8 Tips Berharga Bagi Pasangan yang Baru Menikah

krisis awal pernikahan

Saat Anda menikah, tentu Anda memiliki kebahagiaannya sendiri. Tetapi after wedding, apa yang terjadi? Tak jarang rumah tangga sudah menjadi sulit sejak awal-awal pernikahan. Masalah itu bisa karena berbagai hal, misalnya termasuk masalah keluarga besar. Berikut ini 8 tips yang sangat berharga kami persembahkan bagi Anda yang baru saja menikah.

Menikmati The Great Marriage

Tips-tips yang akan saya sampaikan sebenarnya tetap mengacu kepada apa yang seringkali saya tuliskan di berbagai artikel di website ini, yang intinya selalu berpulang pada 6 hal yang saya tuliskan dalam buku saya The Great Marriage sebagai terobosan untuk pernikahan yang hebat:

  1. Mindset
  2. Persahabatan
  3. Menjaga romansa dan seks
  4. Komunikasi yang baik
  5. Belajar manajemen konflik
  6. Komitmen yang berdedikasi

buku the great marriage

Tapi saya yakin para pembaca mengharapkan tips-tips yang lebih spesifik daripada keenam fondasi pernikahan itu. Maka inilah tips-tips khusus bagi Anda yang baru menikah:

Baca juga:Mana yang Lebih Baik: Memisahkan atau Menyatukan Penghasilan Suami-Istri?

 

1. Jangan pernah mengharapkan pasangan berubah setelah nikah

Anda sudah melihat adanya masalah-masalah dalam diri pasangan Anda. Tapi Anda berpikir masalahnya ini minor, yang penting orangnya baik, atau taat beragama, dst. Tapi masalahnya ternyata bukan minor, melainkan masalah yang sangat mengganggu (atau bahkan toxic), dan Anda menyangkalinya dan menganggap bahwa ia akan berubah kalau Anda sudah menikah dengannya.

“Saya bisa menasehati dia kalau saya sudah jadi istri/suaminya” itu kata-kata yang kita ucapkan dalam hati. Guess what? Kalau waktu pacaran yang masih cinta menggebu-gebu saja ia sudah tidak dapat diberitahu, apalagi pada saat Anda sudah didapatkan menjadi istri/suami. Lupakanlah dengan harapan itu. Anda dapatkan apa yang Anda sudah temukan pada saat pacaran, dan bersiap-siaplah untuk mendapatkan yang lebih parah dari itu.

 

2. Sepakati kantong uang bersama

Uang selalu adalah sumber percekcokan favorit rumah tangga. Statistik yang mengatakan hal tersebut. Karena itu penting sekali sebelum menikah menyepakati bersama bahwa harta berdua adalah milik bersama. Tidak ada hartaku atau hartamu, adanya harta keluarga kecil kami. Kecuali jika Anda tidak bisa mempercayai pasangan Anda, dan artinya orang itu tidak layak Anda nikahi.

Kepercayaan penuh itu wajib ada dalam sebuah pernikahan, tidak ada pernikahan yang benar-benar bisa survive tanpa hal itu. Dan kepercayaan mengenai masalah uang adalah ujian terpenting yang bisa membuktikan hal tersebut.

 

3. Kembangkan persahabatan yang intim

Saya sudah berulangkali menjelaskan hal ini bahwa cinta romantis itu akan mati perlahan-lahan dalam 2–4 tahun. Jadi selama cinta romantis itu masih ada, kembangkan cinta realistis yang dilandasi dengan persahabatan dengan pasangan Anda. Mengembangkan persahabatan akan menuntun Anda pada cinta sejati yang tetap penuh gairah, walaupun wajah dan tubuhnya sudah berkeriput, atau ia sudah tidak seganteng waktu muda dulu lagi.

Karena itu selalu upayakan memberikan perhatian, kasih sayang, mendengarkan, saling cerita, baik hal-hal yang menyenangkan maupun hal-hal yang membuat stres, dengan demikian Anda menjalin persahabatan sambil menabung cinta Anda berdua.

 

4. Honeymoon itu keharusan, bukan optional

Cinta itu seperti tabungan, semua interaksi positif akan menambah tabungan cinta sebaliknya interaksi negatif menghabiskan tabungan itu. Setelah Anda berdua melewati masa-masa bulan madu, khususnya setelah punya anak, Anda akan menemukan interaksi-interasi yang negatif yang muncul begitu saja, akibat anak dan stres pekerjaan/masalah rumah tangga. Tabungan cinta itu jadi begitu penting karena kalau di awal-awal kita banyak nabung, konflik-konflik yang terjadi tidak mudah menghabiskan tabungan cinta kita.

