Ada 4 hal yang dapat digunakan untuk membantu remaja (maupun diri kita sendiri) untuk menemukan tujuan hidupnya (atau panggilannya). yaitu 4 P: Personality, Proficiency, Passion, Path. Topik ini adalah inti dari pembahasan mengenai bagaimana menolong remaja untuk menemukan panggilan hidupnya (Helping Teens to Find Their Calling), pada pertemuan orang tua remaja yang diadakan pada tanggal 4 Februari 2018 lalu di GII Semanggi, Jakarta Pusat.
Setiap orang apa pun agamanya, tentu mengajarkan bahwa hidup ini memiliki arti. Bahwa manusia diciptakan untuk suatu tujuan mulia, yang diinginkan oleh Penciptanya. Kita perlu menemukan dan menjawab panggilan hidup itu, barulah kehidupan kita terasa berarti.
Baca juga: 5 Pelajaran dari Kasus Video Mesum ABG Sekolah Internasional Jakarta
Namun tidak semua orang mendapatkan panggilan yang audible maksudnya dipanggil oleh Tuhan dengan suara yang jelas terdengar seperti yang terjadi pada para nabi dan rasul. Bagi 99,99% di antara kita, panggilan Tuhan itu bersifat calling by responsibility, bukan calling by revelation.
Karena itu tanggung jawab kita bukan mencari-cari agar suara Tuhan jelas terdengar di telinga kita, karena jika memang benar demikian kita pasti akan mendengar suara-Nya walaupun kita melarikan diri dari-Nya. Tetapi tanggung jawab kita adalah memilih untuk bekerja, berkarir, atau melakukan sesuatu berdasarkan apa yang Tuhan sudah karuniakan kepada kita.
Bagaimana kita tahu akan panggilan kita kalau begitu? Yaitu dengan melihat dan mengevaluasi 4P tadi yaitu: Personality (kepribadian), Proficiency (keahlian), Passion (gairah), dan Path( jalan hidup).
1. Personality
Kepribadian kita sebagian adalah hal yang Tuhan berikan dalam gen kita, dan sebagian lagi dipengaruhi oleh lingkungan di mana kita dibesarkan. Kepribadian memberi petunjuk pekerjaan-pekerjaan apa yang akan mudah untuk dikerjakan, dan yang mana yang lebih sulit untuk dilakukan. Saya mengatakan ‘lebih sulit’, bukan ‘MUSTAHIL’, karena mengetahui kepribadian kita itu hanyalah merupakan awal dari pengenalan diri dan awal dari penjajakan panggilan hidup kita. Hal ini sudah pernah dibahas dalam post ini (Kontraversi Test Kepribadian)
Kita boleh saja menggunakan 1001 macam test kepribadian, tetapi semuanya itu hanyalah pendekatan psikologis untuk mengukur sesuatu hal yang sangat kompleks dari diri manusia.
Bagaimana pun, untuk membantu, test 4 kepribadian yang dipopulerkan Personality Plus, maupun MBTI dapat digunakan. Bisa juga menggunakan DISC atau 5 kepribadian, atau yang lainnya.
2. Proficiency
Proficiency adalah keahlian yang dipelajari baik dari pembelajaran formal maupun informal, dan juga dari pengalaman. Dalam hal ini saya menggunakan istilah keahlian, bukan bakat atau talenta, karena bakat dan talenta itu baru merupakan POTENSI, belum menjadi keahlian yang sesungguhnya. Talenta dan bakat itu masih harus diolah dan diasah agar dapat digunakan untuk memenuhi panggilan kita.
Carol Dweck, penulis buku Mindset, bahkan memandang talenta sebagai kutukan, karena justru orang yang menanggap dirinya memiliki bakat, seringkali merasa tidak perlu berlatih, tidak perlu mengasah bakatnya, sehingga akhirnya akan dikalahkan oleh orang-orang ‘tidak berbakat’ yang memiliki jam terbang latihan yang tinggi (10.000 jam menurut Malcolm Gladwell dalam buku Outliers).
3. Passion
Passion atau gairah, ini paling menarik. Banyak orang bingung karena merasa tidak punya passion dalam hal tertentu. Memang ada tipe kepribadian tertentu seperti misalnya phlegmatik menurut versi 4 kepribadian yang cenderung tidak punya passion dalam hidupnya. Tetapi dalam banyak kasus, passion itu bukan tidak ada, hanya tidak terkoneksi.
Passion yang sejati adalah passion yang terbangun oleh meaning, atau makna, bukan yang terdorong oleh keuntungan-keuntungan pribadi, seperti uang, popularitas, wanita (atau pria), EGO atau kuasa. Passion yang didorong oleh meaning itu terjadi apabila keahlian kita klop dengan kebutuhan masyarakat dan terkoneksi secara emosi melalui value dan belief yang kita miliki. Itulah baru menghasilkan passion yang powerful!
4. Path
Berbicara mengenai panggilan hidup, visi hidup, tujuan hidup, orang biasanya bicara mengenai nilai-nilai, belief, dan tentang minat bakat, atau passion. Tetapi jarang sekali orang yang membahas mengenai path atau jalan hidup ini. Padahal jalan hidup, yaitu sejarah, pengalaman yang kita alami itu merupakan petunjuk yang kuat dalam menemukan panggilan hidup kita.
Path adalah apa yang kita alami dari sejak kita lahir hingga saat ini di mana kita berada. Path, membuka kesempatan-kesempatan baru dalam hal-hal yang tidak kita pikirkan sebelumnya, tetapi juga bisa malah menutup pintu terhadap bidang-bidang yang selama ini kita kejar.
Contoh:
- Kelahiran kita menentukan bidang karir mana yang bisa kita jalani, dan mana yang tidak mungkin dijalani. Kelahiran sebagai suku tionghoa telah menutup pintu sebagian dari kita untuk meniti karir dalam bidang militer dan politik pada masa orde baru misalnya.
- Kerusuhan Mei 1998, juga telah membuat jalan hidup sebagian dari kita berubah. Ada yang jadi terpuruk karena perkosaan, penjarahan dan kehilangan. Tetapi ada juga yang memberikan keberhasilan yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya, seperti yang terjadi pada motivator kondang Merry Riana.
Membantu Remaja Menemukan Tujuan Hidup
Maka saya menggunakan formula 4 Connect bagi para orang tua yang ingin membantu anaknya menemukan panggilan hidup mereka, yaitu:
- Connect them with Christ (bagi Anda penganut agama lain, bisa menggantinya dengan Connect them with God)
- Connect them with themselves
- Connect them with the world
- Connect them with the skills
Tuhan sebagai Pencipta kita adalah yang Maha Tahu tentang apa yang paling cocok dan tepat bagi kita, karena itu anak-anak kita paling utamanya harus terhubung dengan Tuhan. Mereka tidak boleh hanya terhubung dengan Tuhan melalui orang tuanya, tetapi orang tua harus menyerahkan anak-anak mereka agar bisa memiliki hubungan langsung dengan Tuhan. Dan ini hanya mungkin terjadi kalau orang tua juga terkoneksi dengan Tuhan.
Diri Sendiri. Orang tua bukanlah penentu panggilan hidup para remaja. Orang tua harus mendidik anak-anak mereka agar bisa menemukan jati diri mereka sendiri, dan dengan demikian dapat bertanggung jawab memanfaatkan talenta dan karunia Tuhan dalam hidup mereka. Bukan karena paksaan orang tua.
Dunia. Passion membutuhkan koneksi emosi antara kebutuhan masyarakat dengan keahlian dan nilai-nilai hidup. Karena itu anak-anak harus sejak dini melihat dunia. Mereka perlu melihat langsung dan menyentuh dengan tangan mereka dunia binatang, dan dunia tumbuhan, untuk bisa terkoneksi dengan biologi. Mereka perlu menikmati teka-teki logika dan perancangan sistematis untuk dapat terkoneksi dengan teknologi. Mereka perlu melihat problem dalam masyarakat, untuk menumbuhkan semangat, dorongan dan gairah untuk turut memberi solusi.
Passion itu menular. Maka remaja perlu dipertemukan, dan diperkenalkan langsung dengan orang-orang yang memiliki passion dalam bidangnya. Itu yang akan memberikan mereka koneksi kepada bidang yang akan menjadi passion mereka.
Keahlian. Tentunya seorang anak perlu dihubungkan dengan keahlian-keahlian yang berguna untuk menjalankan passion nya. Di jaman now ini, jangan kita terlalu terpaku dengan mengarahkan keahlian anak hanya ke satu bidang saja. Karena saat ini, dengan persaingan yang begitu ketat antar individu, anak-anak harus mengembangkan keahlian di berbagai bidang, baik soft skill maupun hard skill. Contohnya saja, bagi seorang enterpreneur, start up, bukankah untuk memulai bisnis, dia harus menguasai keahlian marketing, konsep design, penguasaan IT, mungkin keahlian foto atau video shooting, presentasi dan negosiasi, dan bidang bisnis yang dia geluti?
God is calling ordinary people to do extraordinary things
Saya Deny Hen, Salam pembelajar!
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.