Tanpa mencintai diri sendiri, kita tidak bisa mencapai potensi maksimal kita.
Secara natural manusia memiliki keinginan untuk hidup dan kerinduan untuk dikasihi, karena itu mencintai diri sendiri pada umumnya tidak perlu diajarkan lagi. Tetapi ada kalanya manusia mengalami berbagai kejadian yang menyebabkan dirinya tidak mampu mencintai dirinya sendiri, misalnya ketika dirinya diabaikan oleh orang tuanya, atau diperlakukan seperti sampah oleh orang lain.
Baca juga: Avengers – Endgame Moral Lesson dari Sudut Pandang Keluarga
Bagi saya, mencintai diri sendiri berarti: Menyadari bahwa saya diciptakan Tuhan yang Maha Kasih secara unik, berbeda dengan orang lain, untuk menjalani panggilan yang unik pula dalam hidupnya.
Definisi ini mengandung makna:
1. Diciptakan Tuhan: saya bukan ada karena tindakan random tanpa sengaja tanpa rencana, bukan hadir sekedar karena tindakan biologis antara ayah dan ibu, tetapi dengan campur tangan ilahi yang dalam rencana-Nya yang agung telah memilih untuk menghadirkan saya ke dalam dunia ini.
Pemikiran ini penting, karena kesadaran akan diri yang diciptakan oleh suatu mahluk mengandung makna bahwa saya diberikan hidup untuk memenuhi suatu tujuan, sama seperti semua benda yang diciptakan lainnya (termasuk oleh manusia).
2. Oleh Tuhan yang Maha Kasih: Tuhan yang menciptakan saya adalah Tuhan yang Maha Kasih, artinya Tuhan yang mencintai saya, apa adanya, sebagaimana saya diciptakan. Karena Dia mencintai saya, maka saya pun wajib mencintai diri saya sendiri.
3. Secara unik: Saya diciptakan unik, berbeda dengan orang lain, dengan segala kelebihan dan kelemahan saya. Saya memilih kata kelebihan dan kelemahan daripada kebaikan dan keburukan, karena segala kelemahan kita itu baik adanya, bukannya suatu hal yang buruk, tetapi diciptakan by design on purpose, salah duanya adalah supaya kita tidak sombong, dan bekerja sama dengan orang lain.
4. Untuk menjalani panggilan yang unik: Saya diciptakan secara khusus dan unik, tentu untuk tujuan yang khusus dan unik pula. Tujuan itu membuat kehadiran diri kita berarti bagi orang-orang di sekitar kita dan juga bagi Tuhan.
Dengan memahami dan menghidupi konsep diri seperti di atas, kita akan semakin mengasihi diri kita sendiri, merawatnya dan melindunginya dengan baik. Kita akan memperlakukan diri kita dengan istimewa karena Tuhan juga memandang kita istimewa. Bukan hanya itu, kita juga akan berusaha memaksimalkan diri kita supaya kita bisa memenuhi panggilan unik yang kita miliki masing-masing.
Dengan demikian, orang yang kesulitan mencintai dirinya sendiri perlu menyadari bahwa dirinya: diciptakan dan dicintai oleh Tuhan secara unik, dan memiliki suatu panggilan hidup yang khusus untuk dijalani. Sekalipun ia lahir dalam keadaan yang tidak diinginkan orang tuanya, sekalipun orang lain memperlakukannya dengan keji, tapi tidaklah mengubah rencana dan tujuan Tuhan yang penuh kasih bagi dirinya. Dalam hal ini ia perlu mengampuni orang tua/orang lain dan berdamai dengan Tuhan.
Selain itu, ada satu hal yang sering mengganggu kemampuan kita untuk mengasihi diri sendiri adalah rasa bersalah setelah melakukan kesalahan yang dianggap fatal.
Dalam hal ini, kesalahan yang dilakukan, seberapa besarnya pun itu, anggaplah suatu pembelajaran yang berharga untuk kita ingat, kita perbaiki dan tidak diulangi lagi di masa mendatang. Kita memang tidak bisa mengulang kembali masa lalu, tapi kita masih bisa memperbaiki masa kini untuk merubah masa depan.
Bila kesalahan itu berupa dosa yang besar menurut ajaran agama Anda, mintakanlah ampun pada Tuhan Maha Pengampun yang tentunya akan membersihkan kita dari segala noda bagi orang yang meminta kepada-Nya. Kemudian maafkanlah dan berdamailah dengan diri Anda sendiri.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.