Boleh nggak sih ciuman waktu pacaran?
Apa batasan yang boleh dan yang nggak boleh dilakukan waktu pacaran?
Nirmala (bukan nama sebenarnya)
Baca juga: Lanjut Pacaran Atau Tidak?
[JAWAB]:
Kami menerima banyak pertanyaan yang serupa dengan pertanyaan di atas. Pada umumnya kita sudah memahami kalau kesucian itu memang perlu dijaga, tetapi pertanyaannya adalah apa batasannya dan bagaimana cara menjaganya?
Menjaga kesucian kalau diartikan sebagai tetap perawan dan bujangan sampai pada hari pernikahan resmi, sepertinya sudah cukup jelas batasannya, yaitu berarti tidak boleh melakukan hubungan seks sebelum menikah. Tetapi seringkali yang jadi abu-abu adalah somewhere in between antara bersentuhan sampai ML, mana batasan yang pas untuk kita waktu pacaran?
Sebagian orang karena ingin menjaga kesucian ini, memutuskan untuk tidak berpacaran, tetapi langsung menikah. Kalau ini merupakan konsekuensi dari nilai-nilai dan agama yang Anda yakini, saya sangat menghargainya, dan silakan bertindak sesuai kepercayaan Anda untuk menikah tanpa melalui pacaran.
Tetapi bagi yang berpendapat atau percaya bahwa Tuhan mengijinkan pacaran, saya ingin membagikan mengapa masa pacaran itu penting. Bahkan durasi pacaran itu sendiri pun tidak boleh terlalu singkat.
Mengapa Kita Perlu Pacaran
1. Masa pacaran adalah suatu tahap yang ekslusif dan lebih intim daripada masa persahabatan antara pria dan wanita. Intim yang saya maksudkan di sini bukan melulu berarti secara fisik, tetapi juga secara pribadi, secara hubungan secara pengenalan. Saat berteman, kita belum terlibat terlalu jauh dalam hidupnya, tetapi setelah pacaran kita terlibat dalam berbagai hal dalam hidup pasangan kita. Masa pacaran juga dijalankan secara ekslusif, yang mana artinya kita pacaran hanya dengan 1 orang dalam satu masa waktu.
2. Kita perlu mengenal dengan dekat sebelum memutuskan untuk menikah. Karena pernikahan adalah hal yang begitu sakral sehingga setelah menikah seharusnya tidak ada pemikiran untuk bercerai, karena itu kita harus membuka mata lebar-lebar dan jeli dalam mengenal siapa yang akan kita nikahi. Sehingga tidak ada penyesalan di kemudian hari.
3. Yang namanya proses mengenal, yaitu proses membangun keintiman dalam cinta, tidak bisa instant. Dari 3 unsur cinta (gairah, keintiman dan komitmen) keintiman adalah satu-satunya unsur yang mana kita tidak bisa skip, tidak bisa dipercepat dan tidak ada ramuan ajaib untuk bisa mendapatkannya seketika. Keintiman dibangun dari persahabatan, dan menurut penelitian profesor ilmu komunikasi Jeffrey Hall, persahabatan yang akrab membutuhkan waktu setidaknya 200 jam bersama-sama.
Itulah sebabnya kita butuh pacaran, dan pacaran tidak boleh kurang dari setidaknya 1 tahun (Dr. Les Parrott, pakar pernikahan dari Amerika menganjurkan minimal 2 tahun)
Batasan-Batasan Pacaran yang baik
Kalau begitu, bagaimana caranya supaya kalau pacaran kita tidak terjerumus ke dalam hubungan yang haram dan tidak sepantasnya?
Itulah dia sebabnya kenapa kita harus membahas mengenai batasan-batasan pacaran. Kita perlu memahami bahwa gairah seks tidaklah muncul setelah kedua sejoli membuka pakaiannya. Gairah seks muncul justru sebelum itu, dan akan sangat sulit dihentikan saat keduanya membiarkan gairah seks mengalir deras dengan liar melalui tahap-tahap keintiman fisik sebelum ML, yaitu:
- Kissing (ciuman)
- Sekwilda (sekitar wilayah dada; meraba-raba)
- Petting (mirip hubungan intim, hanya masih pakai baju)
- Sexual intercourse (ML / hubungan intim)
Karena itu sangat disarankan agar pasangan yang sedang berpacaran menghindari tingkat keintiman mulai dari ciuman. Masalahnya saat ciuman di mana posisi tangan Anda? Apakah ciuman dilakukan dengan tangan di belakang Anda? ataukah di depan Anda?
Mengapa Kontak Fisik Waktu Pacaran Harus Dibatasi?
Pengenalan anatomi tubuh pasangan pada saat pernikahan nantinya tidak membutuhkan waktu yang lama. Hal yang membutuhkan waktu, yaitu yang justru perlu dipelajari, dikenal dan dimengerti pada masa pacaran adalah pemikiran, karakter dan kebiasaan masing-masing. Ketiga hal ini akan sulit untuk dilihat dan dimengerti apabila setiap kali bertemu yang ada adalah kontak fisik. Bukan hanya damai sejahtera yang terganggu, tetapi waktu yang berkualitas antara kedua insan untuk saling mengenal juga terganggu. Hal ini akan menyebabkan penilaian keduanya akan pasangan masing-masing menjadi bias.
Faktor fisik misalnya kecantikan, sikap gentle, atau bahkan (maaf) kemampuan memuaskan hasrat dapat menutupi kelemahan-kelemahan yang dimiliki pasangan yang seharusnya muncul ke permukaan dan digumulkan bersama sebelum pernikahan. Hal-hal baik dari pasangan juga bisa tertutup karena kita merasa tidak damai setiap kali bertemu dengan dirinya.
Tips Menghentikan Kebiasaan Pacaran yang Kurang Sehat
Maka saya menyarankan 5 tips berikut ini untuk membantu Anda menikmati pacaran sehat yang membawa Anda kepada kebahagiaan pernikahan:
1. Harus ada kesepakatan bersama dengan pasangan, bahwa kalau memang mau menikah, pacaran yang kudus adalah suatu keharusan.
2. Dorongan seksual adalah dorongan alami yang sangat kuat, tidak dapat dilawan oleh hanya kekuatan akal sehat maupun kekuatan tekad saja. Ikuti teladan Yusuf yang lari dari istri Potifar saat digoda. Kita pun dapat menghindari keintiman sebelum waktunya dengan menghindari tempat-tempat di mana hal itu dapat dilakukan. Misalnya: Hindari datang ke rumah apabila hanya ada sendirian di rumah.
3. Batasi kencan ekslusif berdua, dan perbanyak pergi bersama teman-teman yang lain. Dengan demikian Anda akan dapat melihat tingkah laku yang tidak dibuat-buat dari kekasih Anda, sambil menetralisir hasrat yang menggebu-gebu setiap kali ketemuan.
4. Miliki teman akutabilitas. Teman akuntabilitas sebaiknya adalah teman dekat yang memiliki kedewasaan yang baik, dan dapat dipercaya. Teman akuntabilitas adalah orang yang akan menjaga Anda agar tidak kebablasan dalam pacaran. Terkadang teman akuntabilitas terbaik kita justru adalah adik/kakak atau orang tua kita.
5. Teruslah berdoa, meminta kepada Tuhan untuk menjagai kita agar kita tidak mudah tergoda.
Saya Deny Hen, Salam Pembelajar
Marriage counselor, life coach, founder Pembelajar Hidup, penulis buku, narasumber berbagai media online, cetak dan TV.