Hal yang Harus Dipertimbangkan Sebelum Menyerahkan Anak untuk Diasuh Kakek Neneknya

anak diasuh kakek nenek

Assalammualaikum….

Saya Ibu Marniati dari Probolinggo. Saya mulai merasakan gejolak ingin resign dari pekerjaan saya. Saat ini saya bekerja sebagai staf TU di sebuah sekolah dan masih honorer. Suami saya adalah seorang PNS. Sebelum menikah saya sudah bekerja dan sampai sekarang sudah bekerja selama 13 tahun.

Beberapa waktu lalu saya sudah mengajukan uneg-uneg saya untuk resign ke pimpinan saya (dengan sambil nangis-nangis), namun beliau menasehati panjang lebar dan supaya saya memikirkannya lagi. Tetapi alasan saya untuk resign karena ANAK!!

Saya mempunyai 2 orang anak, semua laki-laki. Anak pertama kelas 2 SD tinggal bersama saya dan suami. sedangkan anak kedua berumur 3.5 tahun dan tinggal bersama bapak ibu saya di kota lain. Anak saya sejak umur 5 bulan sudah dibawa ke kakek-neneknya. Dan saya bertemu dengannya seminggu sekali.

Saya ingin berkumpul seutuhnya dengan suami dan anak-anak. Suami saya mendukung apapun yg saya lakukan. Tetapi yang membuat saya ragu adalah orang tua. Waktu saya meminta ijin untuk resign beliau berdua mengatakan “jangan dulu, toh anakmu aman bersama kami”. dan ibu bapak lebih sehat ketika ada anak saya disana. mereka lebih sehat, lebih bahagia ketimbang dulu waktu berdua saja tanpa ada anak saya.

Kalo soal keuangan inshaAlloh saya sdh paham dan emang saya harus benar-benar hemat nantinya. sebagai informasi juga, saya mulai merintis untuk bertani kecil-kecilan dengan tanah sawah seluas 7000 meter persegi. Rencananya kami akan mulai bertani pada awal 2019. Mohon agar diberi pencerahan, sebab sejujurnya saya resah, mulai agak malas bekerja, dan ada rasa kangen yang terus menerus pada anak. Terima kasih pembelajar hidup.

 

Ibu Marniati di Probolinggo (bukan nama sebenarnya)

 

Baca juga: Manajemen Waktu Untuk Mendapatkan Me Time (Tabloid Nova)

 

JAWAB:

Dear Ibu Marniati,

Saya bisa merasakan kebingungan yang ibu alami, karena apa sih yang paling penting dalam hidup kita setelah Tuhan? tentunya adalah keluarga kita. Anak-anak kita yang masih sangat membutuhkan kita, apalagi anak kedua yang berumur 3.5 tahun yang masih dalam golden agenya. Di mana saat-saat itu adalah hal yang penting untuk membangun dasar karakter dan nilai-nilai hidup yang akan diadopsinya seumur hidupnya. Tapi saat ibu sangat merindukan kedekatan dan keinginan untuk mendidik anak-anak ibu sendiri, kelihatannya orang tua ibu kurang setuju. Mereka merasa lebih bahagia saat cucunya bersama mereka.

Dear Ibu Marniati, saya sangat menghargai orang tua ibu yang walau sudah berusia, tetapi masih mau mengurus anak. Tentunya tidak mudah bagi seorang kakek dan nenek mengurus kembali bayi-bayi kecil yang biasanya perlu perhatian 1000% 25 jam sehari, 8 hari seminggu. Tentunya mereka pun menginginkan yang terbaik bagi keluarga Bu Ulik, yaitu salah satunya adalah adanya 2 sumber pendapatan (suami dan istri) yang berarti kualitas hidup keluarga ibu bisa lebih baik. Saya juga tidak meragukan kemampuan orang tua ibu dalam mendidik anak ibu. Bahkan biasanya kakek nenek terlihat lebih sayang cucu daripada orang tua sendiri. Tapi kalau ditanya siapa yang paling tepat, the best untuk si anak? Tentu jawabannya adalah ayah dan ibunya sendiri.

Dari sisi pendidikan anak, hubungan anak dengan orang tua adalah lebih utama daripada dengan kakek-neneknya. Sang anak, sebagaimana seperti anak-anak pada umumnya tidak dapat memahami mengapa anak lain bersama ayah bundanya sedangkan saya kok sama kakek dan nenek? Ini adalah salah satu potensi masalah, di mana si anak merasa tertolak, atau bisa saja lebih parah lagi merasa dibuang oleh orang tuanya.

Selain itu, kakek dan nenek cenderung “membutuhkan” kasih sayang dari si anak, karena itu mereka cenderung lebih memanjakan anak. Tanggung jawab moral dan sosial yang mereka miliki sebagai kakek dan nenek, tidaklah sebesar tanggung jawab kedua orang tuanya, yang menyebabkan pendidikan disiplin mereka kepada cucu mereka biasanya tidak setegas kepada anak-anak mereka waktu dulu. Saya tidak tahu bagaimana orang tua ibu, bisa saja mereka tidak begitu. Tapi kalau memang benar terjadi seperti ini, bukankah yang paling rugi adalah anak-anak ibu sendiri?

Maka dari itu saya sangat mendukung ibu untuk mengorbankan kenyamanan ibu di dunia kerja dan menjadi ibu full timer bagi anak-anak ibu. Saya yakin Tuhan pasti buka jalan bagi ibu yang ingin menjalankan tugas mulia dari-Nya untuk mendidik anak-anak ibu sendiri.

Seorang tokoh pendidikan keluarga di Inggris yang sangat terkenal, Charlotte Mason berkata: “Seorang anak berhak atas waktu terbaik dari ibunya”

Saya harap tulisan ini dapat menjawab kegalauan ibu.

Salam Pembelajar.

Deny Hen.

Bagaimana pendapat Anda?