Riset Terkini: Seks Sebelum Menikah Memprediksi Perceraian

premarital seks

Seks sebelum menikah itu memang biasanya lebih dasyat daripada setelah menikah. Karena hormon “cinta” norepinephrine sedang deras-derasnya mengalir di otak kita yang membuat kita merasa sangat sayang dan cinta, adanya kupu-kupu di dada kita dan dorongan seksual yang begitu tinggi mengalir deras dalam diri kita. Ditambah lagi kalau ada adrenalin yang muncul saat berhubungan intim tapi takut ketahuan dengan orang lain, masyarakat maupun orang tua. Tapi riset terkini membuktikan apa yang diajarkan agama ternyata ada alasannya. Bukan sekedar menjaga kekudusan seperti yang Tuhan kehendaki, tetapi juga karena dampaknya kepada dua sejoli itu sendiri.

Baca juga: 4 Alasan Mengapa Konseling Pranikah itu Penting

Riset Smith & Wolfinger Mengenai Premarital Seks

Pada jurnal yang diterbitkan pada tahun 2024, Smith dan Wolfinger membuat suatu model yang mengukur faktor-faktor seperti latar belakang religius dan karakteristik personal dari dewasa muda (berdasarkan data survei Nasional Amerika Serikat) dan dampaknya terhadap perceraian. Mereka menemukan bahwa perceraian sangat erat hubungannya dengan perilaku premarital seks. Orang-orang yang pernah melakukan hubungan intim sebelum menikah memiliki resiko perceraian yang tinggi dibandingkan dengan yang tidak melakukannya sama sekali. Resiko tertinggi dimiliki oleh orang yang pernah memiliki pasangan seksual 9 orang atau lebih. Dan ini berlaku baik bagi lelaki maupun perempuan.

Smith mengatakan, “Premarital seks memprediksi perceraian, tetapi kami tidak tahu kenapa”. Riset mereka memang membutuhkan penelitian lebih lanjut, namun riset sebelumnya sebenarnya dapat memberikan petunjuk mengenai why.

Hidup Bersama Sebelum Nikah Sebagai Ujicoba Pernikahan

Apakah hidup bersama sebelum nikah merupakan ujicoba yang baik sebelum benar-benar menikah? Logikanya sih harusnya benar. Karena dalam banyak hal ujicoba itu membantu kita memprediksi hasil. Misalnya dalam dunia IT, sebelum sebuah aplikasi diluncurkan, mereka terlebih dahulu melakukan ujicoba berulang-ulang dalam tingkat berbeda-beda termasuk ujicoba kepada pengguna secara langsung. Hal itu membantu pengguna seperti kita yang akhirnya menikmati aplikasi dan sistem yang stabil dan berjalan baik setelah aplikasi tersebut diluncurkan.

Sebenarnya dalam hal menjalin hubungan, ujicoba ini dilakukan pada masa pacaran dan tunangan. Pertanyaannya sekarang, apakah memang baik kalau kita hidup bersama dulu dengan pasangan sebagai bagian dari ujicoba?

Kita kesampingkan dulu pesan-pesan moral dan agama yang saya rasa semua orang sudah tahu. Pada tahun 2006, Scott Stanley seorang profesor psikologi dalam bidang pernikahan dan keluarga menulis buku berjudul “The Power of Commitment”. Buku ini banyak memuat hasil riset (baik dirinya sendiri maupun orang lain) tentang pernikahan, salah satunya adalah tentang hidup bersama sebelum menikah. Ternyata dibandingkan dengan pasangan yang tidak melakukan hidup bersama sebelum menikah, pasangan yang melakukannya memiliki:

  • Komunikasi yang lebih negatif
  • Tingkat kepuasan pernikahan yang lebih rendah
  • Tingkat perselingkuhan selama pernikahan lebih umum terjadi
  • Agresi fisik lebih umum terjadi
  • Tingkat perceraian mereka lebih tinggi (ini tentu saja sesuai dengan konsekuensi logis dari poin-poin sebelumnya)

Kesimpulannya: Jangan mengikuti rayuan pasangan jika dia mengajak untuk tinggal bersama atau membujuk untuk melakukan hubungan intim sebelum pernikahan, karena hal itu justu akan menghancurkan pernikahan Anda berdua di kemudian hari.

Hubungi kami untuk kelas premarital maupun konseling pranikah demi pernikahan yang langgeng dan bahagia untuk masa depan Anda berdua.

Bagaimana pendapat Anda?