Waktu mengingat kejadian-kejadian yang terjadi dalam hidup saya waktu usia 20 – 30an, saya terkadang ingin menekan tombol reset itu.
Rasanya malu dan tidak ingin mengingat bahwa saya pernah mendekati (dan ditolak) 4 orang wanita sebelum mendapatkan seorang kekasih. Bayangkan bahwa saya sebagai orang yang kuper mengejar-ngejar beberapa wanita menarik di sekitar saya secara agresif. Rasanya saya seperti seorang idiot.
Baca juga: Seberapa Cantik Istri Anda?
Saya pun kemudian berhasil dapat pacar dalam perjuangan kelima. Tetapi seperti seorang yang bodoh pula, saya memperjuangkan kekasih itu mati-matian walaupun ia menyelingkuhi saya. Memang Tuhan sangat sayang sama saya, sehingga meskipun 1 tahun lebih sudah berlalu pasca perselingkuhan itu dan ia sudah kembali ke pelukan saya, mantan saya itu akhirnya menolak untuk menikahi saya. Itu mengakhiri hubungan kami, dan membuka jalan untuk kemudian memperjuangkan gadis yang keenam (the best) yang sekarang menjadi istri saya.
Memang segala sesuatu terjadi menurut kehendak-Nya untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Dari pengalaman-pengalaman kebodohan saya sebagai seorang pemuda yang harus berjalan tanpa mentor dan coach itu, saya belajar banyak sekali hal yang berharga. Mengingat hal itu saya menenangkan diri saya dan mampu berkata bahwa, “Yes, I’ve done many such things like an idiot, tapi semuanya itu terjadi supaya saya bisa menolong orang-orang lain yang sama, bahkan yang lebih idiot daripada saya” (hahaha).
Saya tidak malu bahwa saya orang yang lambat belajar, di mana saya harus mengalami kepahitan dan kegagalan yang cukup banyak untuk bisa mengambil keputusan yang tepat. Karena at the end, bukan hasilnya, tetapi prosesnya yang membuat diri kita dipenuhi dengan kualitas karakter yang unggul dan berguna bagi sesama.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.