Komitmen Pernikahan Lebih Penting daripada Kebahagiaan Anda

cinta konsensus

Mengingat berkembanganya individualisme pada saat ini, bagaimana tanggapanmu saat melihat kehidupan pernikahan yang dibangun atas dasar konsensus (selama dapat saling membahagiakan), dan bukan pada komitmen yang dianggap sakral?

Tanggapan saya terhadap pertanyaan quorawan di atas: amat sangat disayangkan. Mereka kehilangan kesempatan untuk memperoleh pernikahan yang hebat!

Baca juga: Apakah Mindset yang Benar dalam Suatu Pernikahan?

1. Inilah efek samping dari kemajuan teknologi dan kehidupan manusia. Kita saat ini hidup dalam kondisi yang sangat nyaman sehingga kita menjadi anti-susah, anti-sakit dan anti-penderitaan. Tujuan hidup manusia dewasa ini bukan lagi bertahan hidup, tetapi hidup dengan nyaman, kepuasan hidup dan kebahagiaan.

Sayangnya kebahagiaan itu adalah sebuah paradoks. Dalam sebuah riset, ditemukan bahwa orang yang merencanakan pesta besar dan mengharapkan kebahagiaan besar di tahun baru, ternyata waktu ditest beberapa bulan kemudian memiliki kebahagiaan yang lebih rendah daripada orang-orang yang tidak memiliki rencana malam tahun baru. Masalahnya adalah kebahagiaan yang dijadikan tujuan selalu akan membuat diri kita menjadi egois dan mengabaikan kebahagiaan orang lain.

Sepasang suami dan istri dalam sesi coaching dengan saya menceritakan bahwa hari Sabtu sang istri ingin sekali pergi jalan-jalan ke Taman Safari (karena sudah lama tidak liburan keluarga), tetapi sang suami yang sudah lelah bekerja tiap hari sampai larut malam, hari Sabtu hanya memikirkan 1 hal saja: TIDUR. Kebahagiaan mereka berdua bertabrakan. Saat sang istri ingin kebahagiaannya terpenuhi, ia harus merebut kebahagiaan suaminya, demikian juga sebaliknya.

Pernikahan dengan konsensus seperti itu (selama keduanya saling membahagiakan) memiliki akhir yang pasti yaitu PERCERAIAN, karena 2 penyebab:

  1. Saat kita menjadikan kebahagiaan sebagai tujuan utama, kita akan menjadi egois dan mengabaikan kebahagiaan pasangan kita
  2. Kebahagiaan justru seringkali diperoleh saat kita melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kesenangan (misalnya berkorban, memberi, penderitaan dll)

Maka dalam buku, The Great Marriage (sudah diterbitkan oleh Gramedia), saya menuliskkan bahwa kita harus mengubah mindset kita dari pernikahan dengan tujuan untuk bahagia, menjadi pernikahan dengan tujuan 3C: (Children, Class, Calling). Karena kebahagiaan sesungguhnya bukanlah suatu tujuan, tetapi suatu akibat jika kita memperjuangkan pernikahan yang hebat.

 

2. Begini, memutuskan untuk menikahi seseorang adalah keputusan terbesar dalam hidup manusia (keputusan terbesar kedua jika keputusan memilih mau mengabdi kepada Tuhan versi agama mana dihitung 😄 ). Dan dampak dari keputusan itu akan mempengaruhi seumur hidup mereka, walaupun jika suatu waktu nanti konsensus itu gagal (mereka bercerai).

komitmen terbaik yang dapat dinikmati

Ikatan suami dan istri adalah suatu hubungan yang paling dekat, akrab dan intim yang dapat dimiliki oleh manusia. Di mana 2 manusia yang berbeda, bisa bersatu saling terbuka, telanjang satu dengan yang lain tanpa ada hambatan apa pun baik fisik, emosi maupun rohani. Dan ini bukan terjadi 1 kali, atau berkali-kali, tapi bisa terjadi setiap hari seumur hidup kita.

Ini adalah suatu hubungan yang sangat spesial yang tidak dapat dimiliki oleh hubungan manapun, bahkan termasuk hubungan ibu dan anak. Karena begitu intimnya sehingga ikatan itu harus diikat oleh komitmen yang sakral, ekslusif dan permanen.

Pernikahan dengan konsensus hanya akan membuat pernikahan kita menjadi dangkal karena pernikahan yang hebat justru baru bisa dinikmati dengan komitmen yang sakral, ekslusif dan permanen tadi.

Nah, kabar baiknya buat bapak/ibu yang sudah terlanjur menikah karena konsensus, selalu ada kesempatan untuk membuat pernikahan Anda menjadi pernikahan terbaik yang bisa Anda miliki, yaitu dengan mulai mengambil keputusan hari ini untuk menjadikan pernikahan Anda sebagai panggilan hidup Anda sepanjang sisa hidup Anda.

Karena komitmen itu sendiri berarti suatu keputusan untuk mencintai pasangan hidup kita dan untuk mempertahankan cinta kita itu.

Saya Deny Hen, salam pembelajar.

Bagaimana pendapat Anda?