7 Manfaat Main Game bagi Anda (dan Anak Anda)

PUBG, manfaat main game

Sejak dulu, orang tua saya selalu bilang bahwa “main game tidak ada gunanya!” Tapi setelah saya dewasa, bermain game selama 30 tahun dan sekarang sebagai seorang Life Coach yang mengerti parenting, saya sangat tidak menyarankan kita memiliki sikap antipati terhadap GAME. Karena game punya manfaat yang besar selain untuk entertain, yaitu:

  1. Melatih problem solving
  2. Belajar Bahasa Inggris
  3. Melatih reflek
  4. Menambah pengetahuan umum
  5. Mengembangkan kreativitas
  6. Tools yang sangat efektif untuk belajar team work

Baca juga: Parenting Coaching: Menjadi SUPERDAD/SUPERMOM demi masa depan anak Anda

Saya menemukan 7 manfaat ini dari apa yang saya alami sendiri:

Pertama kali kami memiliki seperangkat PC di rumah, yaitu pada waktu saya SMP kira-kira 30 tahun yang lalu, Papa saya sudah wanti-wanti agar saya tidak bermain game terlalu banyak. Namun dasar remaja ingusan, saya tidak mendengarkan nasehat orang tua saya, malah semakin hari semakin banyak main game.

anak main game, apa manfaatnya?

Saya menikmati berbagai genre game:

  1. Sekedar ketrampilan jari yang melatih reflek melalui game-game platform seperti Contra, Crack Down, Altered Beast, dll, juga melalui game fighting seperti Street Fighter, Karate, Marvel vs Capcom, dll.
  2. Menemukan petualangan-petualangan seru, menarik dan tidak terpikirkan sebelumnya di mana kita belajar memecahkan teka-teki berbentuk cerita (problem solving) misalnya melalui Monkey Island, Buck Rogers, Metal Gear Solid, dll. Bermain game-game penuh petualangan seperti ini juga mengembangkan kreativitas kita dengan memberikan pemikiran, teknik, atau ide yang baru dalam otak kita.
  3. Belajar strategi perang jaman dulu melalui game Sam Kok yang berseri-seri. Dan karena banyak istilah dalam Bahasa Inggris, secara tidak langsung belajar juga Bahasa Inggris. Sebagai akibatnya, saya sangat menyukai roman Sam Kok dan membaca bukunya berulang kali, yang kemudian menular menjadi suka membaca sejarah Dinasti-Dinasti Tiongkok.
  4. Dari game Civilization mempelajari berbagai pengetahuan umum tentang tokoh sejarah, penemuan-penemuan ilmu dan teknologi manusia dan apa dampaknya dalam kehidupan kita. Pengetahuan umum juga diperoleh dari game-game simulasi seperti SIM City, F15 Fighting Eagle, Pizza Tycoon, dll
  5. Setelah jaman internet, ikutan main dotA dan menemukan bahwa game bisa membantu belajar team work.

 

Masalahnya, saya kemudian menjadi kecanduan main game, di mana saya HARUS main game tiap hari. Dan saya memainkannya diam-diam, sekalipun orang tua saya mengunci keyboard komputer di rumah (jaman dulu sebuah PC punya kunci untuk men-disable keyboard), saya dengan mudah mengakalinya. Saya membeli banyak game dengan uang jajan saya.

Nilai-nilai saya semakin hari semakin menurun. Saya pun kemudian mulai ikut-ikutan nyontek dan kerjasama saat ulangan, padahal sebelumnya saya memegang teguh pendirian untuk tidak menyontek, tidak bekerja sama dan tidak memberi tahu jawaban kepada teman!

Game sangat bermanfaat, tetapi juga punya daya rusak yang cukup kuat, terutama bagi kaum muda yang belum mampu mengendalikan diri.Remaja bermain video game

Saya bertobat waktu saya akan lulus SMP dan menghapus seluruh game yang saya miliki karena menyadari saya tidak punya kemampuan mengendalikan diri. Dengan melakukan hal itu, saya kembali mampu meraih prestasi di SMA dan meninggalkan dunia contek-menyontek.

Saya pun kembali mulai bermain game saat saya kuliah, dan belajar mengendalikannya dengan lebih baik sejak saat itu.

Tips untuk Gamers dan Orang Tua

Maka saran saya buat para anak muda yang suka main game (juga untuk orang tua yang punya anak):

  1. Tidak perlu mencegah anak bermain game, dan tidak perlu merasa bersalah main game. STOP berpikir bahwa game tidak ada gunanya.
  2. Cobalah main game dari berbagai genre, jangan cuma dari 1 genre saja. Dengan demikian Anda/anak Anda memperoleh manfaat yang maksimal dari sesuatu yang menyenangkan.
  3. Orang tua perlu membatasi anak agar tidak main game yang belum sesuai dengan usianya. Game-game yang memungkinkan untuk berkomunikasi dengan orang lain harus dibatasi atau dipantau penggunaannya jika anak Anda masih di bawah 13 tahun.
  4. Belajar mendisiplinkan diri. Bagi orang tua, gunakan kegemaran anak bermain game justru untuk kesempatan baginya untuk belajar mengendalikan diri. Atur agar anak bermain setelah menyelesaikan seluruh tugasnya, dan tetap membatasi jam mainnya (sesuaikan dengan usia). Demikian juga Anda yang sudah remaja/dewasa, perlu mendisiplin diri dengan membatasi waktu bermain sehingga tugas dan tanggung jawab Anda tidak terbengkalai.

 

NB: Bagi Anda yang kesulitan untuk mendisiplin diri Anda dalam bermain game, jangan ragu untuk mendapatkan layanan Coaching Breaking Bad Habit dari kami, sebelum kebiasaan buruk Anda ini menghambat dan merusak masa depan Anda! Klik gambar di bawah ini untuk informasi lebih lanjut.

Breaking Bad Habit

Bagaimana pendapat Anda?