Mendapatkan Motivasi untuk Bangkit Kembali dari Kegagalan

bangkit dari kegagalan

Sebagai seorang dosen, tidak jarang kami menghadapi mahasiswa-mahasiswa yang kurang tekun dalam menimba ilmu sehingga menghasilkan nilai yang buruk. Pada umumnya nilai akhir sudah dapat diperkirakan sejak UTS. Karena orang yang nilai UTS-nya buruk, biasanya tidak mengalami perubahan saat UAS sehingga nilainya akan jeblok, D atau E.

Hari itu, saya memutuskan untuk membantu para mahasiswa memiliki nilai jelek di UTS agar mereka dapat lulus mata kuliah yang saya ampu.

Baca juga: 2 Sumber Motivasi

Saya masuk kelas pagi itu, kemudian setelah mempersiapkan laptop dan sebagainya saya mulai membacakan nilai UTS mereka. Ada yang shock, ada yang tertawa-tawa, ada juga ada yang biasa saja. Maka mulailah saya melakukan coaching pada mereka:

“Apa problem yang kalian hadapi sehingga nilai UTS kalian berantakan?” saya bertanya pada kelas.

Hening…. para mahasiswa pertamanya berpikir dan malu menjawab. Tapi saya meyakinkan mereka bahwa saya bukan ingin menghakimi, tetapi ingin membantu mereka untuk problem solving masalah mereka. Maka kemudian ada mahasiswa  yang menjawab, “Saya tidak mengerti kuliahnya pak!”

motivasi mahasiswa

“Soalnya susah pak!”

“Tidak ada kisi-kisi, Pak!”

“Good point!” kata saya. Maka saya coba mengganti pertanyaannya, “Kesalahan apa yang kalian lakukan sehingga kalian mengalami kegagalan?”

Kali ini mereka benar-benar terdiam. Beberapa saat tidak ada seorang pun yang berani menjawab, maka saya dengan lembut menjelaskan pada mereka, “Kita semua pernah mengalami kegagalan, tidak ada sesuatu hal apa pun yang harus diratapi seakan-akan semuanya sudah hancur, atau seakan-akan Anda pasti akan mendapatkan nilai yang jelek di mata kuliah ini. Saya sendiri pernah mengalami nilai UTS 27 waktu saya kuliah dulu, tapi kemudian bisa bangkit kembali dan mendapatkan nilai A untuk mata kuliah itu. Kegagalan bukan untuk ditakuti dan dihindari, asalkan kita bisa belajar dari kesalahan kita dan memperbaikinya.

Saya melanjutkan, “Tetapi selama kita terus menyalahkan orang lain dan lingkungan kita untuk kegagalan yang kita alami, menyalahkan sesuatu yang tidak dapat kita ubah – kondisi lingkungan kita, mata kuliah kita, dosen kita-, maka kita tidak akan bisa mengatasi masalah kita dan menjadi sukses.”

 

 

Mereka terdiam, dan saya kembali melanjutkan, “5 tahun dari sekarang, kalian akan melupakan berapa nilai yang kalian peroleh dalam mata kuliah ini. Kalian juga mungkin sudah melupakan apa saja materi yang telah saya ajarkan dalam mata kuliah ini, tetapi cara kalian mengatasi masalah ini, problem solving, dapat kalian gunakan terus sampai kalian tua!”

“Yuk kembali lagi, apa kesalahan yang kalian telah lakukan sehingga mengalami kegagalan?” ujar saya lagi.

“MALAS PAK!” seru seorang mahasiswa.

“Saya sering bolos kuliah pak!” kata yang lain.

“Kurang motivasi belajar, Pak!” kali ini mahasiswi ikut bicara.

“Terima kasih sudah jujur pada diri kalian sendiri,” saya memuji mereka. “Kalau begitu, apa yang dapat kalian lakukan untuk mengatasi masalah kalian?

“Kalau tidak mengerti saya akan bertanya pada Bapak!” mahasiswa mulai bersemangat.

“Saya akan pelajari istilah-istilah yang sulit melalui Google, Pak!” kata yang lain lagi, dan saya menghargai mereka, “Bagus sekali!”

“Saya akan berusaha mengingat bahwa uang kuliah mahal, bahwa orang tua mengharapkan saya sukses, Pak Deny!” seru seorang mahasiswi.

“Yes,” kata saya, “Anda harus punya meaning untuk bisa punya motivasi untuk sukses!

Saya pun menutup sesi coaching 30 menit tersebut, dan saya kembali melanjutkan materi perkuliahan pada hari itu. Saya menyadari bahwa masih ada beberapa mahasiswa yang cuek dan tidak peduli dengan apa yang dibahas hari ini, tetapi saya bersyukur untuk mahasiswa-mahasiswa yang termotivasi dan berdoa supaya mereka bukan hanya sukses dapat A untuk mata kuliah saya, tetapi juga meraih kesuksesan dalam kehidupan mereka di masa depan.

 

 

Bagaimana pendapat Anda?