Hati-hati! Bosan dengan Aktivitas Sehari-hari, Bisa Berakhir dengan Perceraian

bosan

Terkadang apa yang dirasakan remeh dan kecil bisa berdampak besar. Hal ini terjadi kepada beberapa orang yang saya tolong. Misalnya sebut saja si Joko (nama dan detil telah diubah untuk melindungi kerahasiaan). Joko adalah seorang karyawan teladan di sebuah perusahaan multinasional. Sebagai pekerja IT, di masa COVID akhirnya ia bisa merasakan bekerja dari rumah. Ia sangat gembira dan istrinya pun menyambut dengan sukacita karena Joko yang tadinya sangat sibuk di luar, pulang malam, sekarang sehari-harinya ada di rumah. Pernikahan mereka menjadi lebih kuat daripada sebelumnya.

Semuanya berjalan begitu baik, apalagi setelah COVID berlalu, Joko dipromosikan ke jabatan yang lebih tinggi. Sekarang bukan saja ia bisa bekerja dari rumah, tapi pekerjaannya tidak lagi sebanyak sebelumnya. Ia hanya perlu mengawasi dan memastikan pekerjaan anak buahnya sesuai tengat waktu yang diberikan. Pekerjaan teknis berubah menjadi meeting, meeting dan meeting. Dengan anak-anaknya yang mulai tumbuh remaja, dan istrinya yang bekerja full time di luar rumah, Joko jadi mempunyai banyak waktu luang di rumah.

Baca juga: 6 Ciri Komunikasi Rumah Tangga yang Sehat Menurut Riset

Tapi ternyata ini justru adalah awal mula prahara yang terjadi di keluarganya. Karena kecakapannya untuk mengelola pekerjaan dan anak buahnya, tidak banyak hal yang perlu dilakukan setiap hari. Ia punya banyak sekali waktu luang, tapi ia sendiri. Istrinya tentu bekerja dan anak-anaknya tidak perlu lagi ditemani. Ia mulai bosan dengan rutinitas sehari-hari. Sebagaimana yang terjadi di banyak pria, waktu luang yang melimpah membuatnya berkenalan lebih jauh dengan dunia sosial media: Reels, dan TikTok yang penuh dengan wanita-wanita seksi. Biasanya dalam kondisi bosan seperti itu, banyak pria yang terpeleset menghabiskan banyak waktu ke dunia pornografi. Tapi ini tidak terjadi pada Joko. Di usia akhir 40-an ini, Joko malah terpeleset lebih jauh ke dunia prostitusi tersamar.

Ia mulai mencoba berkenalan dan mencari wanita seksi mana yang bisa dipanggil dan diajak kencan. Dengan mudahnya dan melimpahnya hal seperti ini di internet, tentu ia berhasil. Beberapa kali ia berkencan, dan akhirnya check-in. Ia merasa bersalah dengan hal ini, tapi seperti kerbau yang dicocok hidung, ia mengikuti nafsu birahinya ke arah yang salah.

Saat istrinya menemukan fakta bahwa suaminya berkencan dengan wanita bayaran, trauma terjadi. Istrinya histeris. Ia bingung karena hubungan mereka baik-baik saja tapi kenapa sang suami memilih tidur dengan orang lain. Ditanya seperti itu, Joko hanya menjawab: “Iseng”.

Tentunya tidak ada alasan apa pun yang membenarkan seseorang untuk melakukan perselingkuhan. Tapi kata “iseng” sulit sekali diterima oleh orang yang sudah terluka. Walaupun dari sisi pasangannya itu memang merupakan jawaban yang jujur 100%.

Scrolling akun-akun seksi di sosial media, pornografi, sampai mencoba BO, sebenarnya merupakan godaan bagi semua pria. Ini sudah menjadi cobaan sejak seorang pria beranjak remaja. Dan BO menjadi godaan besar bagi pria-pria mapan, baik yang bosan, maupun yang menjalani kehidupan yang stresful. Keduanya rentan dengan dosa perzinahan. Wanita lain seringkali menjadi alternatif kegiatan yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Kesenangan itu begitu menarik karena menyediakan jalan keluar yang instan dan menggairahkan, apalagi dengan adanya adrenalin dan dopamin yang sama-sama mengalir deras. Apalagi kalau dibandingkan dengan istri yang adalah seorang manusia normal yang tentunya punya mood, waktu luang yang terbatas, tidak selalu bisa tampil menggoda (apalagi di rumah), dan kadang juga bisa bersikap dominan dan menuntut kepada suami mereka.

Namun wanita lain bukanlah jalan keluar yang menyelesaikan masalah kebosanan. Mereka memang memberikan kesenangan sesaat, namun dengan bayaran yang sangat sangat sangat mahal, jauh daripada sekedar uang tunai. Istri bisa trauma berat. Keluarga tercerai-berai, anak menemukan dunianya tidak aman dan hancur hatinya. Bahkan pekerjaan/usaha seringkali jadi terancam dengan perselingkuhan (Anda bisa membaca artikel berikut untuk pemaparan lengkapnya: Mengapa Perusahaan Perlu Mendukung Kesehatan Pernikahan Karyawannya?)

Maka, kelolalah waktu luang Anda. Carilah berbagai kegiatan/hobi untuk mengisi waktu luang yang benar-benar Anda suka. Cobalah untuk mencari teman baru yang sejenis di komunitas-komunitas yang sehat seperti di rumah ibadah, atau di lingkungan keluarga besar. Luangkan lebih banyak waktu dengan pasangan Anda dan anak-anak, dan nikmati kembali kebahagiaan Anda seperti ketika waktu masih pacaran. Apabila masih punya waktu, memulai usaha atau menjadi volunteer di masyarakat merupakan ide yang cukup bagus. Kesibukan yang tepat akan menolong Anda dan keluarga Anda bertahan melalui godaan.

Bagaimana pendapat Anda?