
Pada prinsipnya, secara singkat saya ingin mengatakan bahwa memang benar perubahan itu dimulai dari perubahan mindset, tapi tidak pernah cukup sampai di sana. Perlu juga visi, target, plan, action dan evaluasi. Mindset itu baru hentakan kaki untuk menyalakan motor saja tapi untuk berhasil Anda harus menaiki motor tersebut, Anda harus mengendarainya, dan Anda harus mengendarainya dengan aman sampai kepada tujuan.
Uraian lebih lengkap sudah pernah saya bahas, misalnya pada 2 posting ini:
Adakah orang yang benar-benar sukses setelah mendengar kata-kata motivator ?
Apakah seorang motivator benar-benar bisa membantu seseorang menjadi lebih baik? Mengapa?
Tapi saya jadi teringat dengan kisah yang diceritakan guru saya. Pada jaman dahulu kala di Tiongkok ada seorang pengrajin batu giok yang sangat mahir. Setiap giok buatannya selalu indah dan bagus. Pelanggannya adalah para bangsawan, pejabat bahkan Kaisar.
Suatu hari ada seorang anak muda yang ingin berguru pada sang master giok ini. Tidak mudah membuat sang guru mau menerima dia sebagai muridnya. Namun akhirnya sang guru luluh juga dan mau menerimanya. “Besok datang pagi-pagi ke sini ya!” demikian pesan sang guru.
Anak muda ini begitu girangnya dan keesokan paginya, sebelum gurunya bangun ia sudah berada di depan pintu rumah gurunya. Gurunya tidak berkata apa-apa, ia hanya memberikan sebongkah kecil batu giok ke tangan sang murid.
Sang murid menerimanya dengan bersemangat dan menunggu ajaran berikutnya. Tapi waktu terus bergulir, sang guru sibuk dengan urusannya sendiri dan tidak memberikan pelajaran apapun pada sang murid. Hari itu sang murid pulang dengan tangan hampa.
“Tidak apa-apa, besok guru akan mulai mengajariku” ia mencoba menghibur dirinya sendiri.
Keesokan harinya, muridnya tetap datang tepat waktu, dan sang guru kembali memberikan sebongkah batu giok ke tangan sang murid, sambil berkata, “Pegang batu giok ini baik-baik”.
Hari ini, sama seperti hari sebelumnya, sang guru tidak memberi pelajaran apa pun pada sang murid.
Anak muda itu masih tetap berpengharapan dan berkata, “Hari ini guru keletihan, mungkin besok ia akan mulai memberikan ilmunya padaku.”
Namun hari berganti hari, sang guru setiap pagi hanya memberikan sebongkah batu giok kepada muridnya dan kembali mengambilnya di waktu petang. Sang master sama sekali tidak pernah memberikan petunjuk atau pengajaran apa pun kepada muridnya.
Setelah 1 bulan berlalu, akhirnya anak muda itu tidak tahan lagi dan saat pagi hari, sebelum ia menerima bongkahan batu giok dari gurunya, ia mengeluh, “Guru, sudah satu bulan terus begini, guru hanya memberikan sebongkah batu giok kepadaku. Kapan guru akan mulai mengajariku cara membuat batu giok yang indah?”
Mendengar hal itu, sang guru kemudian masuk ke dalam rumah dan beberapa saat kemudian kembali keluar dan berkata, “Pegang ini baik-baik”
Muridnya menerima bongkahan batu yang diberikan gurunya, tetapi kali ini berbeda, batu yang diberikan bukan batu giok melainkan batu yang lain. Maka sang murid bertanya, “Guru, ini bukan batu giok guru!”
“Tepat sekali!” kata sang guru. “Nah, sekarang bukankah engkau sudah bisa membedakan batu giok dengan batu yang lain?”
Terkadang waktu menantikan perubahan itu terjadi kita seperti si anak muda ini, tidak sabar untuk melihat hasilnya. Kita seringkali terjerumus dengan budaya instant yang mengharapkan hasil seketika setelah kita mulai menanam benih. Tetapi kesuksesan tidak pernah datang tiba-tiba. Kesuksesan kita merupakan hasil perubahan mindset, kerja keras dan kesempatan yang kita pergunakan dengan baik. Mindset kita itu baru benih, proses untuk benih dapat bertumbuh menjadi padi membutuhkan waktu yang cukup yang mana tidak selalu bisa kentara dengan mata kita. Namun apabila kita mengerjakannya dengan tekun suatu saat tentulah kita akan menikmati hasilnya.

Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.