Bagaimana Jika Pacar Tidak Dapat Mengendalikan Amarahnya?

Pacar tidak dapat mengendalikan amarahnya

Saya merasa ragu untuk menikah, karena takut tidak bahagia ketika menikah dan akan terjebak seumur hidup dengan pernikahan yg tidak baik. Calon saya ketika marah selalu berkata kasar dan menghina, merendahkan diri saya. Tapi setelah itu cepat baik. Hanya ketika marah ia tidak terkontrol. Di sisi lain ia sangat taat beribadah. Saya harus bagaimana ya?

Cinta Lulu (bukan nama sebenarnya)

Baca juga: Apakah Konseling Pernikahan Efektif? 6 Fakta tentang Konseling Pernikahan

Jawab Coach Deny Hen:

Berulang kali saya mendengar kasus-kasus KDRT, termasuk yang baru-baru ini heboh di media sosial yang ternyata adalah salah seorang teman kerja saya waktu saya masih menjadi karyawan dulu. Sungguh memilukan hati tatkala orang-orang yang saling mencintai kemudian menjadi saling melukai bahkan secara fisik. Bagaimana bisa, wanita yang seharusnya dilindungi malah dipukuli. Keluarga yang seharusnya menjadi safe haven (tempat yang aman) baginya, justru menjadi medan pertempuran yang paling berbahaya dalam hidupnya.

Walau tanda-tanda sang pria akan menjadi beringas seperti ini tidak selalu dapat kita lihat saat pacaran, tetapi terkadang kita dapat melihatnya jika kita memberikan waktu yang cukup untuk berinteraksi cukup lama dan intens. Yaitu jika kita meluangkan cukup waktu untuk pacaran sebelum memutuskan untuk menikah (Pelajari lebih lanjut di sini: Marriage Insight #5: Jangan Terlalu Cepat Memutuskan Untuk Menikah). Perhatikanlah sikapnya waktu menghadapi sesuatu yang menghalanginya mendapatkan apa yang diinginkannya, baik Anda maupun orang lain yang menghalanginya. Lihatlah waktu ia marah, apa yang dilakukan, bukan cuma kepada Anda, tapi juga kepada orang lain.

respon pria waktu marah

Apa yang dialami Cinta Lulu di atas adalah salah satunya. Bukan berarti pasti ia akan melakukan KDRT fisik kepada istrinya di masa mendatang, namun tidak terkontrolnya pada saat ia marah, yaitu perkataan-perkataan yang kasar, menghina dan merendahkan merupakan suatu gejala bahwa sang kekasih belum siap untuk mempunyai komitmen pernikahan.

Kata-kata kasar, menghina dan merendahkan adalah salah satu perbuatan buruk yang membuat tabungan cinta seseorang ludes dengan begitu cepat. Perkataan yang kasar, menghina dan merendahkan mungkin masih bisa ditolerir dalam masa pacaran, tapi pada masa pernikahan, Anda tidak akan bisa menolerirnya. Karena kata-kata itu akan menjadi toxic bagi diri Anda.

Dalam pernikahan, hubungan Anda dan pacar Anda akan menjadi sangat intim, baik fisik, emosi dan spiritual. Sehingga daya rusak kata-kata negatif seperti itu dari pasangan kita dampaknya akan berlipat ganda meracuni hidup kita. Pilihan kita menjadi sangat sulit, di satu pihak kita tidak ingin berpisah (atau setidaknya tidak mudah karena sudah menikah), di pihak lain kalau tidak pisah, harga diri kita akan tertoreh, kita akan terus mempertanyakan diri kita, kesalahan-kesalahan apa lagi yang dilakukan (padahal belum tentu ada), dan kita jadi sangat tertekan. Itulah jadinya sebuah toxic relationship dalam sebuah keluarga.

Keluarga disfungsi

Namun bagaimana pun, kita harus ingat bahwa kelemahan-kelemahan karakter seperti ini bukannya tanpa sebab, dan bukan juga tidak dapat diperbaiki. Biasanya hal seperti ini berakar pada disfungsi keluarga yang dialaminya sejak ia kecil. Karena itu, jika Cinta Lulu memang mencintai pria ini dan masih ingin memberinya kesempatan, ajaklah sang pria untuk memahami bahwa Anda sangat terluka dengan tingkah lakunya waktu marah. Berikanlah waktu padanya untuk berubah. Dukunglah dia, berikan pujian saat ia mampu mengendalikan amarahnya, temani dia jika ia memerlukan bantuan profesional seperti coach seperti saya, atau seorang konselor.

Bagi Anda yang kesulitan mengendalikan amarah Anda (terutama pria), mungkin Anda tidak tahu bahwa kelemahan Anda ini berbahaya bagi keluarga masa depan Anda. Selesaikan masalah ini sebelum Anda masuk ke dalam pernikahan. Beberapa cara yang efektif melatih diri Anda untuk mengelola amarah Anda adalah dengan ABCDE, meditasi dan dengan metode SABAR (STOP, Bernafas, dan Respon dengan tepat). Jangan malu untuk meminta bantuan profesional jika Anda tidak mampu mengendalikannya sendiri. Biayanya tidak seberapa dibandingkan dengan resiko stress dan pertengkaran bahkan perceraian setelah menikah nanti.

 

Bagaimana pendapat Anda?