Borderline Personality Disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang adalah salah satu gangguan kepribadian yang seringkali ditemukan pada anak, remaja dan dewasa awal. Gangguan kepribadian ini sering kali sulit dibedakan dan dengan gangguan mood. Gangguan kepribadian ini ditandai dengan pola ketidakstabilan yang pervasif. Lebih spesifiknya, gangguan kepribadian ini ditandai dengan ketidakstabilan dalam hubungan, citra diri, emosi, dan perilaku (impulsif).
Baca juga: Waspada Gejala Depresi pada Anak dan Remaja
Gangguan Kepribadian Ambang memiliki tingkat prevalensi 5,9% dan didiagnosis pada wanita dengan tingkat yang lebih tinggi daripada laki-laki.
Pola yang menonjol pada anak maupun remaja biasanya adalah:
- Adanya emosi yang meledak-ledak dan tidak bisa dikontrol
- Masalah emosi menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan hubungan baik dengan orang lain.
- Adanya perilaku impulsif yang biasanya membahayakan. Seperti seks bebas, obat-obatan, alkohol, merokok, balapan, dan lain sebagainya.
Penyebab Gangguan Kepribadian Ambang
Meskipun belum ada penyebab spesifik yang teridentifikasi, beberapa faktor risiko BPD telah diidentifikasi. Teori dominan BPD menyatakan bahwa kondisi ini terjadi ketika seseorang yang memiliki kerentanan bawaan (genetika) berinteraksi dengan “lingkungan yang secara kronis tidak valid”. Artinya ada penyebab gen bawaan dari orang tua atau orang yang masih memiliki garis hubungan kemudian bertemu dengan stress yang terjadi di lingkungan tempat anak tersebut tumbuh dan berkembang.
Lebih rinci lagi, penyebab gangguan kepribadian ambang diklasifikasikan sebagai berikut:
- Faktor Genetik: Anak dengan orang tua atau garis keturunan yang memiliki riwayat penyakit mental dua kali lipat lebih rentan mengalami BPD daripada anak yang tidak memiliki garis keturunan yang memiliki penyakit mental.
- Faktor Lingkungan : Pengalaman traumatis di masa kanak-kanak, seperti memikirkan fisik, emosional, atau seksual, serta penentaran, dapat menjadi pemicu BPD.
- Perubahan Otak: Penelitian menunjukkan adanya perbedaan struktur dan fungsi otak pada penderita BPD, terutama pada area yang mengatur emosi dan impuls.
- Stress dan Trauma: Peristiwa traumatis atau stres yang berkepanjangan, seperti kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga, atau masalah keuangan, juga dapat memicu atau memperburuk gejala BPD.
- Riwayat Keluarga: Memiliki anggota keluarga dekat (orang tua atau saudara kandung) dengan BPD dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami gangguan ini.
Diagnosa Gangguan Kepribadian Ambang menurut DSM V
Untuk memenuhi kriteria Gangguan Kepribadian Ambang, lima dari sembilan gejala harus ada. Gejala-gejala tersebut harus muncul dalam berbagai konteks dan menyebabkan penderitaan atau gangguan yang signifikan dalam hubungan dan fungsi secara keseluruhan. Sembilan kriteria Gangguan Kepribadian Ambang meliputi:
- Upaya yang tak terkendali untuk menghindari pengabaian, baik yang nyata maupun yang dibayangkan.
- Pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan intens yang ditandai dengan pergantian antara ekstrem idealisasi dan devaluasi.
- Gangguan identitas: citra diri atau rasa diri yang sangat dan terus-menerus tidak stabil.
- Impulsivitas dalam setidaknya dua area yang berpotensi merusak diri sendiri (misalnya, boros, seks, penyalahgunaan zat, mengemudi secara sembrono, makan berlebihan).
- Perilaku bunuh diri yang berulang, gestur atau ancaman, atau perilaku melukai diri sendiri.
- Ketidakstabilan afektif akibat reaktivitas suasana hati yang nyata (misalnya, disforia episodik yang intens, mudah tersinggung, atau kecemasan yang biasanya berlangsung beberapa jam dan jarang lebih dari beberapa hari).
- Perasaan hampa yang kronis.
- Kemarahan yang tidak pantas dan intens atau kesulitan mengendalikan amarah (misalnya, sering marah-marah, kemarahan yang terus-menerus, perkelahian fisik yang berulang).
- Ide paranoid sementara yang berhubungan dengan stres atau gejala disosiatif yang parah.
Mendisiplinkan Anak dengan BPD
1. Menetapkan batasan yang jelas dan konsisten
Anak-anak dengan BPD membutuhkan struktur agar merasa aman. Tetapkan aturan dan ekspektasi yang jelas, dan konsistenlah dalam menegakkannya. Konsistensi membantu mengurangi kecemasan dan ketidakpastian, yang keduanya dapat memicu ledakan emosi. Ingatlah untuk bersikap fleksibel jika diperlukan—kekakuan terkadang justru dapat memperparah emosi, alih-alih meredakannya.
2. Menggunakan penguatan dan dorongan positif
Saat mengasuh anak dengan gangguan kepribadian ambang, fokuslah untuk merayakan perilaku positif alih-alih hanya mengoreksi perilaku negatif. Pujilah anak Anda ketika mereka menunjukkan kemampuan mengatur emosi, memecahkan masalah, atau berkomunikasi secara positif. Dorongan membantu membangun harga diri, sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh banyak anak dengan gangguan kepribadian ambang.
3. Mempraktikan mendengar aktif dan validasi emosi
Sebelum mendisiplinkan anak, luangkan waktu untuk mendengarkan perasaannya secara aktif. Akui emosinya meskipun Anda tidak setuju dengan tindakannya. Mengatakan, “Ayah mengerti kamu sedang sangat kesal saat ini,” dapat sangat membantu meredakan emosi yang memuncak dan membangun kepercayaan.
4. Menghindari hukuman keras dan mempermalukan
Hukuman keras, teriakan, atau rasa malu dapat memperburuk gejala BPD secara signifikan dengan memperkuat perasaan tidak berharga atau ditinggalkan. Sebaliknya, pilihlah konsekuensi logis yang membantu anak Anda belajar sambil tetap menjaga martabat dan rasa amannya.
Tips Mengelola Ledakan Emosi
1. Tetap tenang selama episode ledakan emosi
Anak-anak dengan BPD sering kali mencerminkan energi emosional di sekitar mereka. Jika Anda tetap tenang, Anda dapat membantu meredakan situasi. Latih pernapasan dalam dan pertahankan nada suara netral, bahkan saat emosi sedang memuncak.
2. Menetapkan teknik grounding dan strategi koping
Ajari anak Anda teknik-teknik grounding, seperti berfokus pada kelima indranya atau berlatih pernapasan terkontrol, untuk membantu mereka mendapatkan kembali kendali emosi. Bekerja samalah untuk membangun perangkat “tenang” yang dapat mereka gunakan saat-saat tertekan.
3. Ciptakan lingkungan yang aman dan suportif
Pastikan rumah menjadi tempat di mana anak Anda merasa aman secara emosional. Komunikasi yang terbuka, validasi emosional, dan kasih sayang tanpa syarat membentuk fondasi lingkungan yang mendukung penyembuhan dan pertumbuhan.
Pentingnya Membangun Sistem Dukungan dan Perawatan Diri bagi Orang Tua
Ketika Anda melihat tanda-tanda BPD di masa kanak-kanak, terkadang Anda merasa terisolasi. Itulah mengapa penting untuk membangun sistem pendukung yang kuat di sekitar keluarga Anda. Tidak hanya itu, melibatkan profesional kesehatan mental, seperti terapis yang berspesialisasi dalam BPD, dapat memberikan bimbingan dan dukungan berkelanjutan. Terapi/konseling keluarga dapat sangat bermanfaat, membantu semua anggota keluarga meningkatkan komunikasi, menetapkan batasan yang sehat, dan bekerja sama sebagai satu kesatuan.
Kelompok pendukung juga dapat memberikan komunitas dan pemahaman yang berharga. Berbicara dengan orang tua lain yang menghadapi tantangan serupa dapat mengurangi perasaan terisolasi dan memberikan saran praktis.
Terakhir, jangan abaikan kesejahteraan Anda sendiri. Kelelahan orang tua merupakan risiko nyata ketika menghadapi rollercoaster emosional BPD. Bangun jaringan dukungan Anda sendiri, prioritaskan waktu untuk perawatan diri, dan pertimbangkan praktik seperti teknik mindfulness atau relaksasi untuk menjaga ketahanan Anda. Ingat, Anda tidak bisa menuangkan dari cangkir kosong—merawat diri sendiri memungkinkan Anda untuk merawat anak Anda dengan lebih baik.
Associate Psychologist di Pembelajar Hidup, Psikolog klinis anak dan dewasa, art therapy practitioner.
