Bagaimana Memulihkan Rasa Percaya Kepada Pasangan

memulihkan rasa percaya pada pasangan

Klien-klien saya sering bertanya, “Bagaimana caranya supaya saya bisa kembali percaya kepada pasangan saya?” atau “Coach, saya punya trust issue dengan pasangan saya.”

Kalau pertanyaan itu muncul, biasanya ini terjadi karena pasangannya telah mengkhianati kepercayaannya. Biasanya karena perselingkuhan, tetapi kadang juga karena masalah uang. Tetapi sebenarnya trust issue secara umum tidak selalu bersumber dari pasangan. Kadangkala sumber masalahnya juga berasal dari diri sendiri.

Baca juga: Haruskah Saya Mempercayai Kekasih Saya Sepenuhnya Tanpa Keraguan?

Penyebab yang Berasal dari Diri Sendiri

Penyebab trust issue yang berasal dari diri sendiri yaitu adanya insecurity, alias perasaan tidak aman. Rasa aman adalah salah satu kebutuhan emosional yang sangat penting yang wajib terpenuhi supaya kita bisa hidup dengan sehat secara emosi.

Mungkin dulu Anda pernah dikhianati oleh pasangan Anda. Mungkin juga oleh mantan, tapi bisa jadi pelanggaran kepercayaan itu dilakukan oleh orang lain yang tidak terlibat hubungan secara romantis dengan Anda. Saya berulang kali mendengar orang-orang yang ditikam dari belakang oleh sahabat mereka. Dan tidak jarang ada orang-orang yang bahkan dari kecil pun insecurity mereka sudah bercokol. Misalnya pada orang-orang yang disakiti atau diabaikan oleh orang tua mereka.

Pada orang-orang seperti ini, seringkali mereka mengembangkan sistem attachment anxious, avoidant atau fearful dalam hidup mereka. Tentunya tanpa mereka sadari.

  1. Anxious (gelisah). Pada jenis attachment ini, mereka percaya bahwa orang lain (dalam hal ini pasangan) tidak bisa dipercaya, lepas daripada apakah pasangan mereka benar demikian. Ia menuntut adanya kedekatan terus-menerus dan gelisah jika orang yang terkasih sekejap saja tidak terhubung dengannya. Ia seringkali merasakan emosi yang jungkir balik, merasa dekat dan aman, tetapi kemudian marah, sedih, gelisah. Seringkali ia juga ingin nempel terus kepada pasangannya (bahkan mungkin bisa mengganggu kegiatannya, misalnya dengan meneleponnya terus-menerus). Ia merasa tidak aman dan berpikir bahwa pasangannya mampu hadir bersamanya, tetapi mungkin mengabaikannya karena kesalahannya sendiri.
  2. Avoidant (menghindar). Pada tipe ini, ia berhati-hati dalam menjalin hubungan dengan pasangannya. Ia tidak merasa nyaman dengan kedekatan dan merasa tidak membutuhkan orang lain. Saat pasangannya mendekat, maka ia akan menjauh. Saat pasangannya menjauh, ia tidak menunjukkan emosi ataupun tingkah laku tertentu, tetapi tetap dingin. Ia berpikir bahwa orang lain mungkin tidak bersedia dan mampu memberikan yang ia butuhkan, tetapi tidak masalah karena ia tidak membutuhkannya. Padahal sebenarnya tentu ia membutuhkan kasih sayang dari orang lain, hanya saja ia merasa dirinya tidak layak dikasihi.
  3. Fearful (takut). Mereka merasa diri mereka membutuhkan kasih sayang, tetapi orang lain tidak dapat dipercaya untuk memberikan kasih sayang itu, dan dirinya pun tidak layak untuk mendapatkan kasih sayang tersebut. Jenis attachment ini takut dengan kedekatan dengan pasangan. Ia ingin dekat dengan pasangannya dan takut diabaikan, tetapi kedekatan itu baginya berarti akan merasakan derita dan kesakitan. Ia berpikir bahwa orang lain tidak dapat dipercaya dan tidak mampu mencintai dirinya. Ia menunjukkan emosi yang berganti-gantian antara berusaha untuk dekat dengan pasangannya, dan kemudian mendorong pasangannya untuk menjauh darinya. Biasanya tipe attachment seperti ini terjadi karena seseorang menerima kekerasan secara fisik yang sangat menyakitkan pada saat ia dibesarkan.

Jika Anda mempunyai attachment-attachment yang tidak sehat seperti di atas, Anda perlu mendapatkan konseling untuk berdamai dengan masa lalu Anda dan kemudian move on untuk bisa menikmati relasi-relasi di masa kini Anda.

 

Trust Issue yang Berasal dari Pasangan

Ada 2 hal yang menyebabkan seseorang kehilangan kepercayaannya terhadap pasangannya:

  1. Pasangannya pernah (atau sedang) selingkuh
  2. Pasangannya tidak bersikap jujur dan transparan

 

Untuk kedua hal ini tidak ada jalan lain untuk memulihkan trust issue selain dengan sikap yang jujur dan transparan dari pasangannya. Seseorang tidak bisa memberikan rasa percaya begitu saja, tetapi pasangannya harus menunjukkan bahwa ia memang bisa dipercaya dengan selalu bersikap jujur dan transparan.

Dalam kasus-kasus yang melibatkan perselingkuhan, ada tiga hal yang harus jujur dan transparan, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan:

  1. Aktivitas (apa yang dilakukan setiap hari, dengan siapa, ke mana, dsb.)
  2. Komunikasi (trust issue tidak dapat disembuhkan jika pasangannya terus mengunci HP-nya supaya tidak bisa dibaca)
  3. Uang (karena selingkuh itu butuh uang)

 

Jika Anda mengalami hubungan yang seperti neraka pasca perselingkuhan, terutama jika terjadi sulit tidur, flashback yang terus-menerus terjadi, dan konflik yang saling menyalahkan antara suami-istri yang tidak pernah selesai, maka Anda tidak dapat menunda untuk segera mencari Marriage Counselor/Psikolog pernikahan. Karena hubungan itu akan sangat sulit pulih tanpa bantuan profesional.

 

Note: Artikel ini dapat dibaca pula di https://id.quora.com/Bagaimana-cara-sembuh-dari-masalah-kepercayaan-trust-issue/answer/Deny-Hen dari pertanyaan: Bagaimana cara sembuh dari masalah kepercayaan (trust issue)?

Bagaimana pendapat Anda?