Maka rayakanlah cinta Anda berdua saat menikah dalam honeymoon yang sangat menyenangkan. Hal ini penting untuk menambah sebanyak mungkin tabungan cinta, sebelum Anda berdua kembali kepada realitas kehidupan rumah tangga.

Jangan pernah menunda honeymoon tersebut, karena biasanya kalau sudah ada anak, sudah tidak ada kesempatan lagi sampai nanti anaknya sudah bertumbuh besar (dan Anda sudah tidak muda lagi). Sisihkan sebagian dana untuk menikah, setidaknya untuk beberapa hari berlibur dan menikmati kasih di luar kota.

honeymoon romantis

5. Jangan buru-buru punya anak

Ini juga masih dalam kaitannya menabung cinta sebanyak-banyaknya di awal-awal pernikahan. 67% pasangan akan mengalami penurunan dalam kepuasan pernikahan secara signifikan setelah kelahiran si sulung. Karena itu, walau ini saran yang kontraversial, tapi percayalah ini penting untuk kebahagiaan pernikahan Anda dalam jangka panjang.

Dalam keluarga-keluarga yang sehat, tanpa kontrasepsi, anak akan lahir dalam tahun pertama atau kedua pernikahan. Artinya istri akan hamil dan mengalami berbagai hal yang tidak enak (mual, tidak enak badan, bengkak kaki, badan yang membulat dan menjadi tidak seksi, dll) dalam tahun pertama pernikahan. Anda berdua hampir tidak dapat menikmati masa-masa di mana Anda bangun pagi berdua dan saling memadu kasih bersama tanpa gangguan si kecil.

Tundalah untuk memiliki anak, tidak perlu lama-lama, setidaknya setahun saja untuk:

  1. Memberi waktu pasutri untuk beradaptasi
  2. Menikmati kebersamaan ekslusif berdua untuk menabung menabung cinta sebanyak mungkin.

 

Menundanya jangan menggunakan teknik coitus interruptus (atau mencabut sebelum ejakulasi, atau keluarkan di luar) karena teknik ini tidak efektif dan Anda berdua tidak akan menikmati hubungan intim itu, yang artinya bukannya menabung cinta, malah menghamburkan tabungan itu.

Saran menunda punya anak ini sangat kontraversial terutama karena banyak orang tua yang termakan mitos bahwa kalau “dijaga” maka nanti bisa benar-benar tidak punya anak alias mandul. Sesungguhnya tidak ada penjelasan ilmiah secara biologis mengenai bagaimana menunda punya anak bisa menyebabkan mandul. Yang ada adalah hubungan pasutri yang memburuk setelah menunda punya anak, sehingga setelah mereka ingin punya anak, mereka kesulitan untuk berhubungan intim secara konsisten atau malah kehilangan keinginan untuk punya momongan. Ini terjadi kalau kedua individu ini tidak mengupayakan pernikahan yang sehat, tapi kalau serius mengupayakan, tentunya tidak akan terjadi.

 

6. Jangan menahan diri untuk bertengkar dengan pasangan, tapi pilih pertempuran Anda

Konflik itu sangat bagus untuk membantu kita saling memahami satu dengan yang lain, karena dalam konflik kita akhirnya mengungkapkan perasaan dan pikiran kita yang sering tidak terungkapkan sebelumnya. Konflik-konflik yang sehat seperti ini akhirnya menambah pundi-pundi tabungan cinta Anda berdua.

Dalam memulai pertengkaran, penting sekali untuk memiliki budaya berkonflik yang tidak menuduh dan tidak mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan pasangan kita. Tanpa hal itu, konflik kita tidak akan menghasilkan tabungan cinta, malah akan menguras tabungan cinta kita secara besar-besaran.

Kesalahan pada banyak pasangan yang saya temui adalah, di awal-awal pernikahan mereka menahan kekesalan mereka dengan alasan “supaya tidak ribut”. Pertamanya sih dia memang tahan, tetapi lama-lama, bertahun-tahun ia harus menahan akhirnya akan pecah juga. Dan setelah itu ia meledak hebat, menyalahkan pasangannya dan kemudian meminta cerai dengan alasan perlakuan yang buruk sepanjang usia pernikahan, tanpa memberi kesempatan pasangannya untuk berubah. Padahal pasangannya baru saja tahu harapan dan kekesalan yang tersimpan sekian lamanya itu tanpa sama ada petunjuk sama sekali sebelumnya.

Walau demikian bukan berarti Anda harus bertengkar walaupun hanya sekedar masalah bekal makan siang yang tidak dimakan. Pilihlah pertempuran Anda dengan bijaksana, yaitu permasalahkanlah hal-hal yang penting bagi Anda, dan tutuplah mata untuk hal-hal yang kurang penting bagi Anda.

 

7. Hindari tinggal di rumah orang tua/mertua

Beradaptasi dengan 1 orang pasangan kita saja kadang tidak mudah, terlebih karena budaya dan kebiasaan-kebiasaan kecil yang berbeda dengan kita. Selain itu masing-masing kita pasti punya unspoken rules (aturan-aturan yang tidak terkatakan) mengenai berbagai hal dalam hidup kita, misalnya cara menaruh barang, cara mencuci baju, aturan bekerja di rumah, beribadah di rumah, makan, dll. Bayangkan kalau kita harus menghadapi bukan 1, bukan 2, tapi 3 (pasangan plus kedua orang tuanya) atau bahkan 5 (bersama adik-kakak dari pasangan) orang dengan kebiasaan yang berbeda, apa jadinya?

Selain itu kita juga membutuhkan waktu untuk belajar bertanggung jawab penuh sebagai seorang suami maupun sebagai seorang istri. Tinggal di rumah orang tua/mertua mengalihkan sebagian tanggung jawab kita itu kepada orang tua/mertua. Akibatnya kita menjadi tidak terlatih menjadi suami/istri yang baik dalam melayani pasangan kita dalam berbagai kebutuhan hidupnya.

Kita juga butuh privasi sebagai pasangan muda untuk bereksperimen dan mengekspresikan cinta kita tanpa merasa malu.

Karena itu walau harus tinggal di kos-kosan, itu lebih baik daripada tinggal di rumah orang tua. Anda bisa kembali kapan saja jika Anda merasa orang tua Anda perlu ada yang menemani mereka, tetapi katakanlah kepada mereka bahwa Anda membutuhkan waktu dulu untuk menikmati pernikahan Anda berdua sebelum kembali kepada mereka.

 

8. Jaga hubungan dengan keluarga besar.

Yang terakhir ini susah-susah gampang, khususnya kalau terdapat 1 atau lebih orang sulit dalam lingkaran keluarga asal kita. Tetapi di awal-awal pernikahan, pihak keluarga besar itu sadar maupun tidak sadar sebenarnya sedang memperhatikan dan menanti apakah pernikahan Anda berdua berjalan dengan baik atau tidak.

Karena yang memperhatikan di sini adalah pihak keluarga besar, maka tentunya yang dilihat bukan hanya bagaimana Anda memperlakukan pasangan Anda, tetapi juga bagaimana sikap Anda terhadap keluarga besar. Sikap hormat dan sopan adalah kuncinya di sini. Anda tidak perlu sering-sering berhubungan jika tidak merasa nyaman, tetapi Anda harus tetap menjalin tali silaturahmi sambil mengedepankan sikap hormat kepada yang lebih tua.

Hal ini penting agar pihak keluarga besar tidak mudah berprasangka buruk jika ada konflik terjadi dalam pernikahan, dan ini menghindari pihak keluarga terlalu cepat mengambil alih upaya penyelesaian konflik dari Anda berdua.

Dalam menghadapi keluarga asal (termasuk keluarga besar) Anda berdua, yang terpenting adalah selalu berada dalam tim yang sama dengan pasangan Anda. Sikap membela keluarga dan menyalahkan pasangan adalah jalan tol kepada konflik yang berkepanjangan.

Diskusikan baik-baik di mana posisi Anda berdua dan hadapi keluarga besar sebagai satu tim. Pahami perasaan-perasaan yang terluka tetapi selalu ada di pihak pasangan Anda. Dalam hal ini kedua pihak, Anda dan pasangan tentu harus belajar berkompromi dan bertoleransi, karena nilai-nilai kedekatan keluarga Anda dan pasangan bisa saja jauh berbeda.

 

Demikian 8 tips bagi Anda yang baru menikah, semoga Anda dan pasangan dikaruniai keluarga yang harmonis untuk masa depan yang gemilang.

Bagaimana pendapat Anda?