Saya punya kabar baik dan kabar buruk untuk Bapak/Ibu mengenai pornografi di internet ini.
Kabar baiknya adalah, saat ini Google yang kita pakai sudah memiliki fitur yang canggih untuk memfilter pencarian maupun gambar dan video dari konten negatif secara GRATIS…TIS…TIS… sangat mudah tinggal dilakukan pengaturan saja (cek laman situs ini untuk detail caranya: https://support.google.com/websearch/answer/510)
Sedangkan kabar buruknya adalah, anak-anak kita di tengah dunia yang sudah membombardir ruangan privat kita dengan tayangan pornografi 24×7, melalui situs, games, apps, sosial media, maupun dari teman-teman (misalnya Line atau Whatsapp group), cepat atau lambat, suatu saat pastilah ia akan terpapar konten negatif juga.
Baca juga: Beberapa Kesalahan Orang Tua dalam Mendidik Anak
Prinsip umum yang dapat digunakan untuk melindungi anak dari konten negatif adalah dengant TIDAK membelikan anak gadget pribadi hingga setidaknya usia SMP, dan jangan membiarkan anak main gadget/laptop di kamarnya sendiri. Semua penggunaan gadget harus berada di ruang tamu yang dapat dilihat oleh semua orang. Secara natural manusia malu waktu orang lain mengetahui bahwa ia mengintip bagian intim orang lain, karena itu transparansi dan keterbukaan selalu merupakan musuh besar pornografi.
Selain itu, kita bisa juga menggunakan tools parental control seperti fitur safe search dari google atau filter explicit content, yang juga dapat diterapkan di Youtube. Selain tools gratis seperti ini ada juga yang berbayar seperti Qustodio, Net Nanny, Norton dan yang lainnya.
Tools seperti ini biasanya akan memfilter situs-situs internet terkait pornografi sehingga tidak menampilkannya. Ada juga yang kerjanya tidak memfilter, tetapi lebih ke pencatatan situs apa saja yang dikunjungi dan mengirimkannya secara berkala kepada orang lain (orang tua), jadi berfungsi sebagai akuntabilitas (misalnya software convenant eyes).
Namun sayangnya segala tools yang ada saat ini tidak ada yang sempurna 100% dapat mencegah konten negatif yang ada di internet. Penyebabnya adalah:
1. AI yang ada belum dapat mendeteksi secara sempurna gambar/video yang mengandung konten vulgar, terkadang konten negatif tersebut lolos tanpa dapat disensor. Selain itu juga seringkali ada false alarm yang menyulitkan sehingga banyak situs/video yang berguna menjadi tidak dapat diakses. Contohnya foto bayi bugil yang lucu sering juga disangka sebagai pornografi,
2. Definisi pornografi yang berbeda antara kita di Indonesia dengan mereka di dunia barat. Berikut saya tuliskan definisi pornografi dalam ensiklopedia Britannica: representation of sexual behaviour in books, pictures, statues, motion pictures, and other media that is intended to cause sexual excitement. (Penggambaran perilaku seksual di buku, gambar, patung, video atau media lain yang bertujuan untuk mengakibatkan kesenangan seksual)
Perhatikan kata tujuan yang sengaja saya cetak tebal. Dalam definisi orang barat, setiap penggambaran alat kelamin bukanlah pornografi, asalkan tujuannya bukan untuk kesenangan seksual semata. Gambar untuk edukasi misalnya, atau gambar bernuansa seni, atau bagian dari budaya tradisional (misalnya wanita Bali jaman dulu, atau koteka di Papua) tidaklah dianggap sebagai pornografi.
Itu sebabnya kalau video itu tidak dikategorikan sebagai sengaja dibuat untuk kesenangan seksual, video itu masih lulus sensor, walaupun misalnya di dalamnya masih ada adegan ranjang yang tidak eksplisit. Ini artinya kalau kita ingin filternya lebih tegas, seperti yang dilakukan KPI kepada siaran TV lokal kita, kita harus memiliki youtube atau instagram sendiri.
3. Jaman sekarang sudah ada apps/games di gadget, ini membuat filter terhadap seksualitas lebih sulit lagi karena bukan terbatas pada web browser atau youtube atau instagram, bahkan segala media sosial dan game bisa disusupi konten negatif.
Karena itu akan jauh lebih efektif pendekatan relasi kepada anak daripada pendekatan teknologi. Orang tua yaitu ibu dan ayah WAJIB HADIR (ya, ayah tidak boleh menyerahkan semuanya pada sang ibu) dalam pengasuhan anak. Anak tidak dapat diserahkan kepada pengasuh yang tidak dapat bertanggung jawab terhadap pendidikan moral anak. Dalam parenting quality time will never beat quantity time. Meluangkan waktu yang cukup untuk mendidik dan hadir dalam dunia sang anak itu penting.
Dalam hal seksualitas, orang tua perlu:
- Mendidik anak tentang seksualitas yang benar. Orang tua harus menjelaskan tentang seksualitas itu suci (bukan kotor), dan merupakan hal yang sangat berharga untuk kehidupan suami dan istri sehingga bisa hadir anak-anak seperti mereka. Anak tidak boleh diajarkan tabu membicarakan tentang penis dan vagina, tetapi mereka harus tahu bahwa hal itu tidak pantas diumbar dan diperkatakan di depan umum tanpa ada kebutuhan yang relevan.
- Menjelaskan tentang pacaran, seks dan pernikahan jika anak bertanya. Tentunya harus menjawab dengan bahasa yang sesuai dengan usia anak. Keingintahuan anak yang tidak terjawab malah akan membuatnya mencari tahu melalui sumber lain yang lebih berbahaya dan tidak terkontrol. Ini sebabnya anak-anak perlu didampingi orang tuanya jika menggunakan gadget. Buatlah aturan agar anak-anak hanya bisa main gadget/laptop di ruang tamu yang semua orang bisa melihatnya.
- Tidak bereaksi berlebihan jika anak terlihat melihat konten negatif. Lebih baik dijelaskan mengapa itu berbahaya bagi dirinya daripada dimarahi. Orang tua harus mudah diakses tanpa rasa takut oleh anak sehingga tatkala sang anak merasa melihat sesuatu yang salah atau bahkan mendapatkan perlakuan yang tidak senonoh, ia dapat berbicara pada orang tuanya.
- Memberi contoh dan teladan. Sebagai orang tua yang sudah dewasa, kita punya kebebasan untuk melihat apa pun di gadget kita, namun kalau kita mencintai anak kita, kita juga perlu membatasi diri kita dari pornografi. Banyak anak yang terpapar pornografi pertama kali bukan dari penjelajahannya sendiri ke internet, tetapi dari history browser sang ayah/ibunya atau karena menyimpan gambar dan video tidak senonoh di HPnya. Terkadang memang teman-teman kita nakal dan mengirimkan video dan gambar negatif itu melalui grup WA, karena itu sebaiknya selalu menghapus gambar-gambar seperti itu begitu menerimanya dari teman kita.
Dengan demikian anak-anak kita walaupun suatu saat nanti pasti akan juga terpapar, tetapi setidaknya pada saat itu sudah punya perisai dan perlindungan yang cukup untuk bisa melaluinya dengan baik dan sehat.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.