
Waktu pacaran ngobrol itu begitu mudah. Tapi setelah beberapa tahun pernikahan kenapa ngobrol menjadi sulit? Selain dari adanya masalah-masalah yang kerap kali menggantung dan tidak diselesaikan, tabungan cinta antara suami dan istri seringkali sudah tergerus karena banyaknya interaksi negatif yang terjadi di antara keduanya. Salah satu yang membuat interaksi negatif dalam komunikasi adalah gaya komunikasi pasutri. Ada 4 gaya komunikasi suami-istri yang perlu dihindari agar interaksi pasutri bisa tetap positif dan menambah tabungan cinta.
4 gaya komunikasi yang buruk itu saya sebut sebagai burung-burung pemakan relasi, yaitu: Beo, Gagak, Merak dan si burung besi.
Baca juga: 7 Langkah Memulai Kembali Komunikasi dengan Pasangan
Burung Beo
Burung Beo adalah salah satu jenis burung yang dapat bersuara mengikuti kata-kata manusia. Burung Beo melambangkan komunikasi yang “yes man”. Seorang yang menggunakan gaya komunikasi Burung Beo cenderung mengiyakan segala hal, tetapi belum tentu hatinya setuju. Ia merasa yang paling penting adalah mempertahankan kedamaian dalam keluarga, sehingga ia mengalah dalam segala hal. Padahal mengatakan pendapat dan perasaan mengenai suatu hal secara jujur (walau berlawanan dengan pasangannya), penting agar pasangannya dapat mengenal dirinya dan membawa relasi mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
Hati-hati bila gaya burung Beo dipakai karena sudah membangun tembok emosi (stonewalling). Ini artinya penunggang-penunggang kuda kiamat sudah hadir dalam pernikahan. Contohnya bila pasangan kita sudah mengatakan , “terserah kamulah” atau “apa pun yang kamu mau sajalah” dan kemudian menutup komunikasi.
Burung Gagak
Komunikasi burung gagak menggambarkan komunikasi yang suka menyalahkan. Suara gagak yang parau sama tidak nyaman didengar seperti suara pasangan yang selalu menyalahkan. Tipe ini sering menyalahkan dengan membuat generalisasi. “Kamu selalu tidak bisa memutuskan dengan bijaksana”, “Kamu nyuci nggak pernah bersih”. Dengan kata lain jenis ini adalah jenis komunikasi yang memberikan label (kritik). Seringnya burung gagak ini muncul memberikan lampu kuning karena salah satu penunggang kuda kiamat juga berarti sudah hadir dalam pernikahan.
Kritik-kritik yang tidak diindahkan akan meningkat menjadi hinaan. Setiap hinaan terlontar pada pasangan, maka bukan respon positif yang akan terjadi, yang ada adalah sakit hati dan konflik yang semakin menjadi.
Burung Merak
Burung merak adalah burung yang indah. Ia jarang bersuara, tetapi sering memamerkan keindahan bulu-bulunya. Komunikasi burung Merak adalah komunikasi yang dengan sengaja dialihkan kepada hal yang lain. Dengan mengatakan hal-hal lain, ia berusaha agar masalah sebenarnya tidak perlu dibahas. Biasanya orang yang suka melakukan gaya ini tidak nyaman dengan terus terang, takut pada pasangan, dan takut untuk mengatakan hal yang jujur kepada pasangannya. Namun bisa juga burung merak ini sebenarnya hanya takut akan konflik yang akan terjadi (seperti burung beo).
Sama dengan burung beo, bahaya dari gaya komunikasi ini adalah masalah sebenarnya tidak pernah dipecahkan, dan isi hati sesungguhnya malah tidak terbuka dan dikenal oleh pasangannya.
Burung Besi
Burung besi adalah sebutan untuk sebuah pesawat terbang. Sebuah pesawat terbang tidak punya perasaan. Maka komunikasi burung besi adalah komunikasi yang tanpa emosi. Ia selalu menyangkali perasaannya. Ia selalu berbicara dengan rasional, tenang dan tanpa salah. Masalah dengan komunikasi burung besi adalah mengungkapkan perasaan itu dihindari dan seakan-akan menjadi suatu kelemahan bagi dirinya.
Seseorang yang berkomunikasi dengan gaya burung besi perlu menyadari bahwa adalah bukan hal yang tabu untuk membuka perasaannya pada pasangannya. Tidaklah menjadi masalah untuk sekali-kali menjadi rapuh di hadapan pasangannya. Dan membuka diri, membuka perasaannya untuk diketahui pasangannya adalah ciri tingkat komunikasi yang tertinggi yang memang seharusnya dimiliki dalam hubungan pernikahan.
Sobat pembelajar, hindari keempat gaya komunikasi ini sejauh mungkin. Segala sesuatu harusnya bisa dibicarakan dengan pasangan. Namun apabila komunikasi itu tersendat, entah karena luka-luka masa lalu di keluarga asal, maupun karena luka-luka oleh pasangan sebelumnya, mungkin Anda memerlukan bantuan profesional. Terlebih lagi jika hal tersebut telah terjadi bertahun-tahun lamanya tanpa ada perkembangan yang berarti.
Note: Artikel ini diambil dari buku “The Great Marriage” karya Coach Deny Hen yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama. Kontak kami untuk memesan buku ini, atau dengan membeli di toko buku Gramedia terdekat. Tersedia juga di Google Play Book.

Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.