Beberapa bulan yang lalu, saya berkesempatan mengikuti seminar mengenai pengaruh sosial media dan depresi pada anak muda. Pembicara Dr. Jean Twenge, profesor Psikologi dari San Diego State University memaparkan bahwa ada hubungan antara boomingnya penggunaan smartphone dengan depresi di kalangan anak muda. Beliau memaparkan grafik berikut ini:
Baca juga: 10 Hal yang Bisa Membuat Anda Gagal di Masa Mendatang
Gambar di atas menunjukkan 3 gejala depresi klasik yang ada di kalangan anak muda yaitu:
- Tidak dapat melakukan sesuatu dengan benar
- Merasa hidupnya tidak berguna
- Tidak menikmati hidup
Ketiganya menunjukkan peningkatan yang signifikan yang dimulai sekitar 2012-2014. Depresi yang meningkat di kisaran tahun tersebut juga ternyata tidak hanya terjadi di Amerika Serikat saja, tetapi melanda seluruh dunia. Seperti grafik di bawah ini, walaupun anak remaja di Asia tertinggal 1-2 tahun, namun grafiknya tetap meningkat signifikan setelah tahun 2015.
Apa yang terjadi?
Ternyata penggunaan smartphone secara meluas di kalangan remaja merupakan perubahan yang paling besar dalam kehidupan mereka setelah tahun 2012. Sekalipun smartphone dan internet bukanlah merupakan penyebab utama depresi, namun penggunaannya membawa berbagai dampak yang salah satu akibat tidak langsungnya adalah depresi. Berikut ini grafiknya.
Satu dari tiga remaja diperkirakan mengalami kesepian, kesedihan dan tidak berpengharapan yang bisa mengarah pada depresi. Statistik ini bahkan diambil sebelum pandemi Covid 19. Pandemi ini diperkirakan membuat angka depresi melonjak tinggi karena isolasi dalam waktu yang panjang, gangguan dalam sekolah, ditinggalkan orang-orang yang dikasihi dan juga masalah ekonomi keluarga.
Mengalahkan Depresi
1. Mencegah Depresi
Selain tentunya membatasi pemakaian ponsel, kita dapat belajar cara untuk mencegah depresi dari tokoh psikologi di masa lalu. Viktor Frankl, seorang penyintas Holocaust saat Perang Dunia II, menuliskan dalam bukunya, Man Searching for Meaning, bahwa 3 penyakit mental manusia modern ini: depresi, agresi dan adiksi disebabkan karena manusia kehilangan makna dalam hidupnya. Dan makna hidup manusia biasanya dapat ditemukan dalam 3 hal berikut ini:
- Melakukan suatu pekerjaan yang bermakna. Pekerjaan yang bukan semata-mata ditujukan untuk dirinya sendiri, tetapi justru semakin dia memberi/mengabdi kepada seseorang/sesuatu di luar dirinya, semakin ia merasa bermakna. Hal ini termasuk pengabdian kepada Tuhan. Viktor menemukan bahwa dalam masyarakat di mana anak-anak muda diberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial sukarela untuk para tuna wisma, atau panti jompo secara rutin, depresi, agresi dan adiksi dalam masyarakat tersebut berkurang secara drastis. Para anak muda itu menemukan pekerjaan yang bermakna, pengabdian yang berarti bagi sesama mereka.
- Menemukan seseorang yang bermakna dalam hidupnya. Artinya ia menemukan cinta. Relasi yang bermakna merupakan menjadi alasan yang kuat bagi seseorang untuk menjalani hidup dengan baik dan anti-depresan yang kuat.
- Menemukan makna dalam penderitaan yang tidak dapat dihindarinya. Pada saat manusia tidak dapat menghindari penderitaan, dan tidak dapat mengatasi penderitaannya, ia dapat saja menyerah begitu saja dan masuk dalam depresi atau bunuh diri. Namun waktu ia menemukan makna bahwa di dalam penderitaannya orang lain mendapatkan manfaat, ia melewati penderitaan dengan kuat dan menerimanya dengan iklas. Misalnya seorang ibu penderita kanker stadium 4 yang tidak tertolong lagi, menemukan makna di mana di tengah penderitaannya, anaknya yang sering terjerumus pergaulan bebas dan narkoba akhirnya bertobat.
2. Mengatasi Depresi
Sudah ada banyak panduan self-help yang baik yang telah ditulis dalam berbagai media online. Misalnya salah satu media online yang menuliskan dengan baik petunjuk mengatasi depresi yang ditulis memang oleh ahli di bidangnya di HelpGuide.org. Secara singkat tips yang disarankan adalah sebagai berikut:
- Buat relasi baru dan pertahankan relasi yang sehat yang mendukung Anda
- Lakukan apa yang membuat Anda merasa senang
- Berolah raga
- Makan sehat, kurangi gula dan tambahkan vitamin B dan asam lemak Omega-3
- Berjemur di bawah sinar matahari setidaknya 15 menit sehari
- Lawan pikiran negatif
- Cari bantuan profesional
Namun semata-mata mengikuti petunjuk self-help seperti ini belum cukup efektif bahkan terkadang terasa semakin menekan para penderita depresi, khususnya bagi mereka yang benar-benar bergumul dengan depresi mereka. Mereka telah menjadi bahan tertawaan, dan ditekan terus-menerus untuk bangkit, move on, atau dipaksa mengabaikan depresi mereka oleh orang-orang yang tidak memahami betapa berat dan menderitanya mereka.
Yang paling penting untuk dilakukan adalah tidak menunda untuk mencari bantuan kepada profesional seperti psikolog, psikiater atau konselor, sebelum depresinya semakin parah dan membahayakan jiwa mereka. Dan tentu saja mencegah itu jauh lebih baik daripada mengobati.
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.