/keputusan untuk dipertimbangkan sebelum benar-benar memutuskan jawabannya. Tim dapat menggunakan tools seperti non-judgemental brainstroming, six thinking hats, atau teknik delphi untuk menggali berbagai alternatif jawaban tersebut.
  2. Ujilah asumsi-asumsi yang dimiliki apakah merupakan fakta ataukah hanya firasat palsu.
  3. Conflict Management bukan Conflict Discouragement. Pahamilah bahwa konflik itu bukan untuk dihindari, tapi untuk dikendalikan. Konflik adalah ciri organisasi yang sehat selama konfliknya tidak bersifat personal.
  4. Oposisi itu seringkali dibutuhkan untuk membawa perusahaan menuju jalan yang lebih baik. Bahkan terkadang dibutuhkan seseorang yang berperan sebagai devil’s advocate yang mengambil posisi oposisi untuk menantang dan mengkonfrontasi keputusan yang akan diambil.
  5. Dapatkan validasi dari luar organisasi, dan untuk mendapatkannya Anda mungkin perlu mengumpulkan berbagai informasi yang relevan dari luar organisasi.
  6. Membentuk tim yang heterogen terkadang sangat menolong. Tim yang terdiri dari pria dan wanita, berbagai suku, agama, latar belakang pendidikan, usia, membantu menghindari groupthink.
  7. Untuk pemimpin: sadarilah bahwa sehebat dan sepandai apapun Anda, ada kalanya orang lain mempunyai solusi yang lebih baik. Itu bukan karena Anda yang kurang kompeten, hanyalah karena orang lain punya pengetahuan, keahlian dan pengalaman yang berbeda dengan Anda.

 

Seorang pemimpin yang baik tidak dipatuhi karena kekuatan dan kuasanya, tetapi karena karakter mulia dan pengabdiannya yang membuat para followers mengikutinya dengan sukarela.

Saya Deny Hen, salam pembelajar!

Bagaimana pendapat Anda?