Kontraversi Test Kepribadian

Test Kepribadian

Pada post sebelumnya, disebutkan bahwa test kepribadian MBTI harus digunakan sebagai awal (bukan final) untuk untuk mengenal diri sendiri dan mengenal kekuatan dan kelemahan dari kepribadiannya. Test ini tidaklah dimaksudkan untuk menyatakan karakter final dari masing-masing pribadi. Bahwa test kepribadian dapat memiliki keterandalan yang tidak tinggi. Hal ini penting sekali diutarakan agar para pengguna test kepribadian MBTI dan test-test sejenis tidak terlalu mengagungkan atau over-interpretasi dari hasil test-test serupa.

Pada posting ini kami akan membahas penjelasan mengenai hal tersebut, yaitu mengenai kontraversi test kepribadian dan manfaat apa yang dapat kita peroleh dari test-test kepribadian di tengah kelemahan-kelemahan yang dimiliki test-test kepribadian self assessment serupa.

 

Seorang Profesor Psikologi menuturkan bahwa ia adalah seorang INTJ (test kepribadian MBTI) yaitu introvert, intuitive, thinking dan judging. Dan ia pun merasa mendapatkan insight bahwa ia memang terorganisir dan lebih menyukai buku daripada pesta. Namun beberapa bulan kemudian, ia mengambil test yang sama dan mendapatkan bahwa dirinya adalah ESFP (extrovert, sensing, feeling dan perceiver)! Suatu personality yang berlawanan dengan INTJ. Tiba-tiba ia menjadi suka pesta, memutuskan dengan perasaan dan tidak menyukai jadwal kerja…

Apa yang terjadi?

Beberapa fakta mengungkapkan mengenai test MBTI yang sangat terkenal dan sudah dipakai oleh lebih dari 2,5 juta orang setiap tahun dan digunakan oleh 89% dari perusahaan yang tercatat pada Fortune 100 ini:

  1. Test kepribadian MBTI disusun oleh Katharine Cook Briggs dan anaknya, Isabell Briggs Myers, yang keduanya tidak pernah mengecap pendidikan formal dalam psychometrics atau penilaian (assessment) psikologi. Katharine adalah lulusan pertanian sedangkan Myers adalah lulusan ilmu politik.
  2. Banyak peserta test yang mengambil test yang sama 2 kali dalam waktu yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan hasil test. Hal ini pernah dikonfirmasi oleh salah seorang staf dari Myers-Briggs Foundation sendiri dengan catatan dari pengalaman mereka bahwa perbedaan hasil test terjadi hanya pada 1 dimensi saja. Misalnya Extrovert yang berubah menjadi Introvert, atau Thinking menjadi Feeling, namun tidak lebih dari 1 dimensi saja. Dengan kata lain secara kasar (bukan secara akademis), reliabilitas dari test ini berada di kisaran 75% (1 kesalahan dimensi dari 4 dimensi).
  3. Test kepribadian MBTI yang beredar di internet secara gratis hampir dapat dipastikan bukan berasal dari test MBTI resmi yang berasal dari Myers-Briggs Foundation, sehingga tidak melalui pengujian alat test yang valid dan kredibel. Hal yang sama berlaku untuk banyak sekali test-test kepribadian yang lain seperti test DISC, test 4 kepribadian, Big 5, maupun yang lainnya. Test psikologi yang original umumnya melalui pengujian secara empiris dan karena itu tidak gratis dan harganya relatif tidak murah (apalagi bagi sebagian besar rakyat Indonesia).

Fakta no 1 di atas merupakan salah satu hal yang membuat test kepribadian MBTI menjadi sangat diragukan oleh para psikolog. Namun kalau kita jujur terhadap realitas yang ada, pendidikan formal bukanlah satu-satunya jalan untuk mendapatkan keahlian yang dibutuhkan untuk mencapai cita-cita dan passion yang kita inginkan.

Kita dapat melihat ibu Susi Pudjiastuti misalnya, Mentri Maritim dan Perikanan di era Jokowi yang bahkan tidak lulus SMU! Masih ada Rovert Evans, seorang rohaniawan yang menemukan Supernova, Benyamin Franklin yang berhenti sekolah pada usia 10 tahun namun berhasil menemukan listrik! Belum lagi Bill Gates (pendiri Microsoft) yang hanya 2 tahun kuliah hukum (bukan IT), dan Wright bersaudara, pengusaha koran yang menemukan pesawat terbang.

Rumitnya Kepribadian Manusia

Mengapa test-test kepribadian, khususnya yang bersifat penilaian diri (self-assessment) tidak mampu memiliki reliabilitas yang tinggi?

Jawabannya terletak pada kompleksitas kepribadian manusia. Kepribadian bukanlah wilayah ilmu pasti dan tidak dapat dipetakan secara matematis.  Psikolog  Gordon Allport pernah mencoba memetakan dan menghasilkan daftar 4000 lebih trait kepribadian yang dimiliki manusia!

Selain dari pada itu, test kepribadian melalui penilaian diri memang rentan terhadap bias, karena setiap manusia mempunya tingkat objektifitas yang berbeda-beda, memiliki emosi yang bisa berubah-ubah, tingkat pemahaman akan istilah yang digunakan pada soal test yang juga berbeda. Memory manusia juga terbatas dan hanya mampu mengingat hal-hal yang penting, berkesan atau baru terjadi saja.

Karena itu dalam test MBTI, dikatakan bahwa test ini bukan mengukur trait kepribadian, tetapi lebih mengukur preferensi dari seseorang.

Hal lain yang menjadi pemikiran mengenai test kepribadian adalah, apa yang dapat diukur seringkali adalah perilaku yang terungkap keluar, sedangkan apa yang sebenarnya ada di dalam kita bisa berbeda.Karena apa yang kita lakukan bisa berbeda-beda berdasarkan kondisi dan konteks pada saat kejadian. Lagipula tidak ada manusia yang bisa konsisten 100% dalam bertindak.

Masih Adakah Manfaat dari Test Kepribadian?

Maka hal ini berujung pada pertanyaan, masih adakah guna atau faedahnya kita mengikuti test kepribadian?

Jawabannya tentu masih ada! Manfaat dari test kepribadian antara lain:

  1. Sebagai awal dari pencarian diri. Test kepribadian merupakan petunjuk awal, bukan akhir. Waktu kita mencoba mengenal diri kita sendiri, kita memerlukan clue (petunjuk) awal untuk menelusuri diri. Tanpa clue ini, kita akan kesulitan mulai dari mana kita untuk memahami diri. Di sinilah perlunya test kepribadian ini. Setelah mengetahui tipe kepribadian kita, kita perlu menguji apakah memang benar demikian.
  2. Untuk mengenal diri sendiri. Mengenal diri berarti mengenal juga kekuatan dan kelemahan diri. Setelah mengetahui kekuatan dan kelemahan, kita dapat berusaha menutupi kelemahan dan memaksimalkan kekuatan kita.
  3. Dengan mengenal diri, kita akan lebih mampu untuk mengembangkan diri. 
  4. Memahami orang lain. Dengan mengetahui adanya jenis-jenis kepribadian yang berbeda akan sangat menolong kita memahami alasan orang lain melakukan hal-hal yang mungkin bagi kita terasa aneh atau bahkan mengganggu. Kita tidak perlu merasa marah melihat pasangan kita kurang suka akan keteraturan. Memahami orang lain membawa kita selangkah lagi menuju keharmonisan dengan sesama.
  5. Menggunakan kekuatan masing-masing dalam team workSetelah memahami orang lain, khususnya dalam melakukan pekerjaan bersama, kita dapat menggunakan kelebihan-kelebihan mereka untuk memajukan perusahaan/tim, dan tidak perlu memaksa mereka melakukan hal yang memang sulit dilakukan mereka.

Terms and Condition

Setiap layanan memiliki terms and condition tersendiri (persyaratan dan kondisi). Maka saat kita ingin mengambil test kepribadian tertentu, hal-hal berikut perlu menjadi peringatan:

  1. Hindari over-interpretasi terhadap hasil test kepribadian, gunakan hasilnya seperti apa adanya, tidak perlu menganggap bahwa hasil kepribadian kita itu sudah final. Jangan menganggap hasil tersebut pasti tepat 100% karena seperti sudah disampaikan di atas, karakter manusia itu kompleks.
  2. Hindari membatasi diri dengan hasil test. Kita mungkin berpikir karena kita introvert kita tidak akan bisa menjadi presenter yang baik atau pembicara di depan publik. Banyak sekali contoh-contoh orang-orang introvert yang sukses menjadi pembicara publik, karena dimensi yang diukur dalam MBTI hanyalah preferensi. Orang thinking bukan berarti memiliki kepedulian terhadap orang lain yang rendah. Kemampuan kepedulian sosialnya hanya lebih rendah daripada kemampuan berpikirnya, dan setiap kita merupakan campuran tertentu kadar dari dimensi-dimensi yang berbeda. Contoh: Seseorang bisa mempunyai 40% extrovert dan 60% introvert. Seseorang bisa juga mempunyai 30% sanguin, 50% kolerik, 19% melankolik dan 1% phlegmatik. Ini hanya contoh karena kompleksitas manusia, karakter tidak dapat dipetakan secara penuh dengan persentase saja.
  3. Sebaliknya, hindari mengkotak-kotakkan atau melabeli orang lain dengan hasil test kepribadiannya. Setiap orang unik, walau mempunyai kecenderungan tertentu, tapi kita harus berupaya mengenal orang lain melalui interaksi langsung, bukan mengandalkan dari hasil test semata. Kalau ia adalah tim kerja kita, mungkin ada saatnya juga diberikan kesempatan yang lain, selain tugas yang cocok dengan karakternya, yang mungkin adalah passion dari rekan kita itu.
  4. Gunakan daftar karir yang dapat dipertimbangkan sebagai awal untuk mencari karir idaman Anda, namun jangan membatasi diri dengan daftar karir itu. Hal ini berarti seorang INTJ pun mampu menjadi konselor dan seorang ESFP dapat menjadi ilmuwan bila ia memiliki passion dalam bidang tersebut.

 

Test Kepribadian memang merupakan kontraversi yang masih terus berlanjut di antara para pakar psikologi, namun kita tidak perlu antipati atau sebaliknya menganggapnya secara berlebihan. Ambil testnya dan gunakan hasilnya secara bijaksana, kita akan merasakan dampak positifnya dalam hidup kita.

Test Kepribadian MBTI dari Pembelajar Hidup tersedia sebagai bagian dari paket coaching Visi Pribadi yang dapat menolong Anda secara komprehensif untuk menemukan panggilan hidup Anda.

 

Bagaimana pendapat Anda?