
Kita semua mendambakan memiliki pernikahan yang bahagia, namun terkadang pernikahan yang kita jalani penuh lika-liku dan penderitaan sepanjang jalan kita. Dan terkadang diri kitalah yang menyebabkan lika-liku dan penderitaan kita sendiri.
Lucky, salah seorang sahabat saya, baru saja tertangkap basah istrinya sedang bermesraan berdua dengan wanita lain. Rumah tangganya yang selama ini ia banggakan hancur seketika. Istrinya trauma dan sulit melupakan penghianatan yang dialaminya. Lucky sendiri kadang tertegun melamun. Menyesali bahwa ia pernah tergiur untuk melakukan hubungan terlarang dengan mantan kekasihnya yang dulu.
Baca juga: Self-Coaching Mengambil Keputusan dalam Dilema Rumah Tangga
Saat kita sendiri yang menjadi penyebab kekacauan rumah tangga kita apa yang harus kita lakukan? Tentu saja, penanganan umum tetap harus dilakukan. Menghentikan perselingkuhan, meng-erase kehadiran wanita lain itu dalam segala hal termasuk no HP. Pasutri mungkin perlu datang ke konselor dan mengikuti Marriage Coaching sebagai upaya untuk memperbaiki hubungan dengan pasangannya. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika membutuhkan bantuan psikolog/psikiater dalam menangani depresi atau PTSD yang sering menghampiri.
Namun apa yang harus dilakukan diri kita sendiri yang sudah menyesalinya? Terkadang sulit sekali kita berdamai dengan diri kita sendiri.
Ada 4 jenis penyesalan diri dalam hidup manusia:
- Menyesali diri karena kegagalan dalam suatu tahap penting dalam hidup kita. Misalnya: kegagalan untuk menikah hingga usia paruh baya, atau kegagalan dalam menempuh kuliah.
- Menyesali diri karena gagal melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan. Misalnya: tidak sempat mengunjungi ibu di saat-saat akhir hidupnya, atau tidak membantu istri yang mengakibatkan kecelakaan kecil di dapur.
- Menyesali diri karena telah menyakiti orang lain. Pelaku kriminal yang menyesali perbuatannya, atau orang-orang yang selingkuh dan menyesalinya.
- Menyesali diri karena perilaku merusak diri yang dimilikinya. Misalnya kecanduan pornografi, alkohol, pemalas/prokrastinasi.
Dr. Frederic Luskin memperkenalkan metoda HEAL yang dapat digunakan untuk mengampuni diri sendiri. Untuk memudahkan kita yang berada di Indonesia, saya sedikit memodifikasinya menjadi akronim AMPUNI:
- Apa yang telah terjadi?
- Membagi pada 2 orang yang dapat dipercaya
- Pengharapan apa yang hilang?
- Ubah kisah pilu menjadi kisah pengampunan
- Niat positif penting untuk pemulihan
- Ingat juga hal-hal baik yang berhasil dilakukan
Apa yang telah terjadi?
Ketahui dengan jelas apa yang terjadi sehingga Anda sangat merasa bersalah. Apa perasaan-perasaan yang muncul dan renungkanlah apa yang membuat Anda merasa demikian. Apa saja pikiran-pikiran yang Anda miliki saat kesalahan itu dilakukan.
Membagi pada 2 orang yang dapat dipercaya
Apa yang telah Anda pahami itu perlu disharingkan, dibagikan kepada sedikitnya 2 orang yang Anda percayai. Ceritakan kegamangan dan kekesalan hati Anda akan diri Anda sendiri. Selain Anda memerlukan dukungan dari orang-orang tersebut, Anda juga perlu melalui fase meratap dan menyesali kesalahan Anda sebelum Anda bisa berdamai dan melepaskan penyesalan Anda.
Pengharapan apa yang hilang?
Saat kita marah pada diri kita sendiri, ada sesuatu yang kita harapkan kita lakukan tapi tidak terjadi. Kita mengharapkan untuk bisa lulus menjadi Sarjana S1 misalnya tetapi gagal. Kita mengharapkan kita tetap setia teguh memegang janji pernikahan kita misalnya, tetapi kita gagal dengan melakukan perselingkuhan.
Buatlah pernyataan harapan Anda menurut hukum PPS (positif, pribadi dan spesifik). Hindari mengharapkan hal dalam bentuk kalimat negatif misalnya, saya mengharapkan saya tidak pernah selingkuh. Tetapi carilah kalimat yang positif, spesifik dan pribadi.
Ubah kisah pilu menjadi kisah pengampunan
Diri kita memang memuakkan. Kita telah melakukan kesalahan yang fatal. Tetapi kita harus menyadari bahwa diri kita pun tidak selalu bisa mengendalikan diri 100%. Kesalahan fatal yang telah kita lakukan juga ternyata dilakukan oleh banyak orang hebat lainnya. Ini bukan suatu pembenaran diri, tentu saja yang kita lakukan tidak dapat dibenarkan. Namun perlu kita memahami bahwa manusia tidak berdaya untuk tidak berdosa atau tidak melakukan kesalahan. Dari sini kita memberikan jalan pada diri kita sendiri untuk memaafkan diri kita sendiri.
Memaafkan diri kita bukanlah membenarkan atau menerima apa yang telah kita lakukan. Berdamai dengan diri sendiri berarti menerima kelemahan diri kita dan berjuang untuk memperbaikinya dengan niat yang baik yang akan kita definisikan di langkah selanjutnya.
Namun di langkah ini kita perlu menuliskan pernyataan pengampunan kita sebagai lanjutan dari pernyataan harapan kita.
Contoh: Saya mengharapkan saya tetap setia pada pasangan saya (pernyataan pengharapan), tetapi saya seperti pria lainnya bisa jatuh juga dalam dosa perselingkuhan (pernyataan pengampunan).
Niat positif penting untuk pemulihan
Kalau kita berhenti pada pernyataan kedua, memang akan terlihat seperti memberikan alasan pada diri sendiri untuk bersalah. Tetapi kita punya niat positif untuk melengkapi kalimat pernyataan kita. Niat positif ini adalah hal yang ingin Anda fokuskan sebagai keinginan/tujuan baik yang positif, untuk menggantikan pikiran kita yang secara alami terus mengingat kejadian kesalahan kita yang tidak akan bisa kita ubah sampai kapan pun.
Contoh: Saya mengharapkan saya tetap setia pada pasangan saya (pernyataan pengharapan), tetapi saya seperti pria lainnya bisa jatuh juga dalam dosa perselingkuhan (pernyataan pengampunan). Sekarang saya fokus untuk membahagiakan istri dan anak saya (niat positif).
Niat positif membangkitkan Anda dengan mengubah kisah pilu Anda menjadi kisah heroik Anda yang mengalami perubahan.
Ingat juga hal-hal baik yang berhasil dilakukan
Terkadang kita sulit sekali untuk mencari niat positif untuk menggantikan fokus kita. Kita seringkali melihat diri kita begitu buruk dan tidak mampu melakukan hal-hal baik dalam hidup kita. Karena itu terkadang kita perlu juga melakukan jurnal hal-hal baik dan keberhasilan yang kita lakukan setiap hari. Ini bisa sesederhana berhasil menahan emosi, berhasil tiba di kantor tanpa terlambat, hingga berhasil tidak minum alkohol atau merokok dan berhasil mendapatkan promosi.
Terakhir, jika yang kita lakukan adalah sesuatu yang berdosa kepada Tuhan, jangan lupa untuk meminta ampun pada-Nya. Karena saat manusia berbuat dosa, hati kecil kita berteriak karena merasa sangat memerlukan ampunan dari Tuhan YME. Berdoalah, dan percayalah bahwa Tuhan yang Maha Pemurah akan bermurah hati mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan, ketika kita mengakui dosa kita di hadapan-Nya.

Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.