Berapa Sering Pertengkaran Keluarga yang Normal Itu?

konflik pasutri

Bertengkar seringkali menjadi hal yang akan menggerus tabungan cinta kita. Walaupun pertengkaran tidak perlu dihindari (baca juga artikel sebelumnya: Bagaimana Pertengkaran Dapat Membantu Hubungan?).Karena itu dalam pernikahan adalah penting untuk belajar seni: tidak mempermasalahkan hal-hal kecil. Seperti yang saya katakan di posting sebelumnya: “Konflik tidak perlu dihindari, tetapi pilihlah konflik dengan bijaksana.”

Hal-hal kecil yang tidak punya pengaruh signifikan harusnya dapat diabaikan. Hal-hal yang tidak menyangkut prinsip dan nilai-nilai hidup juga seharusnya dapat dipecahkan bersama tanpa harus berkonflik. Misalnya: cara menyapu, cara menaruh sendok, cara menekan pasta gigi, dan lain-lain. Biasanya hal-hal seperti ini menjadi problem bagi kita yang mempunyai standar yang tinggi atau sikap perfeksionis yang kaku.

Dalam pernikahan selalu akan ada kompromi dan kompromi itu yang membantu kita untuk dapat lari marathon dalam pernikahan, bukan hanya lari 100 atau 400 meter saja. Mungkin dengan berkompromi kita akan kalah balapan dalam lari 400 meter, tapi Anda berdua akan mampu mencapai finish di 42,195 km, yaitu saat anak-anak sudah menikah, berhasil menjadi pembawa berkah bagi masyarakat dan pernikahan Anda masih utuh dan kokoh.

Berapa banyak pertengkaran yang terlalu banyak? Setiap pasangan punya angka yang berbeda. Ingat teori tentang tabungan cinta? Anda dapat melihatnya di sini:

 

Yang perlu diketahui adalah menurut riset, tabungan cinta suatu pernikahan yang sehat selalu mempunyai perbandingan interaksi positif dengan interaksi negatif: 5:1. Artinya harus selalu ada 5 interaksi positif untuk setiap 1 interaksi negatif dengan pasangan. Interaksi 1:1 sudah termasuk sangat buruk dan sangat memerlukan pertolongan.

Jadi kalau interaksinya begitu banyak yang positif setiap hari, Anda punya tabungan cinta yang sangat banyak sehingga bisa memiliki konflik yang sedikit lebih banyak tanpa harus mengganggu cash flow tabungan cinta Anda.

Akhirnya saya ingin menutupnya dengan kata-kata bijak yang membantu kita memahami kondisi pernikahan yang (akan) Anda hadapi:

“Menikah bukanlah seperti membeli mobil baru, melainkan membeli mobil bekas dengan segala permasalahannya, tanpa ada buku manual di dalamnya.”

Salam pembelajar.

Bagaimana pendapat Anda?