Menantang Tabu: Laki-Laki Tidak Boleh Mengungkapkan Perasaannya

lelaki mengungkapkan perasaan

Ada yang mengatakan: “Yang namanya lelaki itu tidak boleh menceritakan isi hati, pikiran dan perasaannya kepada orang lain,” atau “Jadi lelaki itu tidak boleh menangis!” Dan ini nampaknya menjadi suatu pandangan yang banyak dimiliki oleh pria maupun wanita, khususnya para ayah dan ibu. Mengungkapkan perasaan itu seperti tabu, seakan-akan lelaki yang melakukannya itu banci.

Sebenarnya ini adalah produk budaya dan kebiasaan yang saya golongkan sebagai budaya dan kebiasaan yang buruk.

Baca juga: 5 Bahasa Permintaan Maaf Setelah Berselingkuh

Semua manusia, perempuan maupun lelaki memiliki perasaan. Semua manusia pernah tertekan dan semua manusia juga pasti pernah terluka. Dan cara manusia memproses kejadian yang menekan dan melukainya adalah dengan menceritakannya. Proses itulah yang membuat manusia menjadi tangguh, mampu menghadapi tekanan dan move on.

Mungkin Anda adalah lelaki yang berpikir menceritakan perasaan dan isi hati itu banci dan selama ini Anda baik-baik saja tanpa cerita. Tapi kenyataannya tidak menceritakan stres dan luka yang dialami adalah jalan tol menuju stres dan anger management yang buruk. Waktu Anda tidak merasakan dampaknya, coba cek orang-orang disekitar Anda. Merekalah yang merasakan dampak negatif terbesarnya. Sebagian menjadi takut dengan Anda. Sebagian lagi bingung, atau akhirnya mengeluarkan Anda dari inner circle pergaulannya. Status sih suami, ayah, saudara, tapi distant, jauh, dingin.

Sebaliknya, justru menceritakan isi hati kita mendekatkan kita kepada orang-orang terdekat kita. Mereka jadi memahami kita dan kita juga jadi belajar berempati kepada mereka.

Jadi, tidak perlu takut untuk menyampaikan isi hati dan perasaan kita kepada orang lain, bahkan abaikan suara-suara sumbang yang merendahkan dan menghina lelaki-lelaki yang suka curhat, seakan-akan mereka lebih baik, padahal kenyataannya tidak sama sekali.

NOTE: belajar mengungkapkan perasaan, pikiran dan isi hati termasuk dalam latihan dasar yang kami berikan kepada pasutri-pasutri (dan juga calon pasutri) yang berkonsultasi kepada kami.

Bagaimana pendapat Anda?