Kisah Pendekar Wu Xia Mencari Pohon Kebahagiaan

pendekar wuxia dan xingfu

Alkisah ada seorang pendekar yang sangat hebat mempunyai 2 orang murid. Keduanya merupakan pendekar yang berbakat, yang pertama bernama “Wu” dan yang kedua bernama “Xia”. Setelah segala ilmu silat sang suhu diturunkan kepada kedua pendekar muda itu, sang suhu pun memanggil kedua muridnya itu dan memberikan wejangan terakhir . Ia menceritakan rahasia kesaktiannya yang belum pernah diceritakan kepada orang lain.

“Aku memakan buah dari pohon ajaib yang bernama ‘XingFu’. Buah itu membuat tenaga dalamku meningkat 1000x lipat dan membuat ilmu silatku tidak tertandingi oleh siapa pun di dunia persilatan. Pohon itu mudah dikenali karena batangnya berwarna merah menyala, tetapi tidak mudah ditemukan karena kapan dan di mana pohon itu akan tumbuh hanya dewata yang menentukan.” Setelah menceritakan hal tersebut sang guru pun mangkat.

Baca juga: Pembelajar Hidup LIVE @BeritaSatuTV – Optimisme Wujudkan Resolusi

Setelah menguburkan guru mereka, pendekar Wu yang begitu berambisi menjadi pendekar terhebat pun segera turun gunung dan mencari pohon itu.

Ia mencari dan mencari pohon itu tapi tidak kunjung menemukan. Ia pun tidak putus asa, tidak kenal lelah setiap hari ia terus berjalan mengelilingi negri Tiongkok untuk mencari pohon ajaib itu.

Suatu hari, ia berpapasan dengan seorang tua renta yang sedang susah payah menarik gerobak berisi kayu-kayu pohon yang berat. Ia melihat kayu-kayu pohon itu menarik karena berwarna merah menyala, tidak seperti kayu pada umumnya yang berwarna coklat. Ia pun sangat senang sekali karena ia yakin bahwa kayu-kayu itu adalah kayu pohon XingFu yang sudah dicarinya bertahun-tahun lamanya.

Ia pun bertanya pada si kakek tua. “Pak Tua, dari mana Pak Tua mengambil kayu-kayu ini?”

Sang kakek berhenti sejenak. Duduk dan minum sambil terengah-engah kecapaian. Tetapi Pendekar sakti tersebut tidak memperhatikan kondisi si kakek. Ia tidak sabar dengan jawaban si kakek tua itu.

“Aku mengambilnya di hutan 10 li (km) dari sini ke arah barat”

Tanpa menunggu lagi, si pendekar segera mengeluarkan jurus gingkangnya (ilmu meringankan tubuh) dan melompat dengan secepat kilat bersalto berkali-kali hingga sampai ke 10 li dari tempat tadi. Pendekar Wu sama sekali tidak berhenti untuk beristirahat karena begitu ingin menjadi yang pertama mendapatkan buah pohon XingFu itu.

Benar saja, begitu sampai, ia menemukan sebatang pohon XingFu berwarna merah. Ia segera mencari buahnya, tetapi tidak menemukannya. Maka ia menjadi begitu marah karena merasa sudah membuang-buang waktu bertahun-tahun dengan percuma. Dengan ilmu saktinya dia memukul pohon itu untuk membelahnya menjadi dua. Sayangnya ia tidak mengetahui kalau pohon itu begitu ajaib sehingga tenaga sakti yang digunakan untuk memukul pohon itu berbalik dengan kekuatan berlipat ganda kepada dirinya sendiri. Tak ayal lagi pendekar Wu segera menemui ajalnya setelah mengerang kesakitan.

 

Bagaimana dengan nasib pendekar Xia? Berbeda dengan pendekar Wu, pendekar Xia adalah seorang pendekar budiman. Sambil mencari pohon sakti itu ia pun menggunakan ilmu silatnya untuk membela kebenaran dan melawan kejahatan. Menolong desa Han dari ancaman bandit, kemudian mengalahkan perompak Tou di laut timur, melindungi biksu Tang dari serangan kawanan serigala, ia pun mengelilingi tiongkok sambil berbuat kebajikan bagi sesama. Bertahun-tahun lamanya ia pun sudah melupakan keinginannya untuk mencari pohon XingFu, dan tidak lagi berambisi menjadi pendekar terhebat sejagat.

Suatu hari, ia pun bertemu dengan pak tua yang membawa gerobak berisi kayu-kayu pohon berwarna merah. Pendekar Xia ingat akan cerita gurunya dahulu, tetapi ia tidak merasa penting lagi untuk mencari buah XingFu itu sehingga Ia hanya menolong sang kakek tua membawa kayu-kayu itu pulang ke rumah si kakek tanpa bertanya apapun kepada sang kakek.

Sampai ke rumah si kakek, seorang gadis yang begitu cantik jelita keluar dari rumah. Ia adalah cucu sang kakek. Ternyata setelah kematian kedua orang tuanya, sang cucu tinggal berdua bersama sang kakek tua itu. Pendekar Xia jatuh cinta padanya dan mereka akhirnya menikah. Di hari pernikahan mereka, kakek tua itu berkata,

“Aku tidak punya apa-apa sebagai hadiah pernikahan kalian, kecuali buah ini”. Sambil berkata demikian, sang kakek mengeluarkan buah XingFu yang selama ini disimpannya.

Pendekar Xia memakannya dan ia pun menjadi pendekar budiman yang terhebat dalam dunia persilatan, dan melanjutkan kedigdayaan dari sang guru.

 

[ebs_rule style=”rule-double-fadecorder” ]

 

Sobat pembelajar,

XingFu dalam bahasa Indonesia berarti kebahagiaan, adalah sesuatu yang tidak dapat kita cari. Waktu kita mencarinya sebagai tujuan utama kita, kita akan menjadi begitu terpusat pada diri kita sendiri sehingga kebahagiaan itu menjauh dari kita.

Sedangkan ketika kita berpusat pada orang lain, misalnya pada kebutuhan dan keperluan orang yang kita kasihi, bukan hanya ia merasakan cinta kasih dan kebahagiaan yang besar, malah kita pun merasakan kebahagiaan dengan tingkat yang lebih tinggi.

Saya Deny Hen, salam pembelajar

Bagaimana pendapat Anda?