Konflik rumah tangga yang sulit kadang sulit terhindarkan dalam kehidupan kita. Ketika perselisihan kelihatan tidak selesai-selesai dibicarakan walaupun sudah 2 – 3 jam berbicara, ketika salah satu mulai tertrigger dan meledak, atau ketika masalah yang sama terus-menerus terulang. Cobalah untuk menghindari keempat hal yang kurang membantu di bawah ini:
1. Saling diam
Baca juga: 6 Ciri Komunikasi Rumah Tangga yang Sehat Menurut Riset
Karena merasa percakapannya menjadi sulit, keduanya mulai diem-dieman. Mungkin Anda sedang menjaga supaya konflik tidak meledak dan rumah aman. Tapi mungkin juga sebenarnya Anda frustasi, atau bo-huat kata orang tionghoa. Lalu Anda berdua menunggu siapa duluan yang memcahkan keheningan dan mulai bicara. Tapi bicaranya tentang hal-hal lain. Hal yang menjadi konflik tidak dibicarakan. Lalu Anda berdua merasa sudah berbaikan, dan hal sensitif itu tidak pernah dibicarakan sampai terjadi konflik berikutnya.
Masalahnya saling diam seperti ini tidak menyelesaikan masalah, hanyalah menumpuk masalah. Saat konflik berikutnya terjadi, seringkali ini menjadi bahan bakar untuk kemarahan-kemarahan yang meledak.
2. Pergi Liburan
Terkadang merasa hubungan begitu memburuk, lalu daripada membicarakan konflik, kita coba pendekatan distraksi seperti ajak jalan-jalan, atau bahkan ajak liburan di tempat yang menyenangkan. Terkadang dengan meluangkan waktu bersama, seakan-akan konflik menghilang, perasaan jadi senang. Tapi bisa juga justru liburan yang coba dijalankan menjadi salah satu liburan terburuk, konflik masih terus terjadi dari hal-hal sepele sehari-hari.
Terkadang, berlibur memang bisa membantu, karena meredakan ketegangan bisa menolong untuk berbicara lebih baik. Tapi hal ini hanya akan efektif kalau masalahnya tetap dibicarakan dari hati ke hati. Sedangkan kalau hanya untuk distraksi saja, holiday hanya akan memperburuk masalah. Seperti diem-dieman tadi, masalahnya hanya akan menumpuk dan menjadi bahan bakar di konflik berikutnya.
3. Pergi dari Rumah (Pisah Sementara)
Kadang seseroang begitu frustasi dan merasa butuh waktu sendiri. Sebenarnya mungkin yang dicari adalah ketenangan, karena merasa dengan pasangannya tidak bisa merasa tenang dan aman. Kadang suami/istri yang pergi dari rumah berkata, “aku perlu waktu sendiri dulu, mungkin dengan demikian aku bisa kangen sama kamu”
Berpisah sementara bisa menolong kita untuk merasa tenang dan bisa bekerja dengan baik, tapi kita bisa menjadi terlalu nyaman dengan diri kita sendiri sehingga merasa tidak lagi membutuhkan pasangan kita. Kita mulai melihat hubungan kita tidak ada gunanya lagi karena hanya terus diisi dengan berantem dan saling melukai. Rasa kangen yang dicari, tidak akan muncul kalau keributan-keributan itu terus terjadi sebelumnya.
Kecuali untuk sementara waktu (yang sudah ditentukan), suami/istri ingin berpisah sementara, dengan itikad baik supaya masing-masing bisa sedikit memulihkan diri dan bisa berpikir dan mendoakan mengenai apa yang bisa dilakukan untuk memperbaiki hubungan. Artinya komitmennya masih sangat kuat untuk bersama, ini mungkin masih bisa efektif, dengan catatan waktunya singkat (beberapa hari – kurang dari sebulan).
4. Kompensasi dengan Cara yang Tidak Sehat
Nomor 4 ini hal yang paling tidak boleh dilakukan. Merasa kesulitan menghadapi konflik, kita mulai mencari kompensasi tidak sehat, misalnya dengan ngobrol dengan lawan jenis lain, curhat, cerita tentang masalah keluarga kita kepada lawan jenis. Tidak jarang hal ini menjadi bibit perselingkuhan yang membahayakan pernikahan Anda.
Kompensasi lain yang sering dilakukan adalah dengan minum alkohol. Masalah tidak akan selesai dengan minum. Batasan psikologis dalam minum alkohol yang masih dianggap sehat adalah:
- Untuk pria 5 x sebulan, dengan jumlah yang diminum setiap kali maksimal 5 takaran
- Untuk wanita 4 x sebulan dengan jumlah yang diminum setiap kali maksimal 4 takaran
Ukuran ini tidak memperhatikan apakah sudah mabuk atau belum, karena bahkan sebelum kita mabuk, perilaku kita sudah mulai berubah. Apalagi kalau mabuk, kondisi rumah tangga akan menjadi semakin runyam.
Kompensasi lain misalnya melakukan hobi, lembur supaya bisa menghindari ngobrol dengan lawan jenis. Ini masih merupakan strategi yang sama dengan diem-dieman.
Daripada melakukan 4 hal di atas, cukup 1 hal yang dapat memperbaikinya yaitu: membicarakan masalah dengan pasangan, seperti berbicara kepada orang yang kita cintai.
Apapun yang dilakukan sementara, entah itu diam, liburan, atau pergi sementara, Anda harus membicarakan masalah tersebut dengan baik. Luangkan waktu untuk diskusi paling lama 1 hari setelah diam atau sisipkan waktu di saat liburan, di mana tidak ada yang mengganggu Anda berdua berbicara.
Lebih baik lagi kalau Anda berdua tidak perlu melakukan keempat hal di atas, tapi membicarakannya dengan teknik PASANGAN (video disertakan di bawah ini).
Saat konflik memanas, pembicaraan tidak kunjung usai, dan sekalipun Anda menjelaskan berulang kali, pasangan kelihatan tidak mau mengerti, coba untuk melakukan Time Out. Aturan untuk time-out adalah bicarakan kembali paling cepat 20 menit (untuk meredakan emosi), paling lambat 1 hari.
Anda harus memulai konflik dengan lembut, yaitu dengan mengatakan perasaan Anda, bukan mulai dengan menyalahkan atau menyebutkan apa yang salah yang dilakukan pasangan. Mulailah dengan “Aku merasa …. (perasaan), saat kamu melakukan …(kejadian)”
Hindari judgement dan 4 tanda bahaya supaya komunikasi bisa berjalan efektif (mengenai 4 tanda bahaya dapat dibaca di: Belajar dari Kasus Perceraian Ahok – Vero, Inilah 4 Tanda Kiamat Pernikahan yang Harus Diwaspadai). Dan bila Anda masih kesulitan untuk menyelesaikan dan memperbaiki hubungan, jangan ragu untuk mencari konselor pernikahan yang berpengalaman dan efektif.
Saya Deny Hen, salam pembelajar.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.