
Artikel ini merupakan hasil wawancara kontributor NOVA: Hilman Hilmansyah dengan Coach Deny Hen yang dimuat di NOVA edisi 1567/XXX 05-11 Maret 2018.
STOP! Jangan Sok Perfek Deh!
Berhenti sejenak 10 menit lebih penting ketimbang berjam-jam mengerjakan urusan yang belum tentu beres juga. Lain perempuan, lain pula metode me time-nya.
Lantai di rumah itu, kan, untuk diinjak-injak. Jadi, kalau sedikit kotor, apakah saat itu juga harus kita bersihkan?
Kalau iya, berarti Anda termasuk tipe orang yang perfeksionis.
Baca juga: Haruskah Aku Resign dan Menjadi Ibu Rumah Tangga (Full Time Mom)?
Tapi, tak ada yang salah punya sikap perfek, apabila kita punya waktu luang yang cukup untuk me time. Kalau tidak, ya lebih baik tunda sejenak menyapu atau mengepel lantai.
“Terus, gunakan waktu luang itu untuk melakukan me time,” saran Deny Hen, CLC, seorang Life Coach dan Marriage Coach.
Bukan hanya di rumah, kondisi kerja di kantor pun sering kali kelewat hectic (padat – red. PH). Sehingga kita nyaris tak ada waktu untuk “bernapas”. Jika kita terus memaksakan diri mencurahkan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan urusan, bisa-bisa yang terjadi malah jadi berantakan semuanya.
“Bila hal itu yang terjadi, waktunya untuk stop dan pergi dulu sebentar untuk menenangkan diri,” tegas Deny Hen.
Tapi, bagaimana cara mengatur waktu yang tepat agar bisa mendapatkan me time?
Atur Waktu Untuk Me Time
Kunci mengatur me time yang baik, menurut konsultan love & relationships ini, adalah kita bisa memprioritaskan hal-hal penting (important) yang harus kita lakukan sendiri dan kita lakukan sekarang (urgent).
Untuk itu, berarti kita perlu meluangkan waktu misalnya setiap pagi hari untuk melakukan hal-hal berikut:
- Membuat daftar hal apa yang harus kita lakukan hari ini.
- Memilah dan memilih hal-hal yang urgent dan important tadi.
- Hal-hal yang urgent dan important mungkin harus kita lakukan sendiri. Namun di luar itu, carilah bantuan untuk mengerjakannya atau menyiasatinya. Misal, jika waktu kita sudah terlalu sempit karena banyak hal yang urgent dan important, untuk bekal anak ke sekolah tak perlulah memasak, tapi belikan saja makanan. Dengan begitu kita memiliki waktu tambahan untuk melakukan hal lain, atau me time.
“Kalau kita periksa dengan lebih saksama, ternyata tidak semua hal harus dikerjakan sekarang atau hari ini sekaligus. Bahkan mungkin banyak hal yang bisa dilakukan atau didelegasikan pada orang lain. Nah, gunakan waktu untuk me time.”
Lalu, apakah me time itu perlu direncanakan? Kalau memang waktu kita tiap hari sudah hectic, mau tidak mau me time harus direncanakan. Bagi yang punya sedikit waktu luang, walau tidak teratur, bisa saja meluangkan 10 menit waktu untuk bernapas lega sebentar.
“Meski begitu, saya pikir setiap ibu memerlukan sedikitnya sekali sebulan untuk me time 1 hari penuh untuk mengerjakan hal-hal yang ingin dikerjakan yang membutuhkan waktu lebih panjang.”
Yang pasti, kurangnya istirahat termasuk me time, membuat emosi wanita lebih labil. Karena itu, kalau ada kecenderungan seorang ibu sulit mengendalikan emosi, luangkan lebih banyak dan lebih sering waktu me time mungkin bisa membantu.
Jadi poinnya adalah bagaimana mengatur waktu agar perempuan mendapatkan waktu yang cukup untuk rileks dan recovery (pulih – red. PH) dari kegiatan sehari-hari yang padat.
Tambahan – yang tak kalah penting, “Waktu me time yang cukup akan membuat kebutuhan suami dan anak lebih terperhatikan dan lebih terpenuhi”
Cara Me Time Berbeda
Lain orang, lain urusan, dan lain pula cara mereka masing-masing untuk me time.
Misalnya, tipe orang yang suka bersosialisasi akan berpikir bahwa me time adalah hanging out dengan teman-temannya. Orang seperti ini tidak bisa dipaksakan untuk melakukan me time yang sifatnya kontemplatif, meditasi, atau sekedar menikmati diri sendiri.
Tetapi sebaliknya, ada tipe wanita yang lebih suka menikmati kesendirian. Untuk tipe wanita seperti ini, me time berarti alone. Misalnya, bisa sekedar membaca buku, menikmati musik atau mengerjakan kegiatan DIY (Do It Yourself) yang menyenangkan buat mereka.
Ada juga yang memanfaatkan me time dengan berdoa, meditasi, nonton film atau serial drakor (drama korea), ke salon, pedicure menicure, spa, mengerjakan hobi dan sebagainya.
“Prinsipnya me time itu, kan, sebenarnya self care, sesuatu yang bisa membuat mereka recovery, kembali lagi dengan penuh energi dan passion untuk menuntaskan pekerjaan yang seabrek-abrek dan menguras energi mentalnya setiap hari,” ungkap Deny.
Nah, jika Anda tidak termasuk salah satu tipe di atas, tak usah sedih.
Karena, bisa jadi Anda termasuk perempuan yang tidak perlu waktu me time yang khusus, karena sudah merasa bahagia dengan family time dan couple time. “Tidak jarang istri-istri yang mempunyai hubungan yang baik dengan suaminya justru menginginkan couple time daripada me time,” jelas Deny yang juga founder Pembelajar Hidup ini.

Deny Hen

Latest posts by Deny Hen (see all)
- Mencari Orang Religius yang Tidak Selingkuh - July 24, 2023
- 5 Kesulitan dalam Goal Setting (dan Cara Mengatasinya) - April 12, 2023
- Menjaga Batas Pertemanan Pria & Wanita - March 14, 2023
- Pembelajar Hidup Pindah ke Gedung 86 – Pluit - January 23, 2023
- Membangun Kembali Kepercayaan Setelah Diselingkuhi - November 1, 2022