Ada suatu aturan tak tertulis yang penting yang ada dalam komunikasi pasutri, yakni jangan memberikan nasehat atau saran yang tidak diminta. Hal ini sebenarnya berlaku baik bagi istri ke suami maupun sebaliknya. Lantas apakah sama sekali tidak bisa memberikan masukan kepada sang suami?
Ilustrasi: Freepik
Baca juga: Krisis Rumah Tangga ala Queen of Tears Menurut Konselor Pernikahan
Thomas Harris dalam bukunya “I’m OK – You’re OK” mengatakan bahwa dalam suatu komunikasi, dua pihak yang berkomunikasi selalu menempatkan diri dalam salah satu peran berikut:
- Orang tua
- Orang dewasa
- Anak
Komunikasi suami-istri akan berjalan dengan baik, jika keduanya (bukan salah satu) menempatkan diri ke dalam peran orang dewasa. Suatu komunikasi yang dewasa dua arah di mana keduanya saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Namun pasutri akan berkonflik jika salah satu saja dari mereka menempatkan diri mereka menjadi posisi orang tua. Posisi yang memberikan instruksi, menasehati, dan menggurui, yang membuat pasangannya akan terasa diperlakukan seperti anak kecil.
Sebenarnya yang menjadi masalah di sini bukanlah saran yang diberikan, tetapi lebih tepatnya bagaimana cara saran itu disampaikan. Walaupun maksud hati ingin memberikan masukan positif yang bermanfaat, namun bisa jadi bencana jika kita menganggap pasangan sebagai orang yang lebih kurang, lebih tidak mampu atau lebih rendah daripada kita. Kita harus menganggap dan memperlakukan pasangan kita setara dengan kita, sebagai orang dewasa. Kalaupun ada banyak tindak-tanduknya yang kita anggap kekanak-kanakkan dan kurang capable, namun cobalah untuk melihat bahwa dalam hal lain, pastinya ada yang pasangan lebih unggul daripada kita.
Maka ikuti 3 tips mudah berikut ini untuk memberikan saran kepada pasangan (baik suami maupun istri);
- Minta ijin. Saat terpikir untuk memberikan saran atau nasehat, cobalah untuk bertanya terlebih dahulu, “Apakah kamu sudah punya ide untuk menyelesaikan masalah itu?” atau “Apakah kamu membutuhkan masukan dari aku?” Jika jawabannya “Tidak”, jangan lanjutkan, mungkin ia hanya ingin didengarkan pada saat itu.
- Tidak menyalahkan. Mungkin suami Anda memang melakukan kesalahan yang bodoh. Namun menghardik dan menyalahkannya tidak akan efektif memecahkan masalah dan membuat suami Anda menjadi lebih baik.
- Gunakan formula:”Bagaimana kalau….. (ide/saran Anda) ….. bagaimana menurutmu?” Suatu saran haruslah berupa pilihan, bukan suatu instruksi. Kata “bagaimana kalau” memberikan kesan bahwa ide Anda adalah salah satu kemungkinan saja. Sedangkan kata “bagaimana menurutmu” menyerahkan kembali keputusan kepada suami Anda, yang mana akan sangat menunjukkan respek Anda kepadanya. Contoh: “Bagaimana kalau kamu coba pinjam mobil kepada orang tua kamu untuk besok? Gimana menurutmu?”
Walaupun konflik suami-istri tidak selalu bisa dihindarkan, namun mengubah saran menjadi pilihan merupakan teknik jitu mengurangi konflik-konflik yang tidak diperlukan.
Namun jika Anda dan pasangan memiliki konflik yang sulit diselesaikan, atau terlalu sering ribut dengan pasangan, jangan menunda mencari pertolongan. Anda dapat menghubungi kami untuk sesi konseling yang sangat efektif dan dapat menolong keluarga Anda.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.