Bagaimana Ketaatan pada Agama Berpengaruh dalam Kehidupan Rumah Tangga

ketaatan pada agama

Agama sebagai salah satu unsur budaya membentuk nilai-nilai kehidupan yang dipegang oleh individu. Karena itu ketaatan pada agama (religiusitas) akan sangat berpengaruh dalam kehidupan rumah tangga. Namun apakah pengaruhnya positif?

Jawabannya Tidak dan Ya.

Baca juga: Terlanjur Pacaran Beda Agama, Harus Bagaimana?

Tidak karena banyak orang yang terlihat religius, tapi hanya kemasan luarnya saja. Ia beribadah dan mengamalkan agamanya, bahkan mungkin dengan sempurna, tetapi Tuhan tidak pernah mengisi hatinya. Akibatnya kebobrokannya sekali waktu dapat menghancurkan pernikahannya.

Tidak jarang ditemukan orang-orang yang dihormati, dianggap religius dan soleh, tetapi ternyata memperlakukan suami/istrinya seperti sampah. Nama baik dan kesempurnaannya menjalankan amal ibadahnya menjadi bumerang dan membuat orang lain ogah untuk menjadi religius seperti dia.

Orang yang religius juga diharapkan oleh istri/suaminya memiliki kehidupan yang lebih baik daripada orang-orang lainnya, dan ini yang membuat tuntutan dalam kehidupan pernikahan mereka juga lebih tinggi daripada orang lain. Pada orang-orang yang “terlihat religius” saja, harapan pasangannya menemui realita yang tidak sesuai. Dan ini menyebabkan konflik.

sikap religius dan rumah tangga

Tapi religiusitas juga berpengaruh positif terhadap pernikahan (YA). Dalam penelitian yang saya lakukan, dari 200 lebih responden yang kami ambil, kami menemukan bahwa faktor ketaatan pada agama pada pasangan (keduanya) adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan dalam pernikahan, lebih dari pada faktor jumlah waktu yang diluangkan bersama. Kepuasan dalam pernikahan sendiri menentukan keutuhan suatu rumah tangga. Karena itu tidak heran jika ketaatan pada agama juga memberikan dampak positif kepada rumah tangga.

Selain dari penelitian yang saya lakukan, penelitian lain oleh Georgia Family Council 1998 menemukan bahwa pasangan yang berdoa bersama secara rutin hanya memiliki tingkat perceraian 7% saja, dibandingkan dengan pasangan yang tidak pernah berdoa bersama 65%!

Demikian juga penelitian dari Gallup pada tahun 1990-an menunjukkan bahwa berdoa bersama pasangan meningkatkan kepuasan seksual.

Sebenarnya tidak heran jika pasangan yang keduanya taat pada agamanya akan menikmati kepuasan pernikahan yang lebih baik. Hal ini karena agama sangat menentukan nilai-nilai kehidupan yang dianut oleh seseorang. Karena keduanya sama-sama taat pada suatu agama, akibatnya nilai-nilai yang dipegang keduanya sama, ini mengurangi banyak sekali konflik yang terjadi akibat perbedaan pandangan. Dan karena itu hubungan mereka akan jauh lebih baik daripada orang lain.

Bagaimana pendapat Anda?