
Q: Setujukah kamu bila calon orang tua diwajibkan mengambil kelas dan izin sebelum memiliki anak?
Jawab Coach Deny Hen:
Kalau orang tua harus mendapatkan ijin untuk punya anak, rasanya negara sudah berlebihan mengintervensi kehidupan rakyatnya. Apalagi di Indonesia, ujung-ujungnya adalah suap-suapan untuk mendapatkan surat ijin beranak. Hal ini dapat dikatakan melawan hak asasi manusia. Tapi saya memahami maksudnya, yang kalau saya tidak salah memaknai, pertanyaan ini muncul karena begitu gerah dengan banyak orang tua yang tidak becus dalam mendidik anaknya.
Baca juga: Evaluasi Cara Mendidik Anak dengan Test Parenting Ini
Setiap orang yang menjadi orang tua memerlukan pendidikan mengenai bagaimana menjadi orang tua yang baik. Namun pendidikan tersebut tidak tersedia di bangku sekolah/kuliah. Orang tua kita pun terbatas dalam mengajarkan tentang bagaimana cara mendidik anak dengan benar. Kalaupun bisa, apa yang mereka ketahui mungkin sudah tidak dapat diterapkan mentah-mentah karena situasi dan kondisi anak yang sudah berbeda.
Kekurangan pengetahuan mengenai cara mendidik anak ini cukup memprihatinkan, bahkan Presiden Amerika Serikat Obama seperti dikutip oleh Wall Street Journal menyatakan bahwa orang tua yang tidak mendidik anaknya (parent who don’t parent) adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh negara adikuasa tersebut.
Jadi bagaimana? Calon orang tua, yaitu calon pengantin perlu diwajibkan untuk mengikuti pendidikan pernikahan yang salah satu isinya adalah tentang cara mendidik anak. Hal ini sebenarnya sudah mulai diterapkan di negara kita, namun masih sebatas formalitas dan suap-suapan itu tadi (ini buktinya dari salah satu quorawan: Sebelum menikah, apakah kamu mengikuti kelas pra-nikah? Mengapa atau mengapa tidak?)
Kenapa saya setuju dengan pendidikan ini? Karena untuk berbagai keahlian dalam pekerjaan saja ada pelatihannya dan harganya wow! Bagaimana bisa pendidikan tentang keluarga (pernikahan dan parenting) yang jauh lebih penting malah diabaikan? Sedangkan sebagian besar orang tua kurang atau tidak mendapatkan pengetahuan yang cukup untuk mendidik anak.
Ingat bahwa negara yang hebat selalu dimulai dari keluarga yang kuat. Maka kalau kita ingin menjadi negara yang hebat, negara harus memikirkan dengan serius bagaimana pendidikan anak yang baik dimulai dari keluarga. Jadi bukan terus membongkar pasang pendidikan di sekolah, dengan kurikulum yang begitu berantakan dan mengambil kebijakan yang seakan-akan mengutamakan pendidikan moral di sekolah. Padahal tugas utama pendidikan moral ada di pundak orang tua, bukan sekolah. Selain itu tingkah laku moral itu sulit diukur secara objektif secara kuantitatif dengan angka. Seharusnya pendidikan moral di sekolah itu dengan membudayakan kebiasaan-kebiasaan yang sehat seperti disiplin, tidak menyontek, merawat lingkungan, mandiri, dll.
Kenapa tidak mewajibkan pendidikan pranikah itu saja dan menyiapkan suatu sistem yang memungkinkan para orang tua menyediakan waktu yang cukup untuk bersama anak-anak mereka di rumah. Jadi pendidikan di sekolah bisa diutamakan untuk kepentingan akademik dan vokasi. Just my two cents.

Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